Dedikasi Penyelam
Sosok Bayu layaknya laki-laki biasa, tetapi mendengar kisah dan pengalaman hidupnya ada hal yang istimewa. Bayu Wardoyo seorang Tim Leader Indonesia Dive Rescue, salah satu kelompok penyelam yang berfokus pada upaya penyelamatan dan pencarian bawah laut.
Ia tidak pernah menghitung berapa kali dirinya menjadi bagian dari regu penolong di Badan SAR Nasional (Basarnas). "Tak perlu mengingat peristiwa sedih, yang diingat peristiwa bahagia saja," ucap Bayu sambil tersenyum.
Sejak tahun 1999, ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu dalam pencarian jenazah korban kecelakaan kapal laut dan pesawat. Merasa bahwa ada orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya dalam ketidakpastian, adalah hal yang sulit menurut Bayu. Bukan hanya soal mengetahui sudah meninggal, tetapi tubuh yang kemungkinan tidak utuh lagi adalah hal yang berat.
"Ini jadi penyemangat saya untuk membantu, walaupun terkadang hanya bisa menemukan sedikit bagian tubuh,"ujarnya. Namun, dari bagian kecil tersebut ada wujud yang bisa dihormati dan diperlakukan layak untuk bisa dimakamkan oleh keluarga.
Tidak semua orang memiliki kemampuan dan kualifikasi untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi bawah air. Hal itu yang mendorong Bayu, yang memiliki kemampuan tersebut untuk membantu sesama.
Perasaan emosional ketika ia menemukan jenazah yang tidak utuh, dapat Bayu atasi dengan menganggap bahwa tubuh yang tidak utuh itu adalah benda. Ia menyadari mungkin orang akan berfikir itu salah, tetapi hal itu dilakukan agar ia tidak emosional.
"Saya seorang manusia dan mempunyai rasa trauma. Itu pasti," jelasnya.
Risiko dari profesinya sebagai tim penyelam di Basarnas tentu banyak. Hal itu tidak bisa dihilangkan. "Risiko itu tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalkan," katanya.
Risiko itu dapat diminimalisir dengan belajar terkait pengetahuan penyelamatan di bawah laut, serta belajar dari pengalaman.
Apalagi jika memasuki waktu lima hari pencarian pasti jenazah sudah membusuk. Hal itu berpotensi memunculkan bakteri yang berbahaya ketika terjadi kontak langsung dengan tubuh penyelam.
Penyelam gugur
Dalam penyelaman untuk penyelamatan, ada beberapa risiko yang tidak bisa dihilangkan, salah satunya kematian. Hal itu terjadi pada salah satu penyelam profesional asal Surabaya, Jawa Timur, Syachrul Anto (48). Ia meninggal dalam upaya pencarian korban dan kotak hitam pesawat Lion Air, Jumat (2/11/2018).
Penyebab kematian Syachrul belum diketahui. Saat ini kasusnya sedang dalam penyelidikan tim investigator kecelakaan penyelam.
Pada saat melakukan penyelaman kondisi kesehatan Syachrul dinyatakan layak untuk menyelam. Piranti yang disediakan untuk membantu penyelaman juga memadai.
Terkait kondisi arus kala itu dikatakan sedang tenang, akan tetapi jarak panjang cukup pendek yaitu 1 sampai dengan 2 meter. Hal itu disebabkan oleh lumpur yang naik akibat adanya pengangkatan roda pesawat.
Jumat sore tim penyelam terakhir yang terdiri dari 4 orang, termasuk Syachrul diturunkan. Selama di bawah air mereka dipasangkan dua orang dalam satu tim.
Sebelum sadar bahwa Syachrul menghilang, teman satu tim Syachrul sempat melihat Syachrul sedang berusaha mengambil potongan tubuh yang terhimpit oleh serpihan pesawat. "Temannya bilang tas yang dibawa Syachrul kala itu sudah hampir penuh, dia memang rajin dan bekerja keras saat evakuasi jenazah," lanjut Syachrul.
Beberapa saat setelah para penyelam kembali ke kapal, Syachrul tidak ikut kembali. Ia kemudian ditemukan sedang terapung sekitar kapal Negara SAR Basudewa.
Syachrul dievakuasi ke atas Kapal Victory untuk mendapatkan pertolongan, namun takdir berkata lain. Ia gugur hari itu. Sabtu pagi, jenazahnya dibawa ke Surabaya untuk dimakamkan.
Untuk urusan menyelam Syachrul termasuk profesional, ia bergabung dengan Indonesia Dive Rescue pada tahun 2014. Selama bergabung, sudah banyak sekali upaya penyelamatan dan pencarian yang dilakukan Syachrul di tempat-tempat bencana. Salah satunya adalah dalam kecelakaan pesawat Air Asia, 2014 lalu.
Menurut Bayu, Syachrul adalah orang yang paling banyak mengangkat jenazah kala itu. "Waktu (kecelakaan) Air Asia itu, dia harus masuk ke badan pesawat untuk mengevakuasi jenazah satu per satu," ujar Bayu. Dalam operasi tersebut Syachrul mendedikasikan dirinya selama tiga minggu penuh.
Syachrul adalah salah seorang relawan yang senang membantu. Ia selalu tetarik untuk terlibat dalam misi penyelamatan. Sebelum ia bergabung dengan tim SAR dalam operasi penyelamatan dan pencarian korban dan kotak hitam pesawat Lion Air PK - LQP dengan nomor penerbangan JT 610, ia adalah relawan di gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah.
"Begitu saya telpon dia langsung datang dari Palu. Dia memang sudah berpengalaman dalam operasi-operasi semacam ini," tambah Bayu.
Kepala Basarnas Muhammad Syaugi berduka atas meninggalnya personel Syahrul dalam operasi penyelamatan. "Almarhum adalah personel yang kualitasnya tinggi, militan, senior, jam selamnya cukup tinggi. Tapi kalau Tuhan menghendaki lain tidak ada satu pun yang mampu kita cegah," tutur dia. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI/KRISTI DWI UTAMI)