ASHGABAT, MINGGU Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 menghadirkan kejutan saat lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan (29), menjadi juara dan mencetak dua rekor dunia di kelas 61 kilogram putra. Dengan usia yang tak lagi muda dan sederet riwayat cedera, Eko membuktikan diri bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Pencapaian Eko menambah koleksi tiga medali Olimpiade yang diraih berturut-turut pada 2008-2016 dan emas Asian Games 2018. Ini juga menjadi gelar juara dunia pertama bagi Eko. Sebelumnya, Eko mendapatkan gelar juara dunia yunior pada 2007 dan 2009.
Dari Ashgabat, Turkmenistan, tempat Kejuaraan Dunia bergulir, Eko menyatakan bersyukur sudah merasakan semua kompetisi dan mendapatkan medali emas, termasuk di Asian Games. Namun, Eko masih belum puas karena belum meraih emas Olimpiade.
”Selama cita-cita itu belum tercapai, saya harus terus berjuang hingga mendapatkan emas Olimpiade,” ujar Eko, Minggu (4/11/2018).
Prestasi Eko membuat Indonesia bangga. Ucapan selamat dari berbagai kalangan, termasuk dari Menpora Imam Nahrawi, membanjiri akun Instagram Ekopower62.
Akun Candra_verdi mengatakan, ”Masoooooook Pak Eko!! World Record from Indonesia!” Akun Rahmatpriadi mengatakan, ”Alhamdulillah, selamat. Mas Eko sudah memberikan motivasi untuk kami yunior.”
Pada kejuaraan yang berlangsung di Kompleks Olimpiade Ashgabat, Sabtu (4/11) malam waktu setempat, Eko mengukir rekor dunia angkatan total (317 kg) dan clean and jerk (174 kg). Eko dua kali memecahkan rekor total angkatan, dari 313 kg kemudian menjadi 317 kg. Ini sekaligus jawaban Eko pada tantangan untuk mengulang total angkatan 317 kg saat dia meraih perunggu kelas 62 kg pada Olimpiade London 2012.
Hal yang menarik, rekor dunia ini dicapainya di kelas baru 61 kg. Padahal, selama ini Eko kesulitan karena menjalani diet ketat. Di usia yang tak lagi muda, diet ketat tak hanya memengaruhi angkatan, tetapi juga berisiko mengganggu kesehatan. Apalagi, Eko punya riwayat cedera hamstring kiri sebelum tampil di Beijing 2008, dan retak tulang kering menjelang London 2012.
Diet ketat
Kelas 62 kg yang selama ini membesarkan nama Eko dicoret dari Kejuaraan Dunia, diganti dengan kelas 61 kg. Agar bisa bermain sesuai kategori lomba, Eko menjalani diet. Setiap pagi, Eko menyantap 10 putih telur rebus dan segelas susu rendah lemak. Siangnya, dia menyantap sayuran dan protein hewani. Eko jarang makan malam. Sebagai gantinya, dia minum cairan nutrisi.
Eko juga mengurangi berat badan dengan sauna dan berlatih. Istri Eko, Masitoh, menuturkan, selama ini Eko tidak pernah menyampaikan secara verbal ambisi untuk menjadi juara dunia. Akan tetapi, melalui kedisiplinan sehari-hari, Masitoh melihat Eko punya keinginan kuat untuk juara.
Hal itu ditunjukkan dengan rajin berlatih serta menjaga pola makan. Bahkan kadang-kadang, Eko meminta istrinya tidak masak agar tidak tergiur untuk menyantap makanan berlebih. ”Di rumah, saya hanya menyediakan buah-buahan untuk Mas Eko,” ujarnya.
Masitoh menceritakan, Eko menyampaikan kepalanya berkunang dan pandangannya gelap saat mencoba melakukan angkatan terakhir.
Kemungkinan besar itu akibat energi terkuras untuk mengangkat beban dan pengaruh diet ketat. Namun, Eko berusaha tidak terpengaruh, dan mencetak rekor dunia clean and jerk 174 kg pada angkatan terakhirnya itu.
Begitu dinyatakan juara dunia, Eko segera menghubungi Masitoh dan kedua anaknya, Naicilla Salsabila Irawan (4 tahun) dan Muhammad Azam Alhafiz Irawan (3 bulan). Melalui video call, Eko menunjukkan tiga medali emas yang diraihnya dari angkatan snatch (143 kg), clean and jerk, dan total angkatan.
Bagi lifter Deni, Eko menjadi panutan karena meski sudah mendapat banyak medali dia tidak pernah sombong. ”Bagi saya, Eko adalah sosok senior yang selalu mengayomi, memotivasi, dan menginspirasi. Ketenangan Eko saat mengangkat beban menjadi pelajaran berharga,” ujarnya.
Namun, keberhasilan Eko meraih gelar juara dunia belum diikuti lifter Indonesia lainnya yang tampil di Ashgabat. Kemarin, lifter kelas 73 kg, Triyatno, menempati peringkat kelima Grup B dengan 325 kg (snatch 145 kg, clean and jerk 180 kg). Adapun lifter kelas 67 kg, Deni, menempati peringkat kedelapan Grup A dengan 310 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 170 kg). (DNA)