Pemilihan presiden Amerika Serikat yang sudah berlalu lebih dari dua tahun ternyata masih meninggalkan keterbelahan di antara warganya. Menjelang pemilu sela yang akan dilakukan pada Selasa (6/11/2018), perasaan itu kembali muncul. Di banyak tempat, orang kembali bicara politik.
Dante Bucci (22), mahasiswa pemasaran yang tinggal di Washington DC, sampai-sampai berniat untuk pindah ke kota lain nanti. ”Kota ini tidak normal. Anda bahkan tak bisa pergi minum tanpa membicarakan Mahkamah Agung atau defisit anggaran,” kata pendukung Partai Republik ini. Mau menjalin hubungan pun kini tak lepas dari politik.
Bucci yang mengaku Republiken moderat sampai repot mencari pacar karena kebetulan beberapa yang tertarik dengannya merupakan pendukung Demokrat. ”Mereka maunya berpacaran dengan seseorang yang bisa sepakat dengan mereka atas sejumlah masalah,” tuturnya.
Berbeda kubu politik agaknya memang akan merepotkan kelanjutan hubungan. Makanya sampai muncul ide membuat situs khusus kencan dari orang sealiran politik. Emmily Moreno (25) pertengahan Oktober lalu membuka situs DonaldDaters.com dan ternyata diminati bujang-bujang dan perempuan-perempuan Republiken.
Terbukti, hanya dalam empat hari, aplikasi sudah diunduh 20.000 kali. ”Saya merasa kebutuhan apps ini nyata,” ujar Moreno setelah dia berbicara dengan banyak temannya.
Menghimpun teman serumpun sementara ini agaknya menjadi sesuatu yang penting di beberapa bagian di AS. Dari apps jodoh, seperti Tinder dan Bumble, ditemukan banyak kasus yang pada akhirnya terbentur pada pilihan politik. Banyak perempuan mendesak pria-pria Republiken agar beralih ke Demokrat.
Kendall, perempuan berusia 23 tahun, merupakan salah satu contoh. Dalam profil pribadi yang didaftarkannya di Tinder, dia menyebut ”alergi kumbang dan Republiken”. ”Mereka tidak menghormati otonomi saya. Mereka tidak menghormati perempuan. Mereka memilih untuk orang yang secara terbuka membual bilang tidak melakukan serangan kepada perempuan,” tuturnya ketika ditanya mengapa menolak laki-laki Republik.
Urusan pilihan politik sementara ini memang sangat diperhitungkan. Bucci mengatakan, banyak kencan pertamanya langsung menanyakan,”Apakah dulu kamu memilih Donald Trump?” Ketika dia jujur mengatakan yang sebenarnya, responsnya sering tidak menyenangkan. Bucci seperti dipojokkan.
Ketika dia jujur mengatakan yang sebenarnya, responsnya sering tidak menyenangkan.
”Kadang-kadang mereka menggali sampai kenapa saya memilih Trump seperti seolah-olah seperti pembunuh, seolah-oleh saya di pengadilan,” tutur pemilih Trump itu.
Orang-orang yang bertanya kepadanya kadang heran dengan pilihannya, sampai ada yang mengatakan, ”(Padahal) kelihatannya kamu seperti orang baik.”
Cerita seperti ini, menurut Bucci, juga dialami teman-temannya. Bahkan, ada temannya sampai disiram minuman di wajahnya.
Moreno yang besar di Ohio dan kini bermukim di Washington mempunyai pengalaman mirip. Kalau dia jujur mengatakan bahwa dirinya memilih Trump, kencannya pertamanya tak akan berlanjut. ”Saya kehilangan banyak teman pada pemilihan presiden tahun 2016,” ungkap perempuan ini.
Polarisasi yang demikian besar ini ternyata masih berbekas. ”Kita berada dalam masyarakat di mana Anda hanya bisa kencan atau bisa jalan dengan orang yang berpikiran sama,” ujar Bucci.
Salah satu opsi yang dia sarankan kepada teman-temannya; bohong tentang siapa yang mereka pilih dulu. Ah.... (AFP)