JAKARTA, KOMPAS -- Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya M Syaugi menyampaikan proses pencarian dan evakuasi diperpanjang hingga tiga Rabu (7/11/2018). Tugas utama dari Tim SAR gabungan adalah mencari korban yang masih di bawah laut. Di samping itu, puing-puing pesawat juga akan dievakuasi jika tim SAR menemukannya.
Data terbaru yang disampaikan pada konferensi pers, Senin (5/11) sebanyak 138 kantong jenazah berhasil dikumpulkan dan sudah diserahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Adapun, barang-barang dari korban yang ditemukan sudah disimpan dan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Mudah-mudahan dengan tambahan waktu tiga hari ini, jika masih ada penemuan jenazah akan kami kirimkan segera ke RS Polri. Kami tidak akan berhenti," ujar Syaugi.
Ia menambahkan, tim gabungan Basarnas akan tetap berusaha dengan sepenuh hati untuk beroperasi selama 24 jam. Kondisi para penyelam dari TNI, Polri, juga Basarnas tetap dalam kondisi prima.
Setelah 10 hari pencarian tersebut akan dianalisis kembali, apabila masih ditemukan lagi korban-korban kemungkinan operasi SAR akan diperpanjang lagi.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Brigjen Pol Arthur Tampi menyampaikan sampai saat ini proses proses identifikasi dari 138 kantong jenazah tersebut masih berlanjut. Tenaga forensik untuk proses identifikasi dibantu dari Kementerian Perhubungan, TNI, Universitas Indonesia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Ada tiga metode primer untuk proses identifikasi, yaitu sidik jari, rekam gigi, dan analisis DNA. Selain itu, juga dilakukan metode tambahan dengan menggunakan data medikal, dan properti (barang-barang yang digunakan korban).
Investigasi KNKT
KNKT akan terus mencari cockpit voice recorder- perekam suara di dalam kokpit hingga barang tersebut ditemukan. Sebab, rekaman suara di dalam kokpit tersebut penting untuk mengetahui gambaran utuh terkait penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK LQP dengan nomor penerbangan JT 610.
"Saya tidak mau kalau cockpit voice recorder (CVR) tidak ditemukan. Saya masih akan terus berusaha agar CVR ditemukan," ujar Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjanto, Senin (5/11/2018). Apabila hingga masa perpanjangan waktu berakhir CVR belum ditemukan, KNKT bekomitmen untuk terus melanjutkan pencarian.
Soerjanto mengakui saat ini sinyal ping dari CVR memang sudah semakin samar terdengar, akan tetapi KNKT tidak akan menyerah dan akan terus berusaha menemukan CVR tersebut. Soerjanto menduga CVR terendam lumpur yang cukup dalam di dasar laut. Sementara itu, CVR hanya akan mengirimkan sinyal ping paling lama hingga 30 hari setelah terendam air.
"Kita tidak anggap itu sebagai kesulitan, kita akan jadikan itu sebagai tantangan," imbuh Soerjanto.
Data dari Flight Data Recorder (FDR) yang ditemukan pada 1 November lalu saat ini telah selesai diunduh dan saat ini tengah diinvestigasi oleh KNKT. Di FDR tersebut investigator bisa mendapatkan data terkait kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, putaran mesin, temperatur, posisi flight control atau kemudi pesawat, maupun bidang-bidang kemudi pesawat lainnya.
"Kami sedang verifikasi data dari 1790 parameter yang ada. Untuk mempelajari data itu, kami perlu satu hingga dua minggu," ucap Soerjanto.
Dalam investigasi tersebut KNKT dibantu oleh organisasi serupa yang berasal dari Australia, Arab, Amerika dan Singapura.
Pada saat pemaparan terkait perkembangan proses evakuasi pesawat dan korban kepada keluarga korban Senin pagi, ada salah satu keluarga korban yang mengusulkan untuk dilibatkan dalam investigasi.
"Apakah secara aturan kami boleh ikut tim investigasi sebagai pihak yang independen ? Saya tidak hilang kepercayaan kepada pemerintah, hanya saja saya takut ini nanti penyelidikan ini masuk angin," papar salah satu orang tua dari korban atas nama Shan Ramadhan.
Usulan untuk bergabung menjadi investigator independen menurut Soerjanto akan dipertimbangkan oleh KNKT. Lebih lanjut Soerjanto menjelaskan nantinya, laporan akhir penyelidikan berisi tentang rekomendasi terhadap maskapai, produsen pesawat, pemerintah dan pihak terkait lainnya mengenai hal-hal yang menyangkut persoalan keselamatan transportasi. "Melalui laporan itu kami ingin semua pihak belajar sehingga di kemudian hari kejadian serupa tidak terulang," lanjut dia.
Tuntutan keluarga korban
Keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air PK- LQP mengutarakan sejumlah tuntutan kepada pihak-pihak terkait. Selain itu, para keluarga berharap kepada pemerintah terus mengawal proses evakuasi dan identifikasi hingga selesai.
Berkaca dari kecelakaan pesawat yang sebelumnya terjadi, keluarga berharap teknisi-teknisi pesawat, khususnya Lion Air harus dievaluasi dengan benar. Mengingat, permasalahan yang terjadi pada pesawat sebenarnya sudah terjadi sejak di Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar, Bali sehari sebelum kejadian. Soerjanto membenarkan adanya persoalan terhadap pesawat terdebut sehari sebelumnya. Hanya saja ia belum memastikan seberapa jauh pesawat itu diperbaiki.
Di samping itu, para keluarga korban juga meminta agar segala informasi disampaikan kepada pihak keluarga terlebih dahulu bukan ke media massa. Mereka juga merasa kecewa terhadap pihak Lion Air yang tidak memberikan informasi yang cukup terkait perkembangan proses evakuasi dan identifikasi. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI/KRISTI DWI UTAMI)