Senin (5/11/2018) siang, belasan siswa-siswi SMP berteriak histeris di atas perahu kora-kora yang berayun sampai 180 derajat di tiang besi penumpu nan kekar setinggi sekitar tujuh meter. Terjadi bukan di wahana Dunia Fantasi Jakarta tapi di alun-alun Keraton Kasepuhan, Cirebon. Ada lebih dari dua perahu kora kora, berayun, melepas pekikan para penumpangnya.
Ladang permainan di Pasar Malam Mauludan (perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW) itu bukan cuma perahu kora-kora. Ada juga komedi putar, kincir putar, mandi bola, ombak banyu, perahu dayung, dan istana balon.
"Paling disukai pengunjung, ya perahu kora-kora ini," kata salah seorang pekerja Kelompok Taman Ria 03, Hermansyah, yang ditemui di tengah hingar bingar Pasar Malam Mauludan itu.
Kelompok usahanya adalah satu di antara 21 usaha penyedia fasilitas hiburan permainan Kelompok Taman Ria. Taman Ria 03, melibatkan 25 pekerja.
"Jadi kelompok besar kami punya bendera yang sama bernomor urut 01 sampai 21. Masing masing kelompok sudah memiliki jadwal di tempat lain di seluruh Indonesia. Setelah selesai tampil di sini, kami sudah ada jadwal lanjutan ke Sindang Laut, Cirebon, lalu ke Jatiwangi, Cirebon, terus ke Kuningan, ungkap Hermansyah.
Setiap pindah tempat, mereka mengerahkan sembilan truk besar.
Ia menjelaskan, Kelompok Besar Taman Ria bermarkas di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Modal berasal dari seluruh warga Papungan.
"Jadi kelompok kami termasuk kelompok usaha kecil, tapi keroyokan," kata Hermansyah.
Ratusan Juta
Berapa pengunjung yang menyewa fasilitas permainan Taman Ria 03 ? "Kalau ramai, terutama malam Senin, bisa sampai 1.000 orang. Hari biasa, rata-rata cuma separuhnya. Tetapi sepekan menjelang penutupan pasar malam, biasanya ramai, pengunjung sampai ngantri," jawab Hermansyah.
Tiket menyewa masing masing jenis permainan, Rp 8.000 sampai Rp 10.000. Waktu ramai pengunjung mulai pukul 20.00 sampai pukul 22.00.
Mari kita hitung pendapatan minimal kelompok ini selama sebulan membuka usaha di alun-alun. Anggap saja, setiap hari rata rata mereka kedatangan pengunjung 700 orang. Setiap pengunjung membelanjakan uangnya sebesar Rp 8.000.
Jadi selama sebulan, pendapatan mereka, 700 orang X Rp 8000 X 30 hari = Rp 168 juta. Nah, di alun-alun ada lima kelompok yang membuka usaha serupa. Jadi, pendapatan lima kelompok penyedia hiburan permainan ini total, Rp 840 juta.
Saat hasil hitungan perkiraan tersebut disampaikan Hermansyah, ia tersenyum dan berkata, "Lebih pak".
Tak heran bila Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, mengatakan bila pasar malam ini menjadi ajang terbesar dan terlama bagi para pengusaha kecil, di Jawa Barat. Dalam sebulan omzet para pelaku usaha kecil ini mencapai Rp 20 miliar.
"Rata-rata pengunjung selama sebulan ada 100 ribu orang. Tapi Mauludan kali ini saya perkirakan bisa sampai 200 ribu orang," ucap Arief. Selama berlangsungnya pasar malam Mauludan, Keraton Kasepuhan memberi diskon tiket masuk keraton, 50 persen. Tiket masuk semula ada yang Rp 15.000 dan Rp 20.000, tapi selama Mauludan tiket masuk disamakan menjadi Rp 10.000 per orang.
Emien (23), pedagang bakso, warga Cirebon, mengakui, omzet pasar malam didominasi para perantau. Para perantau ini lebih gigih dan kompak dalam menghimpun modal.
"Etnis Jawa (Jawa Timur) lebih ke usaha hiburan dan permainan, sedang etnis Padang, mendominasi usaha penjualan pakaian. Usaha yang berskala lebih kecil biasanya oleh orang-orang Pantura (pantai utara) asal Cirebon sampai Pemalang. Modal mereka perorangan atau sebatas keluarga saja," ungkap Emien.
Umumnya, orang-orang Pantura menjual bermacam makanan besar dan makanan kecil, termasuk bermacam manisan. Pengamatan Kompas, sajian makanan di alun alun, beraneka ragam. Dari makanan tradisional, sampai hidangan pada umumnya.
Emin pun mengakui, arena pasar malam mauludan sangat menguntungkan para pengusaha kecil dan mikro. Oleh karena itu perhelatan setahun sekali ini, paling mereka tunggu.
"Omzet jualan saya kalau malam minggu sampai Rp 3 juta," ujarnya.
Wakiah (66) yang sudah 20 tahun berjualan di arena pasar malam Muludan mengatakan, setiap akhir pekan dia bisa menjual 100 kilogram manisan pepaya. Harga per kilogram manisannya dibanderol Rp 40.000.
"Kalau pas malam pelal (malam pencucian pusaka keraton di pertengahan bulan maulud) saya bisa menjual 200 kg manisan, bahkan bisa lebih," jelas Wakiah, asal Pemalang, Jawa Tengah itu.