Jumat (2/11/2018) siang menjadi hari yang naas bagi Fahrezi Nafis Ridwan (9) atau Ezi. Ia dianiaya saat tengah bermain dan memberi makan burung merpati di kandang milik tetangganya. Tangisan dan raungan Ezi tak digubris pelaku. Bahkan, ia sempat diseret sejauh 15 meter.
Penganiayaan yang dialami Ezi terjadi di kampungnya Desa Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ezi saat itu dituduh mencuri merpati milik keluarga MAF yang kerap hilang.
Ezi memang menjadi pencinta merpati semenjak dibelikan seekor merpati seharga Rp 30.000 oleh ayahnya sekitar sebulan lalu. Merpati itu ia namai Cakra. Berbeda dengan tiga merpati lain miliknya yang tidak diberi nama. Ayah Ezi sendiri jarang pulang ke rumah karena bekerja di sebuah perusahaan timah di Kepulauan Bangka Belitung.
”Paling sayang sama (merpati) ini karena dibelikan sama ayah,” kata Ezi yang duduk di kelas III SDN 2 Gunung Putri, Bogor.
Ezi menaruh kandang merpati di samping rumahnya. Di lahan sekitar 3 x 4 meter itu juga terdapat kandang-kandang lain yang dibiarkan kosong. Teman-teman Ezi juga sering bermain merpati di tempat itu.
Ibunda Ezi, Iis Kholisoh (39), turut mengisahkan kecintaan Ezi pada merpati. Suatu ketika Ezi sengaja menerbangkan merpati miliknya hingga ke atas genteng rumah. Ezi ikut naik dan memberi makan merpatinya dengan jagung di atas genteng.
”Jadi, dia di atas genteng sambil ngeliatin burungnya makan. Dia cuma diam,” kata Iis.
Terpukau
Ternyata tak sampai di situ. Ezi terpukau dengan merpati milik tetangganya. Bersama teman-temannya, ia sering main ke kandang merpati tetangganya tersebut. Hingga pada Jumat siang itu, ia datang dengan membawa jagung sebagai pakan.
Saat tengah memasukkan tangannya ke dalam kandang, anak pemilik burung keluar dan meneriaki Ezi sebagai maling. Wajah Ezi langsung dipukuli beberapa kali oleh MAF (23), anak pemilik burung. Seketika dua teman Ezi langsung kabur. Ezi sempat melihat ada laki-laki dan perempuan dewasa yang mengerubunginya.
Sembari menangis, Ezi berkali-kali meminta tolong dengan memanggil-manggil ayahnya. Ezi diseret dari kandang burung menuju toko milik keluarga MAF yang berjarak lebih kurang 15 meter. Ezi yang tak berdaya berkali-kali menyangkal saat diinterogasi oleh pemilik merpati dan warga sekitar.
Ezi kemudian digelandang menuju rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter oleh si pemilik burung. Sesampainya di rumah, ibunda Ezi terkejut melihat wajah anaknya membengkak dengan pakaian yang kotor. Eza sontak memeluk ibunya.
”Saya pikir saat itu dia habis jatuh. Tapi, pemilik burung langsung mendorong Ezi pas sampai di depan rumah sambil ngatain dia maling,” ujar Iis.
Iis sangat menyesalkan tindakan kekerasan itu karena selama ini pemilik merpati berteman baik dengan mertuanya. Ucapan bernada kasar berkali-kali diucapkan oleh pemilik burung saat berada di rumahnya. Padahal, Iis sudah mempersilakannya untuk melihat merpati yang dimiliki oleh Ezi untuk membuktikan bahwa Ezi tidak mencuri.
Ayah Ezi yang dihubungi setelah kejadian juga menyesalkan kekerasan itu. Saat ini, ia tengah berada di perjalanan pulang menuju Bogor untuk melihat keadaan Ezi. Lebam di bawah mata kiri Ezi belum hilang hingga sekarang. Mata kaki kanannya juga masih ada luka terbuka.
”Kalau anak saya salah, kan, bisa diomongkan baik-baik. Tidak perlu dipukul,” kata Iis sambil mengusap-usap rambut Ezi.
Mencarikan pulpen
Guru olahraga dan dua teman Ezi menjenguk Ezi pada Senin (5/11/2018) di rumahnya. Rizal, guru olahraga SDN 2 Gunung Putri, mengenal Ezi sebagai anak yang tak pernah membuat masalah, bahkan sampai mencuri. Ia justru pernah membantu temannya mencarikan pulpen yang hilang.
Kasus penganiaayaan tersebut telah dilaporkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Bogor pada Sabtu (2/11/2018). ”Karena melibatkan anak di bawah umur, jadi ditindaklanjuti oleh Polres Bogor,” ujar Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Gunung Putri Ipda Ano.
Ezi langsung dibawa keluarganya untuk menjalani visum di Rumah Sakit Sentra Medika, Cibinong, Jumat sore. Iis sengaja melaporkan kejadian itu sehari setelahnya karena menunggu itikad baik dari pelaku. Namun, hal tersebut tidak terjadi.
”Saat ini, kami masih menunggu hasil visum dan sementara telah memeriksa saksi-saksi dari pihak keluarga. Secepatnya juga akan memanggil pihak terlapor,” kata Kasubbag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspita Lena.
Kompas coba mengonfirmasi ke rumah MAF pada Senin siang. Namun, kondisi rumah saat itu tertutup. Salam dari pagar luar juga tidak ada jawaban.