Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Internasional Ketahanan Kesehatan Global
Oleh
Evy Rachmawati
·2 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS—Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri Agenda Ketahanan Kesehatan Global ke-5. Hal itu menjadi momentum untuk memerkuat komitmen global menanggulangi penyakit berpotensi pandemi, terutama penyakit bersumber binatang atau zoonosis.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihanto menyampaikan hal itu dalam jumpa pers Pertemuan Tingkat Menteri Global Health Security Agenda (GHSA) ke-5, Senin (5/11/2018), di Nusa Dua, Bali.
Pertemuan tahunan dan tertinggi GHSA itu akan diadakan pada 6-8 November 2018 dan dihadiri setidaknya 635 orang. Para peserta itu terdiri dari para menteri, pejabat tinggi negara-negara anggota, organisasi internasional, dan swasta, dan komunitas masyarakat.
Dalam pertemuan itu, komitmen negara dalam mengatasi ancaman ketahanan kesehatan global akan diperkuat melalui peluncuran GHSA 2024. “Ini sekaligus menjadi ajang berbagi praktik terbaik mencegah dan merespons cepat penyakit menular berpotensi wabah,” kata Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi.
Ini sekaligus menjadi ajang berbagi praktik terbaik mencegah dan merespons cepat penyakit menular berpotensi wabah.
Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes Acep Sumantri menegaskan, GHSA makin penting di tengah ancaman berbagai penyakit berpotensi pandemi sehingga akan dilanjutkan dalam struktur lebih formal. “Wabah ebola beberapa waktu lalu menunjukkan belum ada sistem kesehatan yang baik di negara terdampak,” ujarnya.
Ancaman zoonosis
Dalam rangkaian acara GHSA, kemarin, delegasi 15 negara yang tergabung dalam Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) membahas pencapaian dan rencana aksi implementasi 2014-2019 pada Pertemuan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis.
Dalam rencana aksi itu, beberapa hal penting disepakati bersama. Itu meliputi dukungan negara-negara ZDAP melanjutkan penanganan penyakit zoonosis, pertukaran informasi, peningkatan kapasitas, dan komitmen jangka panjang penanganan tanggap darurat zoonosis.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sigit Priohutomo, Indonesia terus meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan terpadu. Itu dilakukan untuk menanggulangi ancaman kesehatan global, khususnya zoonosis.
“Ada tiga kunci keberhasilan pengurangan risiko pandemi yakni koordinasi, advokasi, dan kolaborasi antarpemangku kepentingan,” katanya. Kerja sama itu melibatkan Kementerian Pertanian, Kemenkes, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan organisasi internasional.
Anung menambahkan, penanggulangan zoonosis bersumber dari satwa liar juga perlu mendapat perhatian serius. Apalagi Indonesia termasuk jalur migrasi satwa-satwa liar, khususnya burung, yang bisa menjadi vektor penyakit berpotensi pandemi.