Timbulan sampah di DKI Jakarta cenderung terus menimbulkan tantangan dalam pengelolaan perkotaan terkait dengan pertambahan jumlah penduduk dan volume produksi sampah. Dibutuhkan tata kelola berbasis data untuk mengurai persoalan yang kerap menimbulkan ketegangan Jakarta dengan Kota Bekasi terkait keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang sebagai lokasi pembuangan sampah warga Jakarta.
Data terkait pengolahan sampah penting untuk dimiliki dan disebarkan pada publik. Apalagi dalam konteks perubahan praktik pembangunan terkait relasi pemerintah dan warga dari sebelumnya dari sebelumnya administrator-penghuni, penyedia jasa-konsumen, dan fasilitator-partisipan menjadi kolaborator dan kokreator.
Sebagian data dimaksud telah diunggah dalam laman data.jakarta.go.id yang merupakan portal data terpadu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu harapannya ialah agar masyarakat dapat memanfaatkan data untuk menciptakan inovasi dan peran serta dalam membangun Jakarta.
Akan tetapi, tidak semuanya merupakan data terbaru. Data mengenai produksi sampah misalnya, dari total 30 dataset mengenai kata kunci “sampah,” relatif hanya ada dua data terkait dari kondisi tahun 2011 dan 2014.
Data tahun 2011 yang berjudul “Data Jumlah Produksi Sampah Dan Terangkut Perhari Menurut Kota Adm DKI Jakarta” berisikan terkait sampah terangkut dan jumlah sisa sampah perhari. Produksi sampah di Jakarta Selatan pada tahun itu tercatat 742.81 ton dengan 739.95 ton terangkut dan sisanya 2.86 ton.
Di Jakarta Timur, produksi sampah 1487.23 ton, sebanyak 780.53 di Jakarta Pusat, dan 1503.94 ton di Jakarta Barat. Sementara Jakarta Utara, terdapat 996.65 ton sampah dihasilkan perhari, dan 86.71 ton di wilayah pesisir pantai dan pantai.
Hal ini berarti, terdapat 5.597,87 ton sampah dihasilkan warga Jakarta setiap harinya pada tahun 2011 itu. Jumlah tersebut, meningkat padatahun 2014.
Sementara berdasarkan dataset dari portal sama berjudul “Data Jumlah Tonase Sampah Tahun 2014,” diketahui sejumlah dimensi terkait sumber sampah dan tonase sampah yang dihasilkan perbulan. Akan tetapi, sumber produksi sampah tidak hanya berdasarkan lima wilayah Jakarta yang dibawahkan suku dinas kebersihan masing-masing, melainkan sejumlah elemen seperi sampah pasar, swasta umum, dan sebagainya.
Hal ini membuat data produksi sampah antara tahun 2011 dan 2014 tidak bisa langsung dibandingkan begitu saja. Dataset 2014 tentang produksi sampah di Jakarta, relatif hanya bisa dipergunakan untuk melihat secara lebih detail kondisi pada tahun tersebut berdasarkan sumber produksi sampah dan besaran produksi sampah per bulan.
Berdasarkan visualisasi yang dilakukan terhadap dataset tersebut, dapat terlihat sumber sampah dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat menempati porsi yang relatif besar. Sementara sumber sampah dari Kendaraan Sewa Sarana Wilayah terpantau relatif kecil.
Pengolahan sampah dengan metode Reduce, Reuse Dan Recycle (3R) serta model pengelolaan bank sampah juga menjadi salah satu upaya lan dalam rangka mengelola sampah di Jakarta. Hal ini, merupakan sebagian di antara upaya untuk mengurangi ketergantungan pada daerah lain terkait proses pengolahan sampah.
Fasilitas terkait kebutuhan itu, relatif sudah tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Akan tetapi, tidak semua fasilitas tersebut berstatus aktif.
Hal ini terlihat dalam visualisasi berikutnya terkait dataset berjudul “Data Lokasi Reduce, Reuse Dan Recycle (3R) Dan Bank Sampah Tahun 2017,” yang memperlihatkan sebaran fasilitas tersebut. Persentase fasilitas terbesar dimiliki Jakarta Timur (diwakili warna biru terang muda) dengan persentase 21.79 persen.
Jakarta Barat berada di peringkat kedua dengan persentase 21,47 persen (diwakili warna ungu). Sementara Jakarta Utara dengan warna kuning, memiliki persentase 19,09 persen. Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan (hijau dan biru) memiliki persentase 18,88 persen dan 17,48 persen, serta memiliki sejumlah fasilitas yang saling berdekatan. Sementara wilayah Kepulauan Seribu (warna merah) memiliki fasilitas paling sedikit, dengan presentase 1,29 persen.
Selain produksi sampah dan fasilitas pengolahan, menjelang musim penghujan, penting juga untuk mengetahui jumlah saringan sampah di aliran sungai.
Berdasarkan dataset berjudul Data Lokasi Saringan Sampah Sungai di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018, dapat diketahui terdapat 17 saringan berada dalam kondisi baik dari total 27 saringan yang berada dalam daftar.
Tidak terdapat data volume sampah pada titik saringan yang rusak. Akan tetapi di saringan yang berfungsi baik, Saringan Spillway Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara tercatat memiliki volume sampah terbesar yang secara rata-rata mencapai 8 meter kubik per bulan.