Ekonomi Kreatif Menopang
JAKARTA, KOMPAS--Ekonomi kreatif bisa menopang pendapatan daerah dan masyarakat di daerah tersebut. Namun, ekosistemnya yang terdiri dari sumber energi, akses pembiayaan, dan dukungan pemerintah daerah mesti terbentuk.
Salah satu contohnya adalah ekosistem ekonomi kreatif yang dimotori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam acara Bukatalks Kompas100 CEO Forum di Jakarta, Selasa (6/11/2018) malam, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan, pendapatan per kapita penduduk Banyuwangi meningkat 116,3 persen pada kurun waktu 2010 sampai dengan 2017.
Pada 2010, pendapatan per kapita penduduk Banyuwangi sekitar Rp 20,8 juta per tahun. Namun, pada 2017 melonjak hingga dua kali lipatnya, yakni Rp 45,02 juta per tahun.
”Peningkatan ini berasal dari usaha pemerintah daerah untuk menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat daerah sehingga bermuara pada sinergi inovasi dan kreativitas,” kata Anas.
Acara Bukatalks Kompas100 CEO Forum ini diselenggarakan Kompas dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), berkolaborasi dengan Bukalapak.
Lebih lanjut Anas memaparkan, sektor pariwisata menjadi pilihan dalam upaya memajukan ekonomi kreatif di daerahnya. Sekitar 7 tahun lalu, belajar dari tur sepeda internasional di Perancis, Anas mengadakan Tour de Banyuwangi Ijen dengan lintasan sepanjang 600 kilometer. Ternyata, penyelenggaraan Tour de Banyuwangi Ijen masuk dalam kategori enam teratas se-Asia Pasifik, bersanding dengan Jepang dan Malaysia.
Prestasi tersebut, tambah Anas, mendorong pemerintah daerah memperkuat ekonomi kreatif yang bersumber dari potensi daerah.
Kegiatan yang memberdayakan potensi daerah itu, antara lain, dengan membatasi pembukaan ritel modern untuk memberdayakan toko tradisional.
Langkah lain adalah pembangunan 1.400 tempat internet nirkabel (Wi-Fi) untuk menunjang koneksi serta memanfaatkan agensi bepergian dalam jaringan (daring) untuk meningkatkan daya saing pariwisata.
Menurut Anas, pariwisata mendorong transaksi ekonomi di sekitar kegiatan ekonomi tersebut, terutama UMKM. Di Banyuwangi, perajin batik yang omzetnya sekitar Rp 5 juta-Rp 10 juta per bulan, bisa meningkat menjadi Rp 200 juta per bulan.
Dari sisi jumlah, wisatawan yang datang ke Banyuwangi juga meningkat. Wisatawan mancanegara meningkat 691 persen dan wisatawan Nusantara naik 10,63 persen dalam tujuh tahun terakhir.
Ekonomi digital
Terkait ekonomi digital yang berkembang cepat, Anas menyebutkan, Banyuwangi mesti dapat beradaptasi untuk meningkatkan daya saing.
”Contoh sederhananya, saya minta pelaku usaha penginapan Banyuwangi skala UMKM untuk memantau ulasannya di aplikasi OTA (online travel agent),” katanya.
Sebab, ulasan penginapan di aplikasi layanan perjalanan daring dapat menjadi salah satu peningkat daya saing Banyuwangi di sektor pariwisata. Anas menyebutkan, berdasarkan data yang dia himpun, penginapan di Banyuwangi mendapatkan nilai 5-9,5 dengan skala 10.
Selain dukungan pemerintah, akses pembiayaan digital juga berperan dalam ekonomi kreatif yang melibatkan UMKM.
Berdasarkan data CEO KoinWorks Benedicto Haryono, ada selisih pembiayaan sebesar Rp 900 triliun antara kebutuhan UMKM dan dana yang dapat disuntikkan perbankan.
Selisih ini menjadi peluang bagi teknologi finansial di bidang pinjam-meminjam, seperti KoinWorks untuk menyasar permodalan UMKM yang sebagian besar sulit mendapatkan akses perbankan. Meski demikian, Benedicto menegaskan, manajemen risiko tetap menjadi aspek yang patut diperhatikan.
Dengan dukungan analisis data, tambah Benedicto, kepatutan UMKM diberi akses permodalan dapat tergambar. ”Kami melihat pengelolaan dan komitmen UMKM dari analisis data penjualan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, untuk meningkatkan ketersediaan energi listrik di daerah, Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda mengatakan, PLN menerapkan kelistrikan interkoneksi. Sistem ini memungkinkan pasokan listrik lintas daerah.
PLN fokus meningkatkan parameter ketersediaan listrik dalam kemudahan berusaha. Hal itu terlihat dari indikator kemudahan mendapatkan listrik—pada kemudahan berusaha yang diterbitkan Bank Dunia— yang pada 2018 di peringkat ke-38. Pada 2019, naik ke peringkat ke-33. (JUD)