Setelah menempuh perjalanan lebih dari 1.600 kilometer, ribuan migran asal negara-negara Amerika Tengah, Senin (5/11/2018), tiba di Meksiko. Kendati negara ini bukan tujuan utama, para migran untuk sementara merasa lebih baik dan penuh harap bisa melanjutkan masuk ke Amerika Serikat.
Banyak di antara migran yang harus mendapat perawatan karena kaki melepuh dan penyakit lain akibat berbagai hal selama menempuh perjalanan sekitar tiga pekan. Begitu tiba di Mexico City, sejumlah migran langsung menuju sebuah gereja, menyampaikan rasa syukur telah selamat menempuh perjalanan panjang.
Di tempat penampungan Stadion Jesus Martinez, tercatat sudah lebih dari 2.000 orang yang ditampung. Para petugas kemanusiaan setempat menyiapkan akomodasi untuk sekitar 5.000 orang, yang sebagian masih dalam perjalanan.
Nashieli Ramirez, ombudsman untuk komisi hak asasi setempat, mengatakan, rombongan besar karavan diperkirakan berjumlah 4.000 orang, selebihnya mereka terbagi dalam kelompok-kelompok kecil.
Sebagian besar migran mengatakan tetap yakin perjalanan ke AS lebih aman dengan cara berkelompok. Jarak dari Mexico City ke perbatasan terdekat McAllen, Negara Bagian Texas, sekitar 960 kilometer.
Rombongan migran yang datang dari Honduras, El Salvador, dan Guatemala itu kebanyakan mengaku terpaksa pergi karena kemiskinan yang membelit negara mereka. Selain itu juga karena ancaman kekerasan yang mereka terima selama ini.
Alba Zoleida Gonzales dari Honduras mengungkapkan, sebelum tiba di Meksiko, pada Senin itu, dia berjalan kaki lima jam, lalu menumpang truk trailer bersama 150 migran lain. Gonzales lebih beruntung daripada migran lain yang belakangan relatif sulit mendapat tumpangan truk.
Menurut pejabat Komisi Hak Asasi Nasional (CNDH), Edgar Corzo, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kemungkinan kelompok-kelompok akan mulai terbagi-bagi setelah tiba di ibu kota Meksiko.
”Setiap orang akan memilih pergi ke tempat yang mereka anggap paling baik, terutama tempat yang paling dekat di mana mereka mempunyai kerabat di Amerika,” kata Corzo.
Cuaca dingin yang kini melanda Meksiko membuat banyak migran menderita. ”Saya tak bisa tidur. Saya kedinginan dan batuk sepanjang malam,” kata Karla Membreno (23) yang meninggalkan Honduras bersama suami dan ipar perempuannya. ”Tetapi kami harus kuat. Tuhan memberi kami kekuatan untuk melanjutkan (perjalanan),” ujarnya.
Anak-anak dan perempuan
AS sudah mulai mengantisipasi kedatangan migran sejak beredarnya kabar eksodus warga negara-negara Amerika Tengah. Presiden Donald Trump bahkan berkali-kali menyebut ”invasi” ini membahayakan keamanan karena banyak di antara mereka merupakan orang-orang jahat. Trump sudah memerintahkan pengerahan penjagaan di perbatasan dengan ribuan tentara serta penjaga perbatasan.
CNDH menyebutkan, belum ada bukti keberadaan penjahat dalam rombongan migran sebagaimana tuduhan Donald Trump. Sebagian besar migran memang takut kepada anggota geng kriminal yang menyusup, apalagi 75 persen dari mereka merupakan perempuan, anak-anak, dan orang-orang tua. (AFP/AP)