Saringan sampah sungai, fasilitas yang dimiliki Jakarta, menjadi salah satu benteng penjaga agar sampah tak terus mengendap memenuhi kali-kali di Jakarta. Kerusakan yang menimpanya bisa menambah ancaman banjir bagi ibu kota. Untuk itu, perbaikan saringan sampah sungai di Jakarta terus dilakukan. Saat ini terdapat delapan unit saringan sampah yang masih diperbaiki.
Kepala Satuan Pelaksana Prasarana dan Sarana Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Richard Jeremia, Rabu (7/11/2018), menyebutkan, delapan saringan sampah itu adalah saringan Grogol-Palmerah, saringan Grogol-Golkar, saringan Setiabudi Barat, dan Saringan Angke Pesing, saringan Mookervart, saringan Cengkareng Drain, saringan Teluk Gong, dan saringan PGC Cililitan. Data ini merupakan perkembangan data Dinas LH DKI Jakarta yang diunggah di portal Jakarta Open Data di laman data.jakarta.go.id dengan jumlah 10 saringan sampah sungai rusak pada 2018 dari total 27 saringan sampah sungai di DKI Jakarta.
Richard mengatakan, 27 saringan sampah itu sebelumnya diserahterimakan dari Dinas Sumber Daya Air (dahulu bernama Dinas Tata Air) pada 2015-2016. ”Kondisi 27 saringan sampah itu rusak, dengan persentase kerusakan beda-beda,” kata Richard.
Pada 2017 mulai dilakukan penganggaran untuk perbaikan dan perawatan seluruh saringan sampah tersebut. ”Saat ini setelah dirawat dan (dilakukan) perbaikan, ada 19 lokasi yang sudah selesai perbaikannya. Sementara delapan lagi masih on progress,” ujar Richard.
Ia mengatakan, dengan perbaikan yang terus dilakukan, pada awal Desember proses tersebut diharapkan selesai. Dengan demikian, saringan-saringan sampah yang kini masih rusak itu bisa kembali berfungsi dan menghadapi kemungkinan banjir.
Richard menambahkan, seluruh saringan sampah yang ada berjenis sama, yakni MEH (mechanical electrical hydraulic) otomatis dan dibuat oleh perusahaan dalam negeri. Otomatis maksudnya lengan pengambil tumpukan sampah di mulut saringan bisa diatur untuk bergerak dalam waktu tertentu, misalnya setiap 15 menit atau 30 menit sekali.
“(Karena) Sampah di badan air kan nggak statis,” sebut Richard.
Sementara itu, pantauan di saringan sampah sungai Cengkareng Drain atau saringan Cengkareng Drain, Kembangan, Jakarta Barat, pada Rabu siang menunjukkan, enam lengan hidrolik yang ada tidak dioperasikan. Sebuah ekskavator yang mengapung dengan bantuan platform di paras sungai yang terparkir di salah satu sudut sungai menjadi gantinya.
Salah seorang penanggung jawab saringan Cengkareng Drain, Ahmad Yuli, mengatakan, untuk sementara ekskavator itu menggantikan peran lengan-lengan hidrolik tadi. Ahmad menambahkan, perbaikan di saringan Cengkareng Drain dimulai sejak sekitar sebulan lalu.
Pengecekan telah dilakukan dan sebagian suku cadang telah diganti. Namun, sebagian suku cadang lain belum diganti dan mesti menunggu waktu.
Dalam kondisi normal, lengan-lengan hidrolik akan ”menggaruk” tumpukan sampah yang terjebak di saingan. Selanjutnya, sampah akan ditempatkan ke atas ban berjalan (conveyor belt) menuju penampungan sementara untuk selanjutnya dinaikkan ke atas bak truk dengan ekskavator.
Siang itu, empat truk tampak bersiap mengangkut sampah dari lokasi tersebut menuju TPST Bantargebang di Kota Bekasi, Jawa Barat. Sebuah ekskavator tampak beroperasi, dengan sejumlah gerobak sampah berada di sekitar.
Di sungai dengan lebar sekitar 40 meter dengan kedalaman sekitar tiga meter itu terdapat endapan lumpur di bagian dasarnya. Tebal sedimen itu diperkirakan sekitar satu meter.
Ahmad yang hari itu menjaga saringan Cengkareng Drain bersama Hariyanto mengatakan, lengan-lengan hidrolik di lokasi saringan itu penting untuk segera bisa dioperasikan. Hal ini menyusul kemungkinan musim hujan dengan intensitas yang diperkirakan bakal semakin meningkat dalam beberapa pekan ke depan.
Menurut Ahmad, aliran Cengkareng Drain yang memiliki hulu di Kali Pesanggarahan diketahui relatif deras. Ia membandingkan kekuatan arus itu dengan aliran Kali Angke Pesing, Jakarta Barat, tempat ia bertugas setahun sebelumnya.