WASHINGTON, RABU - Peta politik Amerika Serikat berubah setelah rakyat memberi suara pada pemilihan umum sela. Demokrat berhasil merebut kembali posisi mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representative) yang selama delapan tahun belakangan dipegang Republik. Di sisi lain, Republik masih tetap menguasai Senat.
Berdasarkan hasil pemilu sela yang sebagian besar sudah keluar Rabu (7/11/2018) waktu setempat atau Rabu malam WIB, Demokrat sudah mendapatkan 222 kursi dari 435 kursi yang diperebutkan di Dewan Perwakilan, sedangkan Republik 199 kursi. Untuk menjadi mayoritas, diperlukan minimal 218 kursi.
Di sisi lain, Republik menambah kursi di Senat. Hingga Rabu malam WIB, Republik sudah mendapat 55 kursi dari 100 kursi di lembaga itu.
Dengan hasil sementara ini, pemerintahan Donald Trump akan mendapatkan tantangan saat akan meluncurkan sejumlah kebijakan yang membutuhkan persetujuan Kongres. Demokrat yang menguasai DPR bisa menghentikan sejumlah rencana Trump, seperti pembangunan tembok di perbatasan Meksiko dan penghapusan jaminan kesehatan atau yang dikenal dengan Obamacare.
Bahkan, dengan suara mayoritas di DPR, Demokrat dapat mengusulkan penyelidikan terhadap dugaan penyalahgunaan jabatan presiden untuk bisnis keluarganya di beberapa negara, seperti Arab Saudi, Rusia, dan China.
Klaim sukses
Trump, yang menyaksikan penghitungan lewat televisi di kediamannya di Gedung Putih, mengirim komentar pendek lewat Twitter. ”Malam ini sukses luar biasa. Terima kasih semua!” ungkapnya. Juru bicara Gedung Putih mengatakan, malam itu Trump sudah menelepon dan menyampaikan selamat kepada Nancy Pelosi, Ketua Demokrat di DPR.
Dalam pidatonya, Pelosi menyambut kemenangan partainya. ”Esok akan menjadi hari baru bagi Amerika,” katanya dalam jumpa pers. Pemilu yang baru saja berlangsung, menurut dia, bukan semata tentang kedua partai. Lebih dari itu, pemilu sela 2018 adalah tentang menjaga konstitusi dalam hal pengawasan dan keseimbangan kepada pemerintahan Trump.
”Demokrat di Kongres akan bekerja mencari solusi yang membawa kita bersama karena kita sudah cukup terbelah,” kata Pelosi.
Namun, dengan kubu pemegang mayoritas yang berbeda antara DPR dan Senat, dikhawatirkan polarisasi semakin besar dan legislasi berpotensi macet.
Pemilu sela 2018 yang memilih seluruh 435 anggota Dewan Perwakilan, 35 anggota Senat, dan 36 gubernur mendapatkan perhatian besar, terutama karena hasil dari pemilu ini memengaruhi reputasi Trump. Bahkan, pemilu sela ini dianggap semacam referendum bagi Trump setelah dia menjalankan roda pemerintahan hampir dua tahun.
Faktor Trump
Warga AS, yang dikenal selama ini kurang peduli dengan pemilu sela, antusias memberikan suara, kemarin. Antrean pemilih mengular di banyak tempat pemungutan suara (TPS).
Di Negara Bagian Georgia, misalnya, pemilih antre kendati hujan deras. Jumlah pemilih diperkirakan memecahkan rekor, ditandai dengan pemberian suara dini 38,4 juta jiwa, jauh melebihi pemberian suara dini pemilu sela 2014 sebanyak 27,4 juta jiwa.
Menurut VoteCast, hampir 40 persen pemilih menyatakan menggunakan hak pilih mereka untuk mengekspresikan penolakan terhadap Trump. Adapun 25 persen menyatakan sebaliknya, datang ke TPS untuk mendukung Trump. Namun, sekitar sepertiga pemilih menyatakan, Trump bukan faktor yang menyebabkan mereka menggunakan hak pilih.
Berdasarkan survei itu, lebih banyak pemilih yang tak menerima kinerja Trump dibandingkan dengan yang menerima. Para pemilih memberi nilai positif terhadap capaian ekonomi, tetapi di lain pihak, presiden menerima penilaian negatif dalam hal temperamen dan kepercayaan.
Jajak pendapat oleh Gallup menunjukkan hal serupa. Dalam survei baru-baru ini, hanya 40 persen rakyat menerima kinerja Trump. Persentase ini terbilang terendah dalam era modern. Bill Clinton dan Barack Obama, misalnya, pada pertengahan masa kepemimpinan mereka mendapat penerimaan 5 persen lebih tinggi daripada Trump. Meski demikian, dalam pemilu sela, partai mereka juga mengalami kehilangan besar di DPR.
Pada pemilu sela 2018, Demokrat mendapat banyak dukungan dari suara perempuan dan orang-orang muda berusia 18-34 tahun. Pada pemilu sela 2014, perempuan pemilih 49 persen, sedangkan pada tahun ini meningkat menjadi 55 persen.
Pemilih muda tahun 2014 berbanding 54 persen (Demokrat) dan 36 persen (Republik). Tahun ini pemilih muda Demokrat meningkat menjadi 62 persen, sedangkan Republik 34 persen.
Dalam pemilu sela ini, 36 negara bagian mengadakan pemilihan gubernur.