Sebanyak 120 perempuan bisa meraih kursi di Kongres dalam pemilu sela. Mereka mengukir sejarah baru dalam politik AS dan jadi simbol perlawanan terhadap Presiden AS Donald Trump.
Kemenangan Ilhan Omar (36) sebagai anggota Kongres dari Negara Bagian Minnesota jadi sejarah baru bagi politik Amerika Serikat. Ia adalah perempuan mantan pengungsi Somalia pertama yang terpilih sebagai anggota Kongres. Bersama dengan Rashida Tlaib (42) yang merupakan keturunan imigran Palestina, kedua politisi Demokrat ini menjadi perempuan Muslim pertama yang bisa menembus Gedung Capitol.
Omar cilik dan keluarganya melarikan diri dari perang saudara di Somalia dan mengungsi di kamp pengungsian Dadaab di negara tetangga Kenya selama beberapa tahun. Ia kemudian diizinkan meninggalkan kamp pada usia 12 tahun.
Kemenangannya disambut meriah oleh publik Kenya dan juga oleh para pengungsi di Dadaab. ”Selamat dari kami di Kamp Pengungsi Dadaab!” demikian isi Twitter jurnalis Moulid Hujale dari kamp pengungsi. ”Kemenanganmu sangatlah spesial bagi ratusan ribu pengungsi yang masih terkurung di kamp ini. Mereka membicarakan kisahmu. Kamu betul-betul menginspirasi mereka.”
Bagi Siddharth Chatterjee, ketua delegasi Kenya di PBB, kemenangan Omar merupakan sebuah pencapaian besar. ”Ia menjadi lambang keberanian dan keuletan. Dia telah melewati perjalanan dan keberanian yang luar biasa untuk sampai di titik ini.”
Kenya menampung sekitar 500.000 pengungsi yang datang dari Somalia, Sudan Selatan, Kongo, dan Etiopia, sebagian besar dari mereka tinggal di Kamp Dadaab. Sedikitnya dibutuhkan waktu 4 tahun untuk memperoleh status sebagai pengungsi, dan beberapa tahun lagi untuk diterima negara penampung.
”Ini luar biasa. Dari DPRD dan kini menuju Kongres dan melayani warga di Distrik 5, sungguh merupakan kehormatan dan kesempatan luar biasa,” kata Omar kepada Associated Press.
Omar menyatakan siap berangkat ke Washington dan bergabung dengan kaukus yang beragam, progresif, dan berani. Dia berencana membuat ”pemerintahan saat ini akuntabel melalui pengawasan.”
Era perempuan
Keberhasilan Omar juga merupakan bagian dari sejarah baru di mana 120 perempuan akan bekerja di Kongres AS kali ini, 98 orang di DPR, dan 22 orang di Senat. Ini merupakan rekor tertinggi dalam sejarah.
Begitu banyaknya perempuan yang mencalonkan diri untuk menjadi kandidat didorong oleh gerakan #MeToo dan juga kemarahan terhadap sikap dan kebijakan Presiden AS Donald Trump. Mereka juga marah karena Trump yang diterpa sejumlah kasus pelecehan seksual bisa mengalahkan Hillary Clinton yang dianggap sebagai kandidat presiden paling berkualitas dalam sejarah.
Dan, kini terbukti bahwa Trump mengeluarkan kebijakan yang justru merusak layanan jaminan kesehatan, memisahkan keluarga migran di perbatasan. Ia juga diterpa kasus-kasus ”baru” pelecehan perempuan.
Pemilu ini menghasilkan anggota kongres perempuan yang termuda dalam sejarah, yaitu Alexandria Ocasio-Cortez dari New York dan Abby Finkenauer dari Iowa, yang berusia 29 tahun. Juga untuk pertama kali dua perempuan asal suku asli Indian Amerika bisa menembus Kongres.
Rekor sebelumnya, perempuan yang dapat duduk di Kongres adalah 85 orang. Dari jumlah total, anggota Kongres perempuan sekitar 23 persen, masih relatif kecil untuk dalam peringkat global.
”Semakin banyak warga Amerika yang memberikan suaranya, semakin para pemimpin kita yang terpilih terlihat sebagai representasi Amerika,” kata mantan Presiden Barack Obama, yang memuji rekor perempuan yang dapat menembus Kongres, juga meningkatnya representasi kaum minoritas dan melonjaknya jumlah pemilih yang memberikan suaranya.
Mayoritas kandidat perempuan datang dari Demokrat dan membuat wajah partai ini menjadi lebih beragam dan lebih muda. Mereka memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari veteran militer, mantan agen CIA, guru yang memiliki anak kecanduan obat, dan lainnya.