Mengenang 20 Tahun Tragedi Semanggi
Halaman parkir motor Kampus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta tidak terlihat istimewa pada Jumat (9/11/2018) sore. Berbatasan dengan Jalan Jenderal Sudirman, halaman tersebut berseberangan dengan Gedung BRI I dan II yang menjulang tinggi.
Dari salah satu gedung tersebut, hujan peluru pernah dilepaskan dan menyasar Bernadus R Norma Irmawan, salah satu sosok mahasiswa yang kerap dijuluki "pahlawan reformasi versi Semanggi".
Peristiwa yang menimpa mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya 20 tahun silam tersebut coba dijelaskan kembali oleh Mazmur Simamora, mahasiswa Fakultas Hukum 2015. Ia mencoba merekonstruksi kejadian yang ia pahami dengan menunjukkan lokasi-lokasi bersejarah di tempatnya kuliah.
"Di sini, Wawan yang tertembak dari pinggir jalan dibawa ke sini. Sayang, nyawanya tidak bisa cepat ditolong," tutur Mazmur sambil menunjuk titik di samping sebuah pohon besar, pada halaman parkir beralas konblok tersebut. Menurutnya, setiap tanggal 13 November, acara tabur bunga diadakan di titik tersebut untuk mengenang gugurnya Wawan.
Mazmur kemudian mengajak Kompas untuk mendatangi aula yang disebut Hall KW (Karol Wojtyla), serta lapangan olahraga atau Sporthall. "Tempat ini menjadi pusat penampungan dan perawatan mahasiswa yang menjadi korban," dia menjelaskan.
Di dalam kampus tersebut, ribuan mahasiswa pernah berlindung dari sasaran amarah tentara (Kompas, 14/11/1998). Mahasiswa yang menjadi korban dikelola cukup profesional oleh para mahasiswa, meski cukup kewalahan ditangani karena banyaknya korban yang menderita cedera berat.
Tak sedikit dari mereka harus diangkut ambulans menuju rumah sakit-rumah sakit di Jakarta. Kampus Atma Jaya menjadi saksi jatuhnya puluhan korban yang merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk Wawan. Dalam catatan, lima mahasiswa tewas dalam tragedi tersebut.
Serangan dari aparat militer yang berusaha menolak aksi mahasiswa tak bersenjata terjadi sepanjang Jumat, 13 November. Peristiwa hari itu tak kunjung usai bahkan setelah Sidang Istimewa (SI) MPR, di Senayan, ditutup. SI tersebut tidak diharapkan mahasiswa yang turun ke jalan.
Mereka juga bersikukuh menuntut penghapusan Dwifungsi ABRI, serta pengadilan terhadap Soeharto, yang telah melepas jabatan presidennya pada Mei 1998, kepada para wakil rakyat yang tengah bersidang.
Pameran
Untuk memperingati 20 tahun Tragedi Semanggi tersebut, sebuah pameran fotografi diadakan di Hall C Atma Jaya Jakarta, sejak tanggal 8 hingga 13 November. Pameran tersebut memajang 48 foto yang menampilkan berbagai potret peristiwa dalam rentang waktu sejak 1998 hingga 2018.
Pengunjung bisa melihat foto suasana Tragedi Semanggi I yang didapat dari jurnalis foto Arbain Rambey hingga arsip Fakultas Hukum Atma Jaya. Foto-foto aksi mengenang tragedi tersebut dalam beberapa tahun terakhir juga ditampilkan.
Tidak ada deskripsi keterangan foto di setiap foto yang dipamerkan. Hal ini dimaksudkan agar mereka yang ingin melihat pameran dapat berinteraksi dengan panitia untuk berbagi cerita dari foto-foto tersebut.
"Kami inginnya pengunjung tidak hanya lihat fotonya saja lalu pergi. Kami ingin ada interaksi agar tujuan kami tersampaikan," kata Dimas Josaphat selaku Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fotografi Atma Jaya Jakarta, Studio 51.
Kolaborasi
Agenda pameran tersebut menjadi awal kolaborasi antarmahasiswa Atma Jaya Jakarta dalam memperingati Tragedi Semanggi 1998. Selama 20 tahun terakhir, peringatan tersebut hanya dikerjakan mahasiswa dari Fakultas Hukum.
"Masa mahasiswa hukum terus, sih. Mahasiswa lain juga perlu bergerak untuk menyadarkan kembali perjuangan kakak-kakak kita dalam mewujudkan reformasi. Dalam bidang berbeda, kami bisa bergerak untuk satu tujuan," ujar Christian Crisna, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2016, yang juga anggpta panitia pameran.
Dalam waktu seminggu, beberapa rangkaian acara juga akan diselenggarakan, seperti acara pemutaran film, diskusi sejarah, tabur bunga, hingga aksi damai menuju Istana Negara pada puncaknya tanggal 13 November 2018.
Pada kesempatan sama, mahasiswa hukum sekaligus panitia, Daniel Dachi, menambahkan, "Kampus ini pernah menjadi salah satu wadah bagi pergerakan mahasiswa 98. Jadi, kami ingin semangat perjuangan senior-senior kami tidak berhenti sampai di sini."
Kampus ini pernah menjadi salah satu wadah bagi pergerakan mahasiswa 98. Jadi, kami ingin semangat perjuangan senior-senior kami tidak berhenti sampai di sini
Agenda peringatan tahun ini dikatakan tetap akan menyuarakan kepentingan kemanusiaan, yaitu dalam hal mendorong penyelesaian penegakan hukum atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Para mahasiswa di kampus tersebut pun berharap, pemerintah yang berkuasa bisa menuntaskan proses peradilan untuk para korban.
"Banyak agenda reformasi yang belum diselesaikan, seperti pelanggaran HAM yang burik bagi negara hukum seperti Indonesia. Kami masih perlu menagih janji kepada pemerintah untuk penegakan hukum," pungkas Daniel.
Penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat merupakan serangkaian persoalan yang menjadi tuntutan reformasi yang paling disoroti publik (Kompas, 21/5/2018). Namun, sampai saat ini, berkas hasil penyelidikan Komnas HAM terkait kasus itu masih mengendap di kejaksaan. Hal serupa juga terjadi di kasus lain, seperti kerusuhan Mei 1998 serta peristiwa Trisakti dan Semanggi II.
Sebanyak empat mahasiswa meninggal akibat luka tembak dalam peristiwa di Universitas Trisakti pada Mei 1998. Sebanyak lima mahasiswa meninggal dalam Tragedi Semanggi I, dan lima orang juga meninggal di Tragedi Semanggi II. (ERIKA KURNIA)