MATARAM, KOMPAS — Setelah gempa mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pelaku industri pariwisata di wilayah itu sepakat ”membuka baju” dan gencar mengadakan promosi guna meyakinkan kembali wisatawan untuk berkunjung ke sejumlah destinasi wisata daerah itu. Mereka mengundang agen perjalanan wisata dalam negeri selain meluncurkan misi penjualan (sale mission) paket wisata kepada pelaku wisata di luar negeri.
”Kami sepakat ’buka baju’. Hotel, restoran, dan travel agent tidak membawa kepentingan sendiri, tetapi berpromosi dan menjual destinasi wisata NTB secara keseluruhan di dalam dan luar negeri,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran NTB Hadi Faesal, Kamis (8/11/2018), di Mataram, Lombok.
Semangat memulihkan kembali pariwisata NTB, khususnya Lombok, kata Hadi, terpicu oleh berita yang beredar dan mengesankan semua fasilitas di destinasi wisata Lombok rusak setelah gempa Juli-Agustus 2018 sehingga Lombok tidak aman dan nyaman untuk dikunjungi. Ada beberapa gedung hotel yang rusak akibat gempa, seperti di obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, kemudian di Gili Terawangan, Gili Meno, dan Gilir Air di Lombok Utara.
Namun, obyek wisata di Lombok Tengah, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, Lombok Tengah, Taman Wisata Alam Gunung Tunak, Taman Wisata Alam Kerandangan di Lombok Barat, kemudian Pantai Pink di Lombok Timur, Gili Gede, di Lombok Barat, tidak terdampak gempa sehingga aman dan nyaman untuk dikunjungi.
Untuk itu, pelaku bisnis wisata di NTB mengundang agen perjalanan pariwisata luar daerah melakukan Familirazation Trip (Famtrip) yang kini berjalan lima kali dengan rombongan sebanyak 30-40 orang per Famtrip.
Ketua Asita NTB Dewantoro Umbu Joka mengatakan, dalam waktu dekat, rombongan Famtrip dari Bali dan Jabodetabek akan bertolak ke Lombok.
”Kami undang mereka untuk melihat kondisi riil setelah gempa di Lombok. Kesan mereka, tidak semua tempat yang rusak akibat gempa. Lombok aman dan nyaman dikunjungi,” ujar Dewantoro.
Selain itu, road show pelaku wisata NTB juga menjadwalkan untuk dilakukan ke lima kota, yakni Bandung, Yogyakarta, Banjarmasin, dan Jakarta, tetapi baru ke Batam yang telah dilaksanakan.
Hadi mengatakan, untuk misi penjualan di luar negeri, perkembangan proses pemulihan setelah gempa sekaligus menjual titik-titik destinasi yang akan membuat NTB booming kepada buyer di Singapura dan Malaysia. Kedua negara itu juga dihubungkan dengan penerbangan langsung ke Lombok oleh maskapai Silk Air dan AirAsia.
Dari ikhtiar itu, para buyers berkomitmen membantu pemulihan pariwisata Lombok. ”Bulan Desember mendatang, sejumlah agen besar di Malaysia membawa tamu 100-200 orang ke Lombok,” ujarnya sambil berterima kasih kepada Menteri Pariwisita Arief Yahya, yang selain mendukung pendanaan juga terus mempromosikan pariwisata di dalam dan luar negeri.
Dukungan
Dukungan juga datang dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengimbau kementerian/lembaga pemerintah untuk menggelar rapat kerja di Lombok guna membantu kebangkitan pariwisata daerah itu. Hotel ini juga terdampak, dari 171 kamar, ada 76 kamar dijual dan sisanya, 95 kamar, sedang diparbaiki.
Dari kamar yang beroperasi itu, okupansi hotel itu 50 persen awal November kendati dibandingkan November-Desember semua kamar telah dipesan. ”Saat ini, yang mengisi kamar mayoritas wisatawan domestik dan kegiatan kementerian dan pemerintah daerah,” kata Cherry, pelaku usaha wisata di NTB.
Hotel resor masih sepi tamu karena wisatawan umumnya menghindari berwisata ke pantai. Sementara sebagian besar hotel, vila, dan penginapan obyek wisata di Lombok berlokasi di pinggir pantai, seperti obyek wisata Senggigi. Agak berbeda dengan City Hotel yang beberapa fasilitas hotelnya rusak akibat gempa. Namun, kerusakan segera diperbaiki dan relatif lebih cepat pulih.
”Oktober lalu, okupansi kami ditutup 70,15 persen. Okupansi itu sangat bagus bagi daerah yang baru kena musibah gempa,” kata Reza Bovier, General Manager Hotel Santika, Mataram, Lombok, yang memiliki 123 kamar.
City Hotel tidak ada low season-high season. ”Ada yang bilang Januari-Februari low season. Waktu Hari Pers Nasional pada Februari 2016 di Lombok kunjungan ramai. Katanya bulan puasa low season, ternyata banyak acara di hotel-hotel,” ujar Reza.