TEGAL, KOMPAS - Perhelatan demokrasi semestinya menjadi adu program dan menjadi pesta yang dirayakan bersama semua masyarakat. Tidak semestinya politisi menakut-nakuti masyarakat dan menimbulkan keragu-raguan.
“Itu sering saya sampaikan, namanya politik genderuwo, nakut-nakuti,” tutur Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di pembagian sertifikat untuk warga Kabupaten Tegal di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018).
Presiden mengingatkan, saat ini banyak politikus yang pandai memengaruhi tapi tidak menggunakan etika politik yang baik dan tidak menggunakan sopan santun.
“Coba kita lihat, politik dengan propaganda membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut, yang kedua membuat ketidakpastian. Masyarakat memang digiring ke sana dan ketiga menjadi ragu-ragu,” tutur Presiden.
Kenyataannya, menurut Presiden, masyarakat dalam keadaan baik-baik saja. “Masyarakat senang koq diberi propaganda ketakutan. Ini berbahaya sekali,” tuturnya.
Propaganda ini disampaikan ketika Presiden mengingatkan masyarakat untuk tetap bersatu dan bersaudara kendati ada pemilihan bupati, wali kota, gubernur, atau pun pemilihan presiden. Perbedaan pilihan dalam pemilu tak semestinya membuat konflik apalagi perpecahan di antara masyarakat.
“Jangan sampai tidak rukun, tidak bersatu, menjadi pecah gara-gara pilihan presiden, pilihan gubernur, pilihan bupati. Jangan sampai. Rugi besar kita ini. Karena setiap lima tahun itu ada pilihan bupati, pilihan gubernur, pilihan wali kota. Ada terus,” tambah Presiden.
Apalagi, negara Indonesia yang sangat besar dan luas ini memang terbentuk dari warga yang berbeda-beda baik suku, agama, adat istiadat, tradisi, dan bahasa daerahnya. Penduduknya yang mencapai 263 juta orang pun tersebar di 17.000 pulau dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Karenanya, aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, dan kerukunan. Tak semestinya akibat pemilihan gubernur, bupati, wali kota atau pemilihan presiden, kemudian antartetangga atau antarsaudara tak saling sapa.
“Kita harus menjaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah kita. Kita ini semua adalah saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,” ujar Presiden.
Dalam acara tersebut, setidaknya 3.000 sertifikat dibagikan kepada warga Kabupaten Tegal. Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofjan Djalil, tahun ini akan ada 45.000 sertifikat yang dibagikan kepada masyarakat Tegal. Adapun semua bidang tanah di Tegal baru akan rampung disertifikatkan pada 2023.
Adapun di Jateng, tahun ini disiapkan 1.212.000 sertifikat yang akan dibagikan kepada warga. “Seluruh tanah Jateng akan selesai disertifikatkan pada 2023,” kata Sofjan.
Warga pun gembira karena rumah dan lahan mereka sudah besertifikat. Suhamah (66), warga Desa Sokasari Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal kini memiliki sertifikat atas lahan kebunnya. Sebelum ini, lahannya hanya terdaftar di pajak.
Sukhati warga Desa Kertasari Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal juga gembira rumahnya yang berukuran 7x12 meter persegi sudah besertifikat. Sebelum ini, hanya ada akta jual beli sebagai bukti. “Buat sertifikatnya gratis. Saya senang, mau bikin (sertifikat), nggak ada uang,” ujar Sukhati.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimun menambahkan, kini pemerintah provinsi akan mendorong masyarakat untuk mengembangkan ekonominya melalui usaha kecil menengah.
“Sertifikat bisa untuk mengembangkan ekonomi masyarakat. Pemprov Jateng juga mengeluarkan pinjaman yang mudah dan berbunga ringan, 7 persen,” tuturnya.