MATARAM, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Rinjani membuka jalur pendakian baru dari Desa Aikberik, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menyusul rusaknya jalur pendakian lama di Lombok Utara dan Lombok Timur akibat gempa, yang belum bisa dibenahi dalam waktu dekat. Pendakian melalui jalur baru ke Rinjani (3.726 meter di atas permukaan laut) dibuka pada 20 November-31 Desember 2018.
”Pembukaan jalur baru tetap memperhatikan kuota sekaligus mempertimbangkan soal ekonomi pemandu dan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari aktivitas pendakian,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono Hardjo, Sabtu (10/11/2018), di Mataram.
Keputusan membuka jalur pendakian ditempuh setelah tim gabungan melakukan beberapa kali survei, di antaranya mengecek rute pendakian lama, seperti jalur pendakian Senaru, Lombok Utara, selain jalur pendakian Sembalun dan Timbanuh, Lombok Timur. Jalur-jalur itu selain tidak mungkin dilalui juga karena sejumlah mata air tertimbun longsor sejak gempa 29 Juli lalu.
Untuk itu tim gabungan kemudian mencari alternatif, yaitu menelusuri jalur pendakian Aik Berik, sekaligus memasang rambu-rambu dan membenahi beberapa shelter. Kesimpulannya, jalur Aik Berik layak dilalui, tetapi harus ada kuota pengunjung sekitar 150 orang.
TNGR juga memberlakukan pembelian melalui media daring, pengecekan tiket masuk dan barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah agar dimasukkan dalam daftar yang dibawa saat mendaki, lalu daftar itu diserahkan kepada petugas untuk mengecek saat pengunjung turun mendaki.
Pembukaan jalur pendakian Aik Berik berlangsung singkat karena bulan Januari dan beberapa bulan berikutnya sebab Gunung Rinjani diliputi cuaca kurang bersahabat yang membahayakan keselamatan pendaki. Pendaki harus membayar tiket Rp 5.000 untuk wisatawan Nusantara dan Rp 150.000 wisatawan mancanegara. Rencana jalur baru pendakian ini diresmikan oleh Bupati Lombok Tengah Suhaili, Senin (19/11/2018).
Mendaki Rinjani melalui rute Desa Aik Berik, wisatawan bisa singgah di obyek wisata Benang Setukel dan Benang Kelambu. Perintis obyek wisata air terjun itu, Abdul Kadir, Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, mengatakan, dua air terjun terunik dari 10 air terjun di dunia.
”Air terjun Benang Kelambu, menurut Prof Ibrahim Komo (Vice President of UNESCO Global Geopark, dari Universitas Kebangsaan Malaysia), yang paling unik dari 10 terjun di dunia yang merupakan jejak letusan Gunung Samalas (Rinjani Tua),” ujar Abdul Kadir.
Manajer Geowisata dan Trekking Geopark Rinjani, Budi Karyawan, mengatakan, dua air terjun aquiver itu, airnya bersumber dari air tanah, mengalir lewat tiga undakan dan jatuh melalui semak belukar yang menyerupai bentangan kain kelambu dari kejauhan. Warga pun menamakannya benang setukel (segumpal) dan kelambu. Benang Kelambu berada di atas air terjun Benang Setukel.
Aik Berik yang berjarak sekitar 30 meter dari Mataram, ujar Abdul Kadir, adalah jalur trekking wisatawan minat khusus dari selatan Gunung Rinjani. Wisatawan bisa menikmati hawa sejuk kawasan hutan yang rindang diperkaya oleh tanaman lokal seperti durian. Di kawasan ini tumbuh 75 jenis anggrek, seperti Vanda lombokensis endemic Lombok, 55 jenis kupu-kupu dan pakis raksasa.
Tiap satu jam berjalan pengunjung menemukan satu sumber mata air, sebuah savana yang ditumbuhi bunga eidelweis dan air terjun Umar Maya setinggi 10 meter. Di ketinggian 2.200 meter ada air terjun Tiara Dewi Anjani–tokoh imajiner penguasa Gunung Rinjani. Perjalanan pulang-pergi trekking selama 6 jam-7 jam, tutur Abdul Kadir.