Logo Jak Lingko, program pengganti OK Otrip, resmi diluncurkan pada Jumat (9/11/2018). Peresmian logo ini diharpkan menjadi titik awal pelaksanaan integrasi transportasi antarmoda yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pada 8 OKtober 2018, Pemprov DKI Jakarta resmi mengganti nama OK Otrip menjadi Jak Lingko. Untuk mencari logo baru bagi Jak Lingko, pemerintah mengadakan lomba desain logo. Desain logo yang terpilih merupakan hasil karya warga Surabaya, Melvin Santoso dan tim.
“Brand ini akan berdampak besar pada begitu banyak aspek, khususnya transportasi di kota ini. Logo dan penamaan akan berpengaruh pada asosiasi dari masyarakat terhadap Jak Lingko,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Jak Lingko adalah sebuah sistem induk dari sejumlah moda transportasi umum di DKI Jakarta, seperti angkutan kota, Transjakarta, bus kecil, bus sedang, MRT (Mass Rapid Transportation), dan LRT (Light Rail Transit). Sistem ini didesain agar terjadi kontinuitas bagi para pengguna transportasi umum. Artinya, warga dapat menaiki suatu moda transportasi dan melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi lain.
Jak Lingko diserap dari kata “lingko” yang berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kata itu mencerminkan makna jejaring atau integrasi sebuah sistem persawahan. Anies mengatakan, nama Jak Lingko diharapkan dapat mengadopsi sistem integrasi tersebut.
Anies mengatakan, integrasi yang dimaksud mencakup integrasi rute, tiket pembayaran, dan manajemen antarmoda transportasi. Oleh karena itu, standar pelayanan minimal (SPM) akan digunakan sebagai acuan integrasi tersebut. “Semoga semua ini bisa tuntas dalam waktu cepat. Lebih cepat, lebih baik,” katanya.
Rencananya, logo Jak Lingko akan dipasang di semua moda transportasi. Namun, pelaksanaannnya akan dilakukan secara bertahap.
Menurut ketua juri lomba desain logo Jak Lingko Danton Sihombing, penilaian dan penentuan Jak Lingko mempertimbangkan beberapa aspek. Logo yang dipilih harus dapat memberi penebalan identitas Jakarta. Tujuannya agar ada narasi baru yang diwakilkan oleh logo itu.
Logo Jak Lingko yang dipilih didominasi oleh warna hijau dan biru. Logo itu menampilkan bentuk menyerupai jaring laba-laba berbentuk bulat. Bentuk itu dimodifikasi sehingga membentuk enam sudut. Menurut desainer logo, Melvin Santoso, keenam sudut itu menggambarkan jangkauan Jak Lingko di enam kota administrasi di DKI Jakarta.
Logo tersebut terpilih dari 126 peserta lomba yang menyerahkan portofolionya. Seluruh karya diseleksi dan menyisakan 35 karya. Seleksi lanjutan dilakukan hingga menyisakan tiga finalis. Seluruh karya dinilai oleh lima orang juri dan diketuai oleh Danton Sihombing dari Inkara Brand Consultant.
Persiapan
Sejumlah persiapan perlu dilakukan sebelum Jak Lingko diterapkan. Anies mengatakan, kerja sama dan kolaborasi perlu dilakukan agar Jak Lingko dapat terlaksana dengan baik. Ia optimistis bahwa integrasi antarmoda dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
Selama ini, jangkauan masyarakat dari halte Transjakarta untuk mengakses moda transportasi lain adalah satu kilometer. Rencananya, jarak itu akan dipangkas menjadi 500 meter. Tujuannya agar akses masyarakat menjadi lebih dekat dan mudah.
“Semoga pada 2020 atau 2021 semua wilayah Jakarta dapat dijangkau oleh kendaraan umum massal. Semoga jangkauannya 100 persen,” kata Anies.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Agung Wicaksono mengatakan, ada empat titik yang akan menjadi prioritas untuk integrasi fisik antarmoda transportasi. Keempat titik itu adalah Lebak Bulus, Halte CSW Koridor 13, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.