JAKARTA, KOMPAS — Pelaku penyerangan Markas Kepolisian Sektor Penjaringan, Jakarta Utara, berinisial R tidak terkait dengan kelompok teroris. Aksi nekatnya merupakan akibat dari penyakit yang lama dideritanya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, Sabtu (10/11/2018), menegaskan, tidak ada keterkaitan R dengan kelompok teroris.
”Yang bersangkutan mengalami sakit kelenjar getah bening selama dua tahun tidak sembuh-sembuh. Keinginan untuk matinya cukup kuat. Untuk sementara tidak ada kaitan dengan teroris,” katanya.
Menurut Dedi, polisi akan melakukan pemeriksaan kejiwaan R. Namun, hingga berita ini diturunkan, Dedi belum mengetahui hasil tes kejiwaan tersebut.
Dedi mengatakan, setelah penyerangan di Markas Polsek Penjaringan, pengamanan di kantor-kantor polisi akan ditingkatkan. Standar pengamanan yang sudah dilakukan selama ini terus dilakukan.
”Apalagi menjelang pelaksanaan Operasi Lilin (operasi kepolisian menjelang Natal dan Tahun Baru) semua ditingkatkan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengutarakan, Densus 88 Antiteroris ikut menyelidiki penyerangan di Markas Polsek Penjaringan.
”Pada saat tersangka menyerang, dia sempat berteriak takbir. Motifnya masih didalami. Barang yang disita tas warna hijau, sepeda motor, pisau, dan golok,” kata Argo.
Menurut Argo, kejadian penyerangan sekitar pukul 01.30. R mengendarai sepeda motor berhenti di depan Polsek Penjaringan.
”Tiba-tiba R dengan golok di tangan kanan dan pisau di tangan kiri langsung menyerang anggota polisi yang ditemuinya. Pelaku juga memecah kaca dengan goloknya,” kata Argo.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Penjaringan Ajun Komisaris Irawan yang mendengar keributan keluar untuk menenangkan pelaku, tetapi diserang hingga tangannya terluka dan terjatuh.
Kemudian datang anggota Reskrim yang sedang piket ikut membantu menenangkan pelaku. Anggota Reskrim tersebut menembak tangan R hingga goloknya terjatuh.