Siapa pun sebenarnya bisa menjadi pahlawan. Namun, persoalannya, mau atau tidak? Butuh komitmen, keberanian, dan pengorbanan untuk dapat menjadi pahlawan sejati.
Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, Sabtu (10/11/2018), mengingatkan kita akan sosok para pahlawan yang terus berjuang, baik dalam merebut maupun mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Kementerian Pertahanan kembali mengadakan pameran Indo Defence tepatnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Agenda nasional yang diadakan setiap dua tahun sekali menampilkan berbagai alat utama sistem persenjataan (alutsista).
SHARON UNTUK KOMPAS
Agenda Nasional Indo Defence 2018 diselenggarakan untuk menampilkan alat utama sistem persenjataan yang dimiliki Indonesia, Sabtu (10/11/2018), di Jakarta.
Pengenalan alutsista kepada masyarakat luas pastinya membuat masyarakat semakin memahami Indonesia. Pemahaman ini penting sebab kualitas sebuah negara ditentukan pada bagaimana kita menjaga alam serta manusia yang ada di dalamnya.
Sebagai negara yang besar, tentu menjaga keutuhan dan kedaulatan Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Namun, melalui kemampuan yang ada, tantangan tersebut harusnya menjadi potensi untuk lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah kemerdekaan, tantangan kita bukan lagi melawan bangsa asing. Dalam pidatonya, Presiden pertama Indonesia Soekarno menegaskan, perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. ”Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,” pesannya bagi bangsa ini.
Pada hari ketiga sekaligus hari terakhir Indo Defence 2018 Expo dan Forum, pengunjung semakin memadati ruang pameran untuk melihat dan mencoba berbagai alutsista yang dipamerkan. Tak hanya di ruang pameran, acara ini juga menyelenggarakan live demonstration di lapangan terbuka.
Sekitar pukul 11.00, live demonstration dimulai. Kali ini, ada empat kendaraan tempur yang dipertunjukkan kepada pengunjung, mulai dari kendaraan tempur Badak, Anoa, Komodo, hingga Medium Tank Harimau yang merupakan kendaraan tempur terbaru dari PT Pindad (Persero).
Penonton menyambut dengan decak kagum setiap kendaraan tempur yang melaju mengelilingi lapangan. Kendaraan tempur juga melaju di atas potongan batang pohon yang disambung dengan seng guna memperlihatkan kekuatannya. Efek suara seperti dalam medan tempur berhasil menambah ketegangan suasana siang itu.
Setelah semua kendaraan tempur menunjukkan keistimewaannya, pengunjung diperbolehkan mendekat dan merasakan langsung bagaimana keadaan di dalam kendaraan tempur. Serentak mereka turun dan mengerumuni keenam kendaraan tempur karya anak bangsa.
SHARON UNTUK KOMPAS
Antusiasme pengunjung melihat berbagai kendaraan tempur karya anak bangsa.
Panas terik matahari tak menyurutkan semangat pengunjung, terutama anak-anak untuk melihat, memanjat, dan memasuki kendaraan tempur. Wajah ceria dan suara gelak tawa memenuhi lapangan live demonstration.
Tak ayal lagi, Gaizka, bocah sepuluh tahun, langsung memanjat roda kendaraan tempur Tank Harimau untuk masuk ke dalam ruang kendali. ”Tuh, belum jadi tentara saja sudah bisa naik sendiri,” ujar ayah Gaizka, Febriski (39), sambil tersenyum.
Febriski datang bersama istri, Hilda (39), serta ketiga anaknya. Dalam memaknai Hari Pahlawan, Febriski mengatakan, anak-anak perlu dikenalkan bagaimana tentara menjaga kedaulatan dan keutuhan negara.
SHARON UNTUK KOMPAS
Antusiasme anak-anak menaiki Medium Tank Harimau.
”Kita harus bangga terhadap karya anak bangsa. Pameran alat utama sistem senjata ini memberikan wawasan dan motivasi bagi kita semua, khususnya anak-anak yang nantinya menjadi pemimpin bangsa,” ujar Febriski.
Antusias anak lainnya tak kalah seru. Naufal, yang berusia delapan tahun, dengan cekatan memanjat kendaraan tempur Anoa. Adiknya, Jindan (4), juga ingin merasakan keseruan menaiki kendaraan tempur. Dengan bantuan ayahnya, Fahmi Bukhori (36), Jindan diangkat naik ke kendaraan tempur Anoa.
Naufal yang bercita-cita menjadi tentara bergaya selayaknya tentara yang sedang hormat. Kelima jari tangan kanannya disandarkan pada dahi mungilnya. Senyuman langsung memancar memperlihatkan keceriaannya.
SHARON UNTUK KOMPAS
Naufal (kiri) dan Jindan antusias menaiki kendaraan tempur Anoa.
Setelah turun dari kendaraan tempur Anoa, dengan antusias Naufal menceritakan pengalamannya. ”Di dalam seru banget. Saya belum pernah naik mobil yang kaya gitu. Keren pokoknya,” ujarnya.
Fery Aulia (42) datang bersama istri, Vera (35), dan kedua anaknya. Fery mengatakan, acara ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman anak-anak. Setidaknya, mereka jadi mengetahui bagaimana bentuk aslinya.
Kecintaan anaknya, Alshaf (5), pada kendaraan tempur sudah menjadi hobinya sejak lama. Fery mengatakan, Alshaf mengoleksi banyak tank mainan di rumahnya.
SHARON UNTUK KOMPAS
Alshaf mengaku senang dapat menaiki langsung salah satu kendaraan tempur. Biasanya, ia hanya dapat bermain dengan kendaraan tempur mainan miliknya.
”Biasanya kan cuma bisa lihat dari televisi kalau enggak lewat mainan. Tetapi kalau di sini, bisa lihat langsung. Anak-anak pasti bangga sudah pernah melihat bahkan bisa menaikinya,” kata Fery.
Menjadi pahlawan memang tak mudah. Namun, kita dapat memulainya dari memahami potensi Indonesia dan memulainya dengan langkah kecil. Memanusiakan manusia tanpa membedakan. (SHARON PATRICIA)
