Festival Tempo Doeloe Tampilkan Keberagaman Jakarta
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Festival bertajuk Jakarta Tempo Doeloe digelar di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, pada 10-16 November 2018. Festival ini diselenggarakan untuk memperkenalkan keberagaman Jakarta sejak zaman dahulu, sekaligus untuk menarik lebih banyak wisatawan berlibur ke kawasan Kota Tua.
Berlokasi di Taman Fatahillah, Jakarta Barat, festival tersebut merupakan kolaborasi Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Beragam acara dan pameran ditampilkan, seperti pada Minggu (11/11/2018) siang, panggung utama di depan Museum Seni Rupa dan Keramik menampilkan pertunjukan kesenian dan kebudayaan. Penampilan yang dihadirkan seperti band musik keroncong, orkes musik Betawi Tanjidor, orkes Samrah khas Melayu yang bernuansa kearaban, hingga lenong Betawi.
Di sisi utara taman atau dekat Kantor Pos, terdapat sekitar 10 tenda yang antara lain diisi Unit Pengelola Museum Seni Jakarta, Unit Pengelola Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, ada juga komunitas seni rupa. Di sana, pengunjung bisa mencoba workshop seni, kuis interaktif, dan berbelanja produk kesenian.
Di timur laut Taman Fatahillah terdapat stan pameran arkeologi yang berisi lukisan peta dan kawasan kuno peninggalan Hindia Belanda. Sejumlah barang antik dan pahatan kayu koleksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dihadirkan.
Setiap malam, akan diadakan pertunjukan film di beranda Museum Sejarah Jakarta, di antaranya film tentang Presiden Soekarno Ketika Bung Karno di Ende sampai 99 Cahaya di Langit Eropa. Pameran dan pertunjukan film akan diadakan hingga hari terakhir festival.
Tidak kalah menariknya, di tengah Taman Fatahillah terdapat empat instalasi rumah yang mewakili empat kelompok masyarakat di Betawi tempo dulu. Ada rumah bergaya Belanda, Arab, Tionghoa, dan Betawi. Tak sedikit pengunjung yang hadir berfoto di dalam setiap rumah seluas 5 meter persegi tersebut.
”Kawasan Kota Tua yang begitu luas ini ditinggali beberapa etnis, selain Betawi sendiri. Ada orang Tionghoa yang tinggal di pecinan seperti di Glodok, Jakarta Barat. Ada juga kampung Arab di Pekojan di Tambora. Dulu, juga bangsa Eropa pernah tinggal di sini,” tutur Pengelola Pelayanan Informasi UPK Kota Tua Ahmad Fauzie.
Kawasan Kota Tua seluas 334 hektar, menurut Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014, meliputi zona inti di sekitar Taman Fatahillah dan didukung kawasan penyangga, seperti Sunda Kelapa, Museum Bahari, dan Pulau Onrust di Kepulauan Seribu.
Festival Tempo Doeloe dipilih sebagai agenda Calendar of Event (CoE) 100 Wonderful Indonesia oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kawasan Kota Tua termasuk bagian dari salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016.
”Jakarta adalah kota yang dibangun oleh sejarah. Masa lampaunya yang kaya telah menjadikannya terbuka dengan berbagai bangsa dan membentuk karakter penduduk multietnis yang kekinian,” kata Esthy Reko Astuty, Ketua CeO 100 Wonderful Indonesia, sekaligus Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar.
Festival ini diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Menurut data Disparbud DKI Jakarta, tercatat 2.658.055 wisatawan mancanegara dan 35.464.110 wisatawan domestik yang datang ke Jakarta pada 2017. Tahun 2018, kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 3 juta orang.
Berdasarkan survei UPK Kota Tua 2017, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Tua berjumlah 36.000 orang dalam setahun. Sementara, wisatawan domestik mencapai 1,4 juta orang per tahun. Rata-rata pengunjung pada hari libur besar mencapai 128.024 orang dan hanya 32.055 pengunjung pada hari libur biasa. (ERIKA KURNIA)