Persiapan kurang dari sepekan setelah menjalani final pada dua turnamen di Eropa tak menjadi kendala bagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon untuk melaju ke final turnamen bulu tangkis China Terbuka. Mereka bahkan berpeluang melampaui tujuh gelar juara yang didapat pada 2017.
FUZHOU, SABTU Kevin/Marcus menjadi satu-satunya andalan Indonesia dalam meraih gelar juara dari turnamen yang digelar di Haixia Olympic Sports Center, Fuzhou, China. Menang atas pasangan tuan rumah, Liu Cheng/Zhang Nan, 17-21, 21-18, 21-14, dalam semifinal, Sabtu (10/11/2018), ganda putra nomor satu dunia itu akan berhadapan dengan pasangan China lainnya, He Jiting/Tan Qiang, pada final, Minggu. He/Tan menggagalkan final ganda putra sesama Indonesia setelah mengalahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, 21-14, 21-15.
Kevin/Marcus berangkat ke Fuzhou setelah tampil pada final Denmark dan Perancis Terbuka yang digelar dua pekan beruntun, 16-28 Oktober. Di Denmark, mereka meraih gelar juara.
Dalam masa jetlag sekembali dari Eropa, mereka berlatih jelang China Terbuka. Dalam akun media sosialnya, Marcus bercerita, dirinya hanya empat hari berada di rumah di antara dua turnamen di Eropa dan China.
Seolah tak mengenal lelah, mereka lolos ke final untuk kesembilan kalinya tahun ini. Delapan final sebelumnya menghasilkan tujuh gelar juara, termasuk Asian Games 2018.
Meski menjelang akhir tahun ini tak diberi target apa pun oleh pelatih, mereka masih berpeluang melampaui pencapaian 2017 dengan tujuh gelar juara dari delapan final. Setelah China Terbuka, mereka direncanakan tampil di Hong Kong Terbuka dan Final BWF World Tour di Guangzhou, China, Desember.
Menghadapi lawan yang berperingkat ke-17 dunia, mereka akan tetap waspada. ”Kalau sudah di final, ketemu siapa saja pasti tidak mudah. Kami harus siap,” kata Marcus dalam laman resmi PP PBSI.
Kevin/Marcus unggul 2-1 dalam pertemuan dengan He/Tan. Namun, He/Tan adalah pemain yang menghentikan sembilan final beruntun Kevin/Marcus sejak pertengahan 2017 hingga menjuarai All England, Maret 2018. He/Tan mengalahkan Kevin/Marcus pada perempat final Malaysia Terbuka.
Menurut mereka, semua ganda putra China memiliki karakter permainan yang sama. Kevin menilai, kecepatan dan kekuatan dalam pukulan serta pertahanan yang kuat menjadi faktor-faktor yang harus diantisipasi.
Saat melawan Liu/Zhang, misalnya, meski empat kali menang dari lima pertemuan sebelumnya, kemenangan Kevin/Marcus tak didapat dengan mudah. Kokohnya pertahanan Liu/Zhang membuat smes dari pasangan Indonesia berjulukan ”Minions” itu sulit membuahkan poin. Dengan pertahanan yang rapat, Liu/ Zhang dengan mudah bisa mendapat poin dari serangan balik hanya dengan dua kali smes setelah menahan smes Kevin/Marcus hingga belasan kali.
Permainan ganda juga tidak hanya mengandalkan tajamnya smes dan kokohnya pertahanan. Penguasaan permainan di depan net menjadi faktor penting lainnya. Menguasai lapangan depan berarti bisa mengontrol permainan. Faktor ini tidak terlihat pada Kevin/Marcus pada gim pertama. Mereka kalah cepat dalam menguasai lapangan depan.
Pada nomor lain, China dan Jepang masing-masing menempatkan finalis pada tiga nomor. Tuan rumah memastikan meraih gelar ganda campuran dengan final sesama pemain China.
Terhenti di semifinal
Dari Kejuaraan Dunia Yunior beregu campuran di Markham, Ontario, Kanada, pemain-pemain muda Indonesia tersisih pada semifinal. Indonesia kalah dari Korea Selatan, 1-3, pada pertandingan yang berlangsung Jumat malam waktu setempat atau Sabtu dini hari WIB.
Tim Merah Putih hanya bisa meraih kemenangan dari tunggal putra Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay yang tampil pada partai ketiga setelah Indonesia tertinggal 0-2. Pada dua partai pertama, Indonesia kehilangan angka karena kekalahan ganda putra, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan tunggal putri, Putri Kusuma Wardani.
Pada partai keempat, ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto juga kalah.