JAKARTA, KOMPAS - Program pembinaan prestasi atlet diharapkan terus berjalan sesuai kontrak anggaran. Jika terputus, kemampuan teknik dan kondisi mental atlet akan menurun drastis.
Sejumlah cabang olahraga tidak melanjutkan pelatnas sesuai durasi yang disepakati dalam kontrak anggaran dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, yaitu 12 bulan. Ada 28 cabang yang seharusnya terus menjalankan pelatnas hingga Desember tahun ini.
Penghentian pelatnas itu antara lain karena dana sudah habis untuk Asian Games, atlet dipulangkan ke daerah karena harus bersekolah dan kuliah, serta belum ada kejelasan nomor lomba dan pertandingan yang akan menjadi fokus pembinaan untuk SEA Games 2019.
Adapun cabang olahraga di bawah Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia sudah selesai sesuai dengan kontrak 10 bulan. Pelatnas berakhir setelah Asian Para Games pada Oktober.
Sementara dari 40 cabang olahraga peserta Asian Games, baru 12 yang sudah selesai pelatnasnya sesuai kontrak anggaran. Cabang itu adalah bulu tangkis (11), bridge (10), sepak takraw (10), tenis meja (10), wushu (10), senam (10) termasuk disiplin trampolin (4), bola tangan (9), anggar (9), boling (7), judo (7), hoki (6), dan kabaddi (6).
”Seharusnya cabang-cabang yang sudah membuat perjanjian anggaran untuk 12 bulan (28 cabang) menjalankan komitmennya. Kalau tidak, itu tentu jadi pertimbangan kami dalam memberikan anggaran kepada mereka tahun depan,” ujar Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana.
”Namun, kami tetap akan mendengarkan alasan mereka mengapa tidak melanjutkan pelatnas satu tahun penuh, termasuk alasan kuliah ataupun sekolah para atlet,” ujar Mulyana.
Komisi Bidang Pembinaan Prestasi dan Target PB Perbakin Sarozawato Zai saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (10/11/2018), mengatakan, pelatnas menembak berhenti pasca Asian Games yang bergulir pada 18 Agustus-2 September.
Setelah itu, para atlet kembali ke daerah masing-masing karena sebagian besar masih kuliah dan sekolah. ”Walaupun kembali ke daerah, mereka tetap diberikan program latihan sesuai standar pelatnas. Sekarang, latihan mereka diawasi oleh para pelatih daerah dengan koordinasi dari pusat,” ujar Sarozawato.
Pemulangan atlet juga demi efisiensi anggaran karena program 2019 belum jelas. Pasalnya, nomor pertandingan menembak belum dirilis resmi oleh penyelenggara SEA Games 2019 Filipina. Kalau dipaksakan pelatnas, dikhawatirkan nomor lomba yang dilatih itu tidak dipertandingkan di SEA Games nanti.
Cabang voli pantai juga memulangkan atlet ke daerah masing-masing. Hingga sekarang, pelatnas terhenti.
Pelatih voli pantai putra Indonesia, Koko Prasetyo, menyayangkan hal itu sebab latihan di daerah tak seragam. Di sisi lain, atlet tak lagi mengikuti kejuaraan seusai Asian Games hingga pergantian tahun. Kondisi tersebut akan menurunkan kemampuan teknik dan mental atlet.
”Nanti, untuk mengembalikan kemampuan teknik dan mental terbaik mereka, prosesnya tak akan mudah. Padahal, mereka punya target berprestasi di SEA Games 2019 dan bisa lolos ke Olimpiade 2020,” ujarnya. (DRI)