Rambut ibarat mahkota bagi setiap orang. Penampilan yang menarik kerap dinilai berdasarkan tatanan rambut. Perawatan rambut, salah satunya memotong, menjaga agar rambut tetap sehat dan rapi. Warga Ibu Kota mempunyai kebiasaan beragam dalam memotong rambut, baik frekuensi, tempat memotong, maupun model perawatan rambut.
Kebiasaan warga Jakarta memotong rambut tecermin dalam hasil jajak pendapat Kompas akhir Oktober lalu. Hampir separuh warga (46 persen) rutin memangkas rambut paling tidak tiap satu sampai dua bulan sekali. Adapun separuh lebih (52,6 persen) mengaku jarang.
Sering tidaknya memotong rambut ini juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Sembilan dari 10 pria cukup sering memotong rambutnya. Adapun 71 persen wanita jarang memotong rambutnya. Bisa jadi karena pria yang cenderung berambut pendek jika rambutnya agak panjang akan terlihat tidak rapi lagi. Sementara wanita yang berambut lebih panjang tatanan rambutnya bertahan lama dan masih terlihat modelnya.
Menurut ahli penata rambut, rambut umumnya mengalami penambahan setengah inci (sekitar 1,27 sentimeter) setiap bulan. Rambut sebaiknya dipotong setiap satu hingga dua bulan sekali. Proses menggunting rambut akan membuat batang rambut tetap kuat dan rambut sehat.
Pilihan tempat
Urusan menata rambut biasanya juga terkait dengan selera dan kepuasan. Ketika sudah cocok dan puas atas hasil potongan rambutnya, mereka cenderung akan kembali lagi ke tempat tersebut. Warga pun mempunyai banyak pilihan tempat untuk menggunting rambutnya. Hal ini diakui mayoritas warga (71,1 persen) yang sudah mempunyai langganan tetap untuk menata rambutnya.
Salon masih menduduki posisi tertinggi (39 persen) untuk memotong rambut. Kaum wanita mayoritas (68,6 persen) memilih salon untuk memotong rambut. Sementara itu pria hampir 30 persen tetap setia dengan tukang potong rambut pinggir jalan dan sekitar 21,8 persen mengunjungi barbershop untuk memotong rambut.
Pilihan tempat memotong rambut sedikit banyak juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi. Warga kelas atas cenderung mengunjungi tempat potong permanen yang nyaman dan dilengkapi hairstylish seperti salon, barbershop, dan salon penata rambut ternama. Sebaliknya warga kelas bawah (pengeluaran kurang dari Rp 2 juta) cenderung memilih tukang potong pinggir jalan ataupun memotong rambut sendiri di rumah.
Hal ini menjadi peluang berkembangnya bisnis salon dan barbershop. Selain di mal, barbershop dan salon kini menjamur dan tumbuh hingga masuk ke gang-gang di Jakarta. Salon lebih dulu berkembang dibandingkan dengan barbershop yang tumbuh belakangan.
Model dan perawatan rambut
Tumbuhnya beragam tempat gunting rambut juga mengakomodasi kebutuhan konsumen akan penampilan dan tren model rambut. Namun, faktanya empat dari lima warga sudah puas terhadap model rambut lama mereka. Mereka tidak selalu mengikuti perkembangan model rambut dan memakai satu gaya rambut saja, bahkan cenderung tidak ingin mengubahnya.
Meski model rambut tidak berubah, hampir 40 persen warga melakukan perawatan rambut selain menggunting rambut. Perawatan rambut seperti creambath, hair masker, hair spa, catok, dan pewarnaan rambut kerap dilakukan terutama oleh wanita (58 persen).
Perawatan rambut tersebut untuk mengatasi masalah seperti kerontokan, rambut bercabang, dan kerusakan rambut lainnya. Tambahan item perawatan rambut ini tentu saja memerlukan biaya lebih mahal daripada sekadar menggunting rambut.
Adapun responden pria, dua pertiganya (61 persen) mengaku tidak pernah melakukan perawatan rambut lainnya selain cukur rambut.
Di mana pun tempat menggunting rambu, sekadar memotong rambut ataupun dengan tambahan perawatan rambut semuanya dilakukan agar ”mahkotanya” terlihat rapi, sehat, dan penampilan terjaga.