Sang Diva dan Sang Kodok
Hujan gerimis baru saja reda. Sejak sore, awan mendung tak sekadar menggantung, tapi bergulung-gulung di langit di atas Candi Borobudur. Suasana terasa magis. Alam seperti tengah bermain drama menanti Sang Diva: Mariah Carey.
Di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, ini konser Borobudur Symphony digelar Selasa (6/11/2018). Sebagai konser edisi perdana kali ini, pihak penyelenggara—PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko serta Himpunan Bank Milik Negara (Himbara)—mendatangkan diva pop dunia Mariah Carey yang juga tengah bertur konser di beberapa negara di kawasan Asia. Indonesia adalah dua negara tujuan terakhir sebelum tur ditutup di Bangkok, Thailand.
Mengusung konsep panggung beratap terbuka, open roof stage, penampilan kedua Carey kali ini terbilang istimewa. Bagaimana tidak, panggung tempat Carey tampil dilatarbelakangi keagungan serta kemegahan bangunan Warisan Budaya Dunia UNESCO dari abad IX, Candi Borobudur, yang malam itu terlihat gagah dan benderang dari kejauhan, disinari cahaya lampu sorot berkekuatan 20.000 watt.
Walau diliputi kondisi cuaca seusai hujan yang terasa lumayan pengap dan lembab, ribuan penonton yang sudah datang sejak sore tampak tetap antusias. Bersama sang diva mereka bahkan tak henti saling berinteraksi dan menyanyikan bersama sejumlah lagu hit yang dibawakan sepanjang pertunjukan. Ada 18 lagu dibawakan di konser kedua Carey sejak 14 tahun lalu.
”Halo Indonesia! Apa kabar?” begitu Carey menyapa ramah para penontonnya.
Mengawali penampilannya, Carey tampil cantik dalam balutan midi dress warna midnight blue, biru kelam, yang sedikit berkilauan diterpa cahaya lampu panggung. Kecantikan dan keanggunannya itu tampak berpadu padan dengan kemegahan Candi Borobudur yang berdiri tegak sekitar 300 meter di belakang panggung. Tepatnya di zona II, area Taman Lumbini.
Selain gaun tadi, sepanjang pertunjukan Carey bersalin kostum sebanyak dua kali saat waktu jeda. Kostum kedua berbentuk gaun panjang, sequin long dress, warna hitam yang elegan. Sementara pada jeda berikut dia bersalin lagi ke belakang panggung untuk kemudian tampil dengan mengenakan gaun panjang jenis sama berwarna champagne.
Pada gaun itu dilakukan sejumlah penyesuaian, seperti melapisi lagi bagian leher depan pakaian, yang sebenarnya berbentuk rendah (plunging neck), dengan bahan tulle berwarna senada dengan kulit Carey. Hal itu memang sejak awal diminta secara khusus oleh pihak penyelenggara mengingat lokasi tempat konser adalah cagar budaya sekaligus lokasi yang juga menjadi tempat peribadatan.
Terkait dengan hujan yang turun, awalnya pihak panitia, seperti disampaikan Creative Director Borobudur Symphony Bakkar Wibowo, sempat merasa ketar-ketir. Walau hujan mereda, panitia tetap merasa khawatir, terutama lantaran lantai panggung yang rentan menjadi basah dan licin yang bisa membahayakan bukan hanya kru panggung Carey, melainkan juga sang diva.
Apalagi sang diva sendiri telah menyanggupi akan tetap tampil walau hujan turun. Untuk itu, panitia menyiapkan tenda khusus untuk Carey tampil, yang untungnya tidak sampai perlu digunakan. Namun, soal kemungkinan lantai yang licin, Bakkar mengaku telah mengupayakan sejumlah cara, mulai dari menyiram lantai panggung dengan cairan minuman soda merek terkenal sampai melapisinya dengan karpet talang air yang memang bertekstur kesat.
Saat tampil di atas panggung, Carey sendiri memang sempat berkelakar soal lantai panggung yang dilihatnya masih sedikit basah akibat sisa-sisa gerimis sore harinya. Dia berdoa agar tak ada yang sampai jatuh terpeleset. Malam itu, Carey tampil bersama empat penari latar, tiga penyanyi latar, dan empat pemain musik. Walau berupaya terus maju mendekati para penonton di depan panggung, Carey memang tidak tampak terlalu banyak bergerak energik.
Lagu-lagu hit
Sedikitnya 18 lagu dibawakan dalam konser sekitar dua jam itu. Beberapa hit seperti ”Fantasy”, ”Always Be My Baby”, ”Love Takes Time”, ”One Sweet Day”, ”My All”, dan juga satu lagu barunya, ”The Distance”. Lagu baru itu akan menjadi salah satu lagu dalam album terbaru Carey yang menurut rencana diluncurkan pada 16 November.
Dalam konser spektakulernya itu, Carey juga unjuk kebolehan olah vokalnya yang beroktaf tinggi melengking. Kehebatannya itu dia tunjukkan saat membawakan lagu ”Emotions”. Hal itu sontak membuat para penggemar sedikit histeris dan semakin bersemangat ikut membawakan lagu-lagu Carey.
Para penonton di festival juga tak malu-malu ikut bergoyang mengikuti alunan lagu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan paruh baya, yang tampak datang bersama pasangan ataupun rekan-rekan seumuran. Hanya sedikit yang berpenampilan milenial selain beberapa remaja yang tampak sepertinya hadir bersama kedua orangtuanya.
Ada juga pasangan muda yang mengajak serta anak balita mereka seperti Febi (30) asal Jakarta. Dia datang bersama rombongan keluarganya dan tak ketinggalan putrinya, Shine, berusia tiga tahun. Febi mengaku kenal dan suka dengan lagu-lagu Carey lantaran sering mendengar papa dan mamanya menyetel kaset atau cakram digital artis penyabet banyak penghargaan musik bergengsi dunia itu.
”Sejak masih SD saya resmi menjadi penggemar. Mudah-mudahan nanti Shine juga seperti saya. Malah siapa tahu nanti dia punya suara seindah Mariah Carey,” ujar Febi sambil tersenyum memandang wajah anaknya.
Saat ditemui di lokasi sama, Emil (38), salah seorang penggemar asal Cilacap, mengaku telah mengidolakan Mariah Carey sejak masih duduk di bangku SMP. Dia bahkan hafal hampir semua lagunya. Dari sekian banyak tembang tadi, lagu ”Hero” adalah salah satu yang paling disukainya. Lagu tersebut memang termasuk yang dinyanyikan dan menjadi lagu pamungkas penampilan Carey di Borobudur.
Main kodok
Mendatangkan seorang penyanyi sekelas diva dunia macam Mariah Carey tentunya memang tidak mudah. Selain harus mempersiapkan berbagai keperluan teknis standar, pihak penyelenggara juga harus piawai menjaga ”mood” sang artis demi kelancaran konser hingga hari-H. Kondisi ”mood” yang terjaga dengan baik dipastikan bakal memengaruhi penampilan maksimal sang artis.
Pada prinsipnya, tambah Bakkar, penyelenggara harus memperhatikan tiga hal. Pertama soal ketepatan waktu (on time). Kedua jangan sampai ada kejutan tak perlu, terutama terkait dengan standar pelayanan yang disepakati. Dia mencontohkan, jika sejak awal disepakati panitia menyediakan tiga mobil, jangan datang dengan lima mobil.
”Biasanya mereka enggak suka kejutan macam begitu. Sementara yang terakhir, kita harus kasih pelayanan yang the best,” ujar Bakkar.
Selain memboyong sedikitnya 50 kru, baik pemain musik, penyanyi, maupun penari latar, serta perias, Carey juga mengajak dua anak kembarnya, Moroccan Scott Cannon dan Monroe Cannon. Mereka tiba hari Minggu dini hari dengan menggunakan pesawat sendiri.
Seperti juga artis-artis internasional lain, Carey punya sejumlah permintaan khusus, biasa disebut ”riders”. Salah satu yang diminta minuman anggur merek tertentu yang belakangan harus dibeli dari Singapura lantaran tak dijual di Indonesia. Saat tiba dini hari, Carey juga meminta oleh-oleh khas Yogyakarta untuk kedua buah hatinya berupa topi belangkon dan baju jarit. Beruntung panitia sudah mengantisipasinya.
Bakkar juga menceritakan satu kejadian unik yang ternyata membangkitkan mood positif Carey. Cerita sama juga disampaikan Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono saat jumpa pers sehari menjelang pertunjukan di Hotel Tentrem, tempat Carey dan rombongan menginap.
”Saat pesawat sudah terparkir dan proses imigrasi sudah selesai, Carey tidak langsung turun dari pesawat. Ada sekitar 30 menit dia tetap di dalam. Kami sempat khawatir dan bertanya kira-kira apa yang membuatnya tidak berkenan,” ujar Edy.
Namun, tanpa diduga, kedua anak Carey turun terlebih dahulu dan malah asyik bermain dan berlarian di area landasan sekitar pesawat dan area tunggu yang telah dipersiapkan. Ternyata mereka asyik mengejar kodok yang memang banyak keluar di malam hari. Mereka berlarian ditemani anggota keluarga yang lain.
”Ternyata melihat itu Carey menjadi senang dan nyaman, merasa seperti berada di rumah sendiri. Dia senang melihat anak-anaknya senang. Saat di ruang tunggu bandara, keluarga dan rombongan Carey menikmati jajanan pasar yang disajikan,” ujar Edy.
Ah, kodok-kodok pun rupanya bahagia menyambut Sang Diva.
(EGI)