JAKARTA, KOMPAS - Daya dukung lingkungan terhadap beban yang ditimbulkan sejumlah proyek pembangunan idealnya kembali dihitung ulang. Hal ini penting untuk menentukan kebijakan dan strategi dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kejadian bencana.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi, Senin (12/11/2018), mengusulkan hal tersebut menyusul sejumlah bencana ekologis berupa banjir dan longsor yang terjadi di sebagian wilayah Jakarta.
Seperti dikutip dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta di laman bpbd.jakarta.go.id, sejumlah peristiwa itu terjadi pada Minggu dan Senin. Tanah longsor, misalnya, terjadi di Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Minggu. Sementara banjir terjadi di Kecamatan Makassar, Jatinegara, dan Ciracas di Jakarta Timur, Minggu.
Di hari Senin, banjir terjadi di Kecamatan Jatinegara dan Kecamatan Kramatjati di Jakarta Timur serta di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Tubagus mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan pesat terjadi di Jakarta. Beberapa di antaranya, misalnya adalah pembangunan infrastruktur jalan tol.
Hal ini berpotensi mengubah daya dukung lingkungan. Perhitungan dan analisis di masa sebelumnya terkait daya dukung lingkungan, berkemungkinan tidak lagi relevan.
Untuk kejadian tanah longsor misalnya, hal itu diduga berada di lokasi yang kemungkinan merupakan wilayah subzona jalur hijau. Hal ini berdasarkan peta zonasi Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur yang terlampir dalam Perda DKI Jakarta Nomor 1/2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
Artinya, imbuh Tubagus, di lokasi tersebut tidak ada bangunan ataupun lokasi pembangunan yang memiliki beban relatif besar terhadap daya dukung lingkungan. Hal ini membuat penyebab sesungguhnya dari kejadian yang berlokasi relatif dekat dengan Kali Sunter itu penting untuk diselidiki.
Adapun terkait sejumlah peristiwa banjir, potensi banjir dengan intensitas menengah memang diketahui berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Akan tetapi, lokasinya berada di Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, dan Pasar Minggu untuk wilayah Jakarta Selatan. Sementara di Jakarta Timur, berada di Kecamatan Ciracas dan Pasar Rebo.
Adapun potensi banjir tingkat rendah, sebagian di antaranya berada di Kecamatan Cengkareng, Kalideres (Jakarta Barat), Cempaka Putih, Sawah Besar (Jakarta Pusat), Cakung, Matraman (Jakarta Timur), Cilincing, dan Penjaringan (Jakarta Utara). Data potensi tersebut didasarkan pada Prakiraan Daerah Potensi Banjir yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika berdasarkan pembaruan per 10 Oktober 2018.