Dibanjiri Kritik, China Kembali Melarang Perdagangan Cula
Oleh
Retno Bintarti
·2 menit baca
BEIJING, SENIN — China akhirnya memberlakukan kembali larangan penjualan cula badak dan tulang harimau. Dengan begitu, pemerintah akan melakukan tindakan keras terhadap siapa pun yang melanggar ketentuan ini.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pemerintah Ding Xuedong menyatakan hal itu sebagaimana dimuat oleh kantor berita pemerintah, Xinhua, Senin (12/11/2018). ”Penerbitan peraturan pelaksanaan yang lebih terinci ditunda setelah adanya penelitian,” katanya.
Ding tidak memberi penjelasan apakah penundaan bersifat permanen. Dia hanya mengatakan ketentuan lama (1993) tetap diberlakukan (lagi).
China secara mengejutkan pada Oktober lalu menyatakan mencabut peraturan larangan tentang penjualan, pembelian, pengiriman cula badak dan tulang harimau serta produk ikutannya. Pencabutan peraturan tahun 1993 itu kontan menimbulkan reaksi keras terutama dari kelompok lingkungan yang melihat akan terjadinya bahaya bagi keberadaan populasi badak dan harimau yang kini nyaris punah.
Kendati tak didukung bukti ilmiah, permintaan cula badak dan tulang harimau untuk pengobatan sangat tinggi, terutama diyakini untuk penyembuhan kanker serta kejantanan. Cula badak terbentuk dari keratin, bahan yang sama untuk rambut dan kuku.
Organisasi lingkungan World Wild Fund for Nature (WWF) menyatakan, badak putih ”nyaris terancam”, tetapi yang lain, seperti badak hitam dan badak Sumatera, memiliki kondisi kritis menjelang punah. Sebanyak 6.000 macan yang dikembangbiakkan diperkirakan didapat dari 200 peternakan. Hal ini hampir dua kali lipat dari jumlah seluruh populasi binatang buas yang ada di dunia.
Pemerintah berupaya memberantas perdagangan produk binatang buas ilegal dengan melarang penjualan gading sejak Desember 2017. Larangan ini sangat efektif, mengakibatkan penurunan 80 persen penangkapan impor dan juga mengkibatkan penurunan harga hingga 65 persen bagi gading mentah. (AFP/REUTERS)