Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperketat laporan banjir, yaitu hanya dari relawan yang terverifikasi. Langkah ini untuk memastikan kesahihan informasi banjir.
Oleh
Irene Sarwindaningrum/Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperketat laporan banjir, yaitu hanya dari relawan yang terverifikasi. Langkah ini untuk memastikan kesahihan informasi banjir.
JAKARTA, KOMPAS - Tercatat ada 1.400 relawan banjir terverifikasi yang tersebar di seluruh Jakarta. Relawan banjir ini terdiri dari warga yang dinilai kredibel dalam menyampaikan laporan banjir, di antaranya ketua RT, ketua RW, dan anggota lembaga musyawarah kelurahan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, relawan ini bertugas mengawasi dan mengantisipasi potensi hujan di sekitar. Mereka juga bertugas memberikan peringatan dini terkait banjir.
“Selama ini, kami menerima laporan banjir itu harus kami verifikasi. Ini problem tersendiri karena bagaimana mungkin kami menerima laporan, tapi kami tidak tahu validitas laporannya,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (12/11/2018).
Anies mengatakan, pihaknya tidak bisa lagi menerima laporan banjir secara acak dari pihak-pihak tak terverifikasi. Sebelum adanya relawan, laporan soal banjir perlu dicek ulang untuk memastikan validitasnya.
“Mereka (relawan banjir) bisa mengirimkan laporan yang kredibel, sehingga laporan itu tidak perlu kami cek ulang lagi. Karena dia sudah memiliki pengetahuan informasi cara menyampaikan yang akurat sehingga kami bisa merespon lebih cepat,” ujarnya.
Menurut data Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, terdapat sekitar 30 lokasi yang rawan genangan. DKI mengantisipasi, antara lain dengan mempercepat pembangunan drainase, pengerukan kali dan saluran air, pembangunan tanggul dan bronjong, serta menyiagakan pompa air pada titik-titik rawan banjir. Saat ini, 450 pompa dilaporkan dalam kondisi baik.
Pantau media sosial
Sementara, warga di lokasi rawan banjir juga memantau ancaman banjir dari media sosial.
Karumi (45), warga yang tinggal di RT 005 RW 008 Kelurahan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, mengatakan, warga di bantaran sungai selalu memantau perkembangan ketinggian air bendung Katulampa, Bogor melalui sosial media.
Saat Katulampa siaga 3, warga bersiap-siap tergenang banjir sekitar selutut orang dewasa. Saat siaga 1, warga akan mengungsi ke lokasi lebih tinggi yaitu di sekitar Jalan Masjid Al-Makmur.
"Warga sudah biasa banjir, kalau puncak hujan ya pasti banjir kiriman dari Bogor. Musim hujan begini semua sudah siap menghadapi banjir," kata Karumi.
Wulan (45), warga yang tinggal sekitar 10 meter dari sungai, mengatakan, terkadang ada petugas kelurahan yang memberitahukan ke warga tentang status siaga bendung Katulampa.
Setiap tahun, jika kawasan Puncak hujan dan ketinggian air meningkat, wilayah Pejaten Timur selalu tergenang banjir.
Lurah Pejaten Timur Agus Letahiid menuturkan, ada sekitar 650 warga-1.000 kepala keluarga di wilayah tersebut yang terdampak banjir. Namun, banjir karena luapan kali itu juga lekas surut.
Rekayasa lalu lintas
Selain itu, kata Anies, rekayasa lalu lintas juga dilakukan di tempat-tempat yang rawan pada banjir serta menggiatkan sosialisasi di tempat-tempat yang berpotensi terdampak.
Ia mengatakan, dalam rangka meningkatkan kesiagapan warga terhadap banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan melakukan simulasi rekayasa lalu lintas sampai simulasi evakuasi dini bagi warga yang tinggal di tempat-tempat yang rawan banjir.
“Kami kemarin juga bicarakan khusus tentang memastikan kesiapan logistik, khususnya masalah air bersih dan sanitasi di tempat-tempat yang memang punya potensi banjir. Selain itu juga memastikan bahwa mekanisme penyaluran bantuan di berbagai tempat itu berlangsung dengan cepat dan tepat sasaran,” katanya.
Anies mengatakan, pembangunan drainase vertikal atau sumur resapan juga tengah berlangsung. Pembangunan dilakukan di gang hingga pemukiman padat yang halamannya terbatas. Diharapkan, hasilnya bisa ditunjukkan pada akhir November.
Pembangunan sumur resapan ini rencananya dilakukan secara masif. Skema untuk intensifikasi sumur resapan di perumahan dan perkantoran tengah disiapkan.
Bekasi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menyiapkan 50 petugas untuk mengevakuasi korban dan menyalurkan logistik untuk warga yang terdampak.
Dari pengamatan BPBD, banjir terjadi karena drainase tidak berfungsi maksimal. Akibatnya, air menggenang di bahu jalan dan menyebabkan kemacetan di jalan.
Banjir di Bekasi juga mengakibatkan jalan ambles di Jalan Kartini, Bekasi Timur, dekat lampu merah. Jalan berlubang dengan diameter 30 cm. Saat ini, jalan ditandai warga sekitar menggunakan batang pisang dan traffic cone.
Sebelum banjir terjadi, BPBD Kota Bekasi mengumumkan pemberitahuan untuk mengantisipasi banjir di berbagai daerah. Hal ini dilakukan berdasarkan evaluasi informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandung bahwa perubahan cuaca di Jawa Barat berlangsung Oktober 2018 sampai Mei 2019. Sementara musim hujan di Kota Bekasi terjadi pada November 2018 sampai Mei 2019. (INK/RTS/E08/E12/E21)