JAKARTA, KOMPAS – Banjir yang merendam sejumlah permukiman di Jakarta Timur, Minggu (11/11/2018) malam terjadi karena Kali Sunter dan Ciliwung yang meluap. Luapan juga dipicu tumpukan sampah yang menghambat aliran air di saluran tersebut.
Hingga Senin (12/11/2018), petugas Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta masih berjibaku membersihkan sampah yang menyumbat saluran di Kali Sunter. Lokasi pembersihan tepatnya di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Ada peningkatan volume sampah dibanding hari biasanya. Total sampah yang diangkut seberat 6,2 ton. Biasanya petugas hanya mengangkut 1 ton sampah dalam dua hari.
“Biasanya kami cukup angkut sampah menggunakan satu mobil pick up. Hari ini satu truk sampah tidak cukup, harus dua kali angkut,” ungkap Bayu Santika, Pengawas Kebersihan UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta di Kecamatan Makassar.
Sejumlah sampah yang ditemukan petugas hari itu antara lain kursi sofa, kasur kapuk, dan kasur busa. Selain itu cabang-cabang pohon juga turut diangkut.
Sebuah pohon tumbang di RT 01 RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang mengganggu saluran air juga dibersihkan oleh petugas. Setidaknya ada 15 petugas yang diterjunkan hingga siang itu. Biasanya, hanya delapan petugas kebersihan yang membersihkan area tersebut.
Beberapa halaman dan akses masuk rumah warga Kelurahan Cipinang Melayu sempat tergenang air setinggi lebih kurang 30 sentimeter pada Minggu malam. Namun warga menganggap hal itu biasa terjadi saat curah hujan meningkat.
“Sudah biasa seperti ini, banjir dan sampah ini kiriman dari hulu,” ujar Wati, warga Kelurahan Cipinang Melayu.
Meski begitu, warga tetap khawatir terhadap siklus banjir besar lima tahunan yang kerap terjadi. Banjir besar terakhir terjadi pada tahun 2013. Saat itu banjir setinggi sekitar 1,5 meter memaksa warga mengungsi.
“Kalau dilihat dari siklusnya sih tahun ini. Banjir besar terakhir sampai menghanyutkan lemari pendingin saya,” kata Mujib yang tinggal di Cipinang Melayu selama lebih dari 50 tahun.
Menghalangi
Di Kali Sunter Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, sampah-sampah dari enceng gondok. Terlebih ada beton sepanjang lebih kurang 10 meter yang menghalangi saluran.
Pembersihan turut dilakukan oleh petugas UPK Badan Air dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Adapun debit air di saluran yang meningkat menyebabkan air menggenangi jalanan permukiman warga di RT 06/13 Kampung Cipinang Muara pada Minggu malam.
“Pembersihan ini agenda rutin kami. Memang debit air meningkat dari hari biasa. Sampah ini juga sampah yang dibawa arus,” ujar Mastari, Pengawas Kebersihan UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta di Kecamatan Jatinegara.
Banjir juga menggenangi permukiman warga di tiga RW Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara dan empat RW Kelurahan Cawang, Kramat Jati pada Minggu malam. Banjir terjadi karena luapan dari Sungai Ciliwung.
Kepala Satuan Pelaksana Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rohmat mengatakan, ketinggian air di sungai Ciliwung yang dipantau Senin pagi mencapai 760 sentimeter. Namun pada sore menurun menjadi 600 sentimeter.
“Dengan ketinggian sekian sampah yang dibawa langsung lolos ke pintu air Manggarai,” katanya.
Pencegahan terhadap sampah kiriman yang berpotensi menghambat saluran tersebut sulit dilakukan. Mengingat arus di Sungai Ciliwung yang deras serta sampah-sampah yang hanyut juga berdiameter cukup besar.
“Langkahnya, kami harus giatkan pembersihan. Terutama mengerahkan alat-alat berat,” ujar Rohmat.
Menata bantaran kali
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan guna membebaskan warga dari banjir di wilayah Jakarta Timur yang kerap terjadi. Pertama adalah menata bantaran kali dengan cara memlerdalam dan memperlebarnya.
“Area kanan dan kiri kali bisa diubah menjadi jalur hijau,” katanya.
Upaya selanjutnya adalah mengalirkan air ke waduk atau situ sebagai cadangan air saat musim kemarau. Bisa pula memanfaatkannya sebagai daerah resapan air.