Trump ”Ngetwit” Sekali, Harga Minyak Dunia Pun Turun
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
Harga minyak naik pada Senin (12/11/2018) setelah Arab Saudi mengumumkan rencana untuk memangkas produksi mulai bulan Desember mendatang guna menyeimbangkan suplai minyak di pasar dunia. Harga minyak turun lagi pada Senin sore waktu Amerika Serikat saat Presiden Donald Trump mengunggah pesan di Twitter, berisi harapan agar Arab Saudi dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak memangkas produksi minyak mereka.
Senin kemarin, harga minyak di Brent Crude terlihat naik 88 sen menjadi 71,06 dollar AS per barel, sedangkan di West Texas Intermediate naik 29 sen menjadi 60,47 dollar AS per barel. Pada Senin sore, Presiden Trump mengunggah pesan melalui akun Twitter-nya sebagai respons atas berita bahwa OPEC dengan komando Arab Saudi dan para mitra negara produsen minyak, termasuk Rusia, memperlihatkan sinyal bakal memangkas produksi minyak mereka.
”Semoga Arab Saudi dan OPEC tidak akan memotong produksi minyak. Harga minyak seharusnya jauh lebih rendah sesuai pasokan!” tulis Trump pada akun Twitter-nya, Senin sore.
Setelah itu, harga minyak yang sempat naik kembali turun. Harga minyak di Brent Crude menurun 0,4 persen menjadi 59,93 dollar AS per barel di New York dan turun 0,1 persen sebelum ditutup pada harga 70,12 dollar AS per barel di London.
Pangkas 1 juta barel
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, Senin, mengatakan bahwa negara-negara penghasil minyak harus memangkas produksi 1 juta barel per hari untuk menyeimbangkan kembali pasar. Pernyataan Falih itu sesuai dengan isi pertemuan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada akhir pekan lalu. Saat itu, OPEC dan mitranya mulai meletakkan landasan untuk memotong pasokan minyak pada 2019.
Arab Saudi akan memangkas produksi minyak sebanyak 500.000 barel per hari. Neil Wilson, Kepala Analis Pasar di Markets.com, mengatakan bahwa dalam jangka pendek rencana pemangkasan itu positif untuk harga minyak. ”Namun, kita harus mempertanyakan dampak jangka panjang, kecuali itu adalah tanda dari OPEC,” kata Wilson.
Arab Saudi tidak dapat bertindak sendiri dan perlu menyatukan sekutu-sekutu OPEC dan juga Rusia untuk mengendalikan produksi minyak jika menginginkan harga minyak kembali naik. Namun, sepertinya Rusia menunjukkan belum siap untuk mengikuti Arab Saudi.
Pekan lalu, cadangan energi AS yang lebih tinggi mendorong harga minyak mentah WTI jatuh paling rendah selama lebih dari 30 tahun, sementara Brent Crude turun di bawah 70 dollar AS per barel untuk pertama kalinya sejak April. (AFP/AP)