Sejumlah 4.000 petugas disiagakan di 118 titik kritis di badan sungai Jakarta. Para petugas ditugasi mencegah sumbatan aliran air di sungai akibat sampah yang menumpuk.
Oleh
Irene Sarwindaningrum/J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sebanyak 118 titik kritis dari lebih kurang 1.800 titik di badan sungai di Jakarta, dijaga 24 jam. Sejumlah 4.000 petugas dikerahkan untuk memastikan sampah di 118 titik itu tak menghalangi aliran air yang berpotensi menyebabkan banjir.
Sebanyak 118 titik tersebut merupakan pintu air dan rumah pompa yang kerap menjadi titik tumpukan sampah yang hanyut terbawa air sungai.
Pelaksana Tugas Kepala Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, tumpukan sampah yang terbawa aliran air masih menjadi salah satu penyebab meluapnya air sungai.
Banyaknya sampah antara alin terlihat di pintu air Manggarai. Pada Selasa (13/11/2018), dibutuhkan sedikitnya 17 truk untuk mengangkut sampah dari pintu air Manggarai.
Sehari sebelumnya, tumpukan sampah yang terambil harus diangkut 66 truk. Ketinggian air saat itu mencapai 760 sentimeter atau siaga III. “Di musim kemarau, hanya sekitar satu truk saja per hari (untuk mengangkut sampah),” katanya.
Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Rohmat mengatakan, alat berat juga disiagakan untuk membantu pengangkutan sampah dari badan air. Satu eskavator ditaruh di Pintu Air Manggarai dan Petamburan.
“Sampah-sampah ini akan dibawa dengan truk ke tempat pembuangan sementara. Lalu, sampah akan dibawa ke (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Bantargebang. Kami bekerja nonstop untuk mengangkut semua sampah ini,” kata Rohmat.
Persoalan sampah juga terlihat di Bendungan Koja di Sungai Cikeas, Kota Bekasi, Selasa pagi. Jika tak diangkut, tumpukan sampah berpotensi menimbulkan banjir.
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, sampah yang tersangkut di Bendungan Koja menyebabkan saluran air dari permukiman terhalang.
Saat ini, KP2C mencari solusi permasalahan tersebut mengingat lokasi bendungan berada di wilayah Bekasi, tetapi dampaknya juga akan dirasakan masyarakat Bogor.
”Lokasinya berada di perbatasan. Pemerintah Daerah Bogor juga tidak bisa membersihkan karena masuk wilayah Bekasi,” ujar Puarman.
Hal serupa pernah terjadi pada 2016 dan menyebabkan setidaknya tiga permukiman warga mengalami banjir yakni Vila Nusa Indah 3 dan Vila Mahkota Pesona yang berada di Bogor, serta Perum Puri Nusaphala di Bekasi.
”Jika tidak segera dibersihkan, banjir akan mengancam saat turun hujan,” ucap Puarman.
Potensi hujan lebat
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan, hujan lebat dan sangat lebat masih akan mengguyur wilayah Jabodetabek dalam 10 hari ke depan.
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Siswanto mengatakan, potensi terjadinya hujan lebat dan sangat lebat di Jabodetabek berada di angka 90 persen.
"Namun, ada kemungkinan aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) berpotensi menghambat terjadinya hujan lebat itu," ujarnya, kemarin.
Di Jakarta Utara, ada tiga lokasi yang paling rentan banjir, yaitu Jalan Boulevard Kelapa Gading, Jalan Laksamana Yos Sudarso, dan Jalan Gaya Motor.
Pemerintah menyiagakan pompa air dan memperbaiki infrastruktur saluran air untuk mengantisipasi potensi banjir di Jakarta Utara ini.
Longsor di Depok
Dari Kota Depok, longsor masih menjadi ancaman di musim hujan ini. Sejak Oktober, sudah 17 kali longsor melanda kota ini.
Terakhir, tiga longsor terjadi Minggu (11/11/2018), di tiga lokasi yakni Kecamatan Tapos, Cimanggis, dan Sukamajaya.
Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna mengatakan, Pemkot Depok mengantisipasi longsor dan banjir, antara lain dengan menerjunkan 130 satgas Banjir ke 11 kecamatan untuk mengantisipasi luapan air di sejumlah daerah aliran sungai di Depok. Jumlah personel itu bisa ditambah bila terjadi keadaan darurat.
Jumat lalu, Pemerintah Kota Depok mendapat bantuan 200 bronjong dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane.
Pradi menambahkan, kantong pasir juga siap digunakan saat terjadi longsor.