Azyumardi: Dominan Pemilih Tetap pada Capres, Bukan Pengaruh Ulama
Oleh
SUHARTONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra menyatakan ulama sedikit banyak dapat memengaruhi voting behavior pemilih, tetapi tokoh dominannya adalah calon presiden dan wakil presidennya. “Bisa saja para tokoh menggunakan pengaruh masing-masing untuk memilih pasangan calon tertentu kepada masyarakat, meski efektivitasnya masih diragukan,” ujar Azra, saat dihubungi Rabu (14/11/2018) di Jakarta.
Menurut Guru Besar dan mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta itu, menghormati atau menyukai ulama terkenal tidak otomatis diikuti dengan pilihannya di kotak suara. Pasalnya, masing-masing pemilih punya pertimbangan sendiri. Termasuk, ulama yang menduduki jabatan struktural organisasi massa Islam tertentu, juga belum tentu diikuti para anggotanya.
Oleh karena itu, tambah Azyumardi, sebaiknya para ulama bersikap netral karena ulama pada dasarnya memayungi semua umat dan bangsa. “Kecuali mereka yang sudah memilih terjun ke politik seperti KH Ma’ruf Amin dan sebagainya,” kata Azra menambahkan.
Sebelumnya, Azyumardi diminta pandangannya terkait dengan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang menyatakan ada lima ulama yang mempunyai pengaruh electoral terhadap pemilih.
Kelima ulama tersebut adalah Abdul Somad, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Abdullah Gymnastiar, dan Habib Rizieq Shihab. Kelima ulama itu muncul setelah LSI melakukan survei terkait dengan imbauan ulama dalam penentuan memilih pemimpin negara.
Dalam pertimbangannnya, peneliti LSI Ikrama Masloman yang memaparkan hasil survei di Graha Dua Rajawali Jakarta menyatakan, tokoh agama atau ulama bukan hanya dipandang sebagai profesi, tetapi dilihat juga sebagai identitas keteladanan dan keimanan. Dengan demikian, ulama dijadikan patron atau contoh publik.
“Ulama dianggap salah satu endorse (sokongan) terkuat. Mayoritas pemilih Indonesia adalah muslim. Oleh karena itu, tokoh agama yang paling dominan adalah ulama,” katanya.
Tiga kriteria
Menurut Ikrama, ada tiga kriteria utama yang digunakan untuk merumuskan ulama yang berpengaruh, yaitu tingkat pengenalan dengan standar diatas 40 persen, tingkat kesukaan terhadap ulama diatas 50 persen, dan imbauan didengar di atas 15 persen. Metode survei tersebut dilakukan dengan multistage random sampling yang dilengkapi dengan riset kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD), analisis media, dan wawancara mendalam.
Hasil surveinya, kata Ikrama, tokoh agama mempunyai pengaruh terhadap pemilih. Sebesar 51,7 persen pemilih menyatakan sangat mendengar imbauan dari tokoh agama seperti ulama, pastor, dan biksu. Sedangkan, imbauan politisi hanya didengar pemilih sebesar 11 persen, dan imbauan pengamat sebesar 4,5 persen.
Ulama secara pribadi dinilai mempunyai preferensi politik personal yang sedikit banyak akan mempengaruhi para pengikutnya. Hasil survei yang mengambil 1.200 responden menyatakan, sebesar 30,2 persen mengikuti imbauan Abdul Somad Arifin Ilham sebesar 25,9 persen, Yusuf Mansur sebesar 24,9 persen, dan mengikuti imbauan Abdullah Gymnastiar sebesar 23,5 persen, serta mengikuti imbauan Habib Rizieq Shihab sebesar 17 persen.
Yang mengikuti imbauan Abdul Somad, sebesar 54,3 persen menyatakan akan memilih pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sedangkan 38,6 persen menyatakan akan memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
“Paslon Jokowi-Ma’ruf unggul di pemilih yang mendengarkan imbauan Arifin Ilham, Yusuf Mansur, dan Abdullah Gymnastiar. Sementara, paslon Prabowo-Sandi unggul di pemilih yang mendengarkan iimbauan Abdul Somad, dan Habib Rizieq Shihab,” jelas Ikrama. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)