MAKASSAR, KOMPAS — Walau gempa masih terus terjadi, pengungsi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, berangsur kembali ke rumah masing-masing. Namun, kembalinya pengungsi diwarnai peristiwa memilukan saat satu keluarga tewas akibat mobil bak terbuka yang ditumpangi terjatuh ke sungai.
Peristiwa ini terjadi pada Selasa (13/11/2018) siang. Saat itu, satu keluarga yang terdiri dari suami-istri Bombong (60) dan Kombong (56) bersama anak dan menantunya, Rapa (38) dan Nengsih (32), serta seorang cucunya berusia delapan bulan dalam perjalanan pulang ke Kecamatan Mamasa.
”Mereka sebelumnya mengungsi di Kecamatan Sumarorong, sekitar 50 kilometer dari ibu kota Mamasa. Dalam perjalanan pulang, di salah satu tikungan, mobil yang mereka tumpangi terbalik dan jatuh ke sungai. Tiga orang meninggal di tempat dan dua orang meninggal di rumah sakit,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mamasa Daud Sattu saat dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/11/2018).
Hal ini dibenarkan Kepala Bidang Humas Polda Sulbar Ajun Komisaris Besar Masrurah. Menurut dia, kasus ini sudah ditangani Polres Mamasa, yang pada saat kejadian juga membantu evakuasi serta pemakaman korban.
Menurut Daud, dalam tiga hari terakhir, pengungsi mulai berangsur pulang. Ini terjadi setelah pemerintah dan instansi terkait terus turun melakukan sosialisasi terkait gempa di Mamasa. Semula, banyak warga mengungsi akibat kabar yang beredar menyebutkan akan terjadi gempa lebih besar di Mamasa. Warga yang panik akhirnya mengungsi.
”Kalau semula ada hampir 11.000 warga mengungsi, sekarang tinggal sekitar 5.000 warga. Kebanyakan mengungsi di Kecamatan Sumarorong. Kami terus melakukan sosialisasi dan mengimbau warga untuk pulang sembari meminta tetap waspada,” kata Daud.
Di Mamasa, gempa terus terjadi sejak Sabtu (3/11/2018). Kekuatan gempa bervariasi dengan magnitudo 3 hingga 5,2. Pihak Balai BMKG Wilayah IV Makassar mencatat, hingga Rabu, sudah terjadi 347 kali gempa dengan kedalaman rata-rata 10 kilometer.
Joharman, Pelaksana Tugas Kepala BBMKG Wilayah IV Makassar, menyebut, gempa tektonik yang terjadi di wilayah Mamasa disebabkan pergerakan sesar Saddang. ”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa bumi dangkal ini terjadi akibat aktivitas sesar Saddang,” ujarnya.
Joharman menambahkan, guncangan gempa dirasakan di Mamasa, Mamuju, dan daerah sekitarnya. ”Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi BMKG,” katanya.