Jam-jam Mencurigakan di Pondok Melati
Pembunuhan yang menimpa satu keluarga di Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, masih meninggalkan misteri. Pembunuhan empat orang di satu rumah pada Selasa (13/11/2018) dini hari itu berjalan mulus tanpa membuat warga sekitar terbangun dari tidur.
Tahu-tahu, penghuni kamar kontrakan, Feby Loka Rukiani (35), menyadari Diperum Nainggolan (38) dan Maya Ambarita (37) tak bernyawa bersimbah darah di ruang tengah. Adapun anak mereka, Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7), tewas di ruang terpisah.
Feby kaget karena pada pukul 03.30 dia tidak melihat tanda-tanda mencurigakan. Hal yang dia ingat saat itu adalah gerbang kontrakan terbuka. Feby sempat memanggil Diperum, tetapi tidak ada jawaban. Ia segera menuju kamar kontrakannya dan beristirahat sebelum mengetahui Diperum tidak bernyawa.
Pengamatan Feby ketika itu menarik dicermati. Sebab, pintu gerbang yang terbuka itu sebelumnya sudah dikunci Jimmy Worang (53), salah satu penghuni kontrakan, dengan cara mengikat rantai dengan kunci gembok. Jimmy mendapat kepercayaan Diperum memegang kunci gerbang kontrakan karena ia penghuni yang biasa pulang paling larut. ”Jadi, hanya saya dan Pak Diperum yang memegang kunci gerbang,” ujarnya kepada Kompas.
Lolongan anjing
Pagi itu, sejumlah penghuni kontrakan mendengar anjing peliharaan Diperum menggonggong. Namun, mereka tidak curiga karena anjing itu biasa menggonggong, baik saat melihat orang yang dikenal maupun tidak dikenal.
Anjing itu sekaligus sebagai penjaga kamar kontrakan yang dikelola Diperum dan keluarganya. Adapun kamar kontrakan tersebut sebenarnya milik kakak Diperum, yaitu Douglas, yang malam itu tidak ada di rumah. Douglas yang bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional sedang berada di Tangerang, Banten. Ia baru tiba pukul 11.00 di lokasi kejadian diantar seseorang menggunakan sepeda motor.
Selama menjalankan usaha mengelola 28 kamar kontrakan dan warung, keluarga Diperum tergolong sukses. Kian hari pembeli kian ramai, begitu pun juga penghuni kamar kontrakan. Tetangga tahu, Diperum dan Maya kerap berbelanja dari platform e-dagang Bukalapak. Usaha yang sedang berkembang itu memberikan peluang kerja warga sekitar, salah satunya Asim Azhari (33), petugas pengamanan Sekolah Nasional 1, yang berjarak 50 meter dari rumah Diperum.
Namun, kisah sukses ini tidak disukai sejumlah anggota keluarga. Diperum dianggap mendapatkan kemudahan tanpa usaha keras. Latar belakang keluarga Maya dari orang biasa pun dipersoalkan. Kisah ini kerap diceritakan Maya, istri Diperum, ke Yayah (52), tetangga korban.
Jejak mobil Nissan
Polisi terus bergerak memburu pelaku. Polisi menyelidiki kehilangan mobil Nissan X Trail di rumah korban. ”Ada saksi yang mengatakan, mobil X Trail bergerak meninggalkan tempat kejadian pagi hari dengan kencang saat kejadian. Kami belum bisa menyimpulkan apakah mobil itu dicuri atau dipakai pelaku,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Rabu (14/11/2018).
Menurut Argo, penyidik sudah meminta keterangan 12 orang saksi terkait kasus ini. Mereka adalah para tetangga dan para kerabat korban pembunuhan. Polisi masih menganalisis keterangan dari para saksi.
Selain memeriksa saksi, mencari barang bukti, dan mencari petunjuk yang ada di tempat kejadian, penyidik juga sedang membongkar motif pelaku. Polisi akan mencari apakah korban memiliki konflik pribadi dengan keluarga, dengan tetangga, atau konflik dalam pekerjaan ataupun bisnis.
Argo mengatakan, tidak ada barang berharga dan uang yang hilang dari rumah korban. Polisi juga tidak menemukan tanda-tanda pelaku masuk ke rumah korban dengan paksa. Namun, polisi belum memastikan motif pembunuhan bukan motif ekonomi.
Hal ini sejalan dengan pandangan pakar forensik Reza Indragiri Amriel yang menduga pembunuhan keluarga Diperum didorong faktor emosional pelaku. Dugaan ini didasarkan pada minimnya benda berharga milik korban yang hilang. Sementara kerusakan di tempat kejadian nyaris tidak ada.
Pelaku cenderung membunuh dengan emosi yang baik. Pada Diperum dan Maya ditemukan luka akibat benda tumpul dan tajam di leher. Sementara itu, pada anak mereka Arya dan Sarah tidak ada bekas luka. Mereka diduga tewas karena dibekap bantal.
Lalu, siapa yang masuk rumah korban, dengan membuka kunci gembok yang telah dikunci? (Kurnia Yunita Rahayu/Wisnu Aji Dewabrata)