Kawasan Berorientasi Transit Poris Plawad Belum Dikerjakan
TANGERANG, KOMPAS - Pembangun kawasan berorientasi transit di Terminal Poris Plawad, Jalan Benteng Betawi, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten, mundur dari rencana awal. Semula, peletakan batu pertama atau ground breaking direncanakan pada bulan Agustus. Akan tetapi, hingga Rabu (14/11/2018) belum ada kepastiannya.
Mundurnya pembangunan tersebut dikarenakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) belum mengantongi izin bangunan tinggi.
Sejauh pengamatan, kemarin, kawasan Terminal Poris masih seperti biasanya. Aktivitas terminal terpantau normal. Loket-loket perusahaan otobus (PO) melayani penumpang antarkota dalam provinsi (AKDP) dan antarkota antarprovinsi (AKAP). Sejumlah angkutan kota (angkot) tetap beroperasi di kawasan terminal tersebut.
Rencana pembangunan TOD di terminal tipe A tersebut sudah diketahui pelaku usaha di terminal tersebut, baik perusahan otobus (PO), angkutan kota, serta pedagang sejak enam bulan terakhir. Akan tetapi, mereka belum mendapat pemberitahuan secara resmi terkait rencana tersebut. Padahal, saat pembangunan terminal bakal menyangkut kelanjutan usaha mereka.
"Kami tahu kalau status terminal ini sudah ditangani kementerian perhubungan, enggak lagi ditangani Pemkot Tangerang. Kalau informasi mau renovasi dan mau jadi TOD memang ada, cuma belum resmi," kata Moko (35), petugas di loket PO Shantika (melayani bus AKAP ke Jawa Tengah seperti Semarang, Ngawi, Pati, dan lainnya), Rabu.
Sejauh ini, kata Moko, pelaku usaha dalam terminal belum mendapat sosialisasi dari Kementerian Perhubungan atau BPTJ terkait dengan rencana tersebut. "Kalau terminal ini akan direnovasi, kami harus kemana, itu juga kami tidak tahu," ujar Moko.
Ketidaktahuan atas renovasi terminal menjadi TOD juga diakui Ita (37), pedagang dalam gedung terminal. "Kalau saya cuma dapat info dari mulut ke mulut. Kami belum tahu lebih persis rencana renovasi ini dan bagaimana dengan nasib kami ke depan. Belum pernah ada orang kementerian atau BPTJ yang sosialisasi ke sini. Jadi kami belum tahu kebenaran rencana itu," kata Ita.
Lahan 4,9 hektar
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman mengatakan, Pemerintah Kota Tangerang menyediakan lahan 4,9 hektar untuk penataan kawasan TOD Poris Plawad. Di antaranya, 2 hektar diserahkan kepada pemerintah pusat dan 2,9 ha lainnya digunakan Pemerintah Kota Tangerang untuk pengembangan kawasan di sekitar bangunan utama TOD.
"Lahan 2 hektar sudah kami serahkan kepada pemerintah pusat. Sisanya, sekitar 2,9 hektar kami yang mengelolanya," kata Saeful, Rabu.
Dalam rencana, lahan untuk pembangunan TOD akan diambil mulai dari terminal sampai kios atau warung makanan yang berada di bagian belakang gedung terminal utama. Jarak dari bangunan kios makanan dan minuman tersebut sekitar 3 meteran ke gedung utama terminal.
Lahan untuk TOD juga diambil mulai dari pintu masuk (sisi kanan) dan keluar (sisi kiri) dari terminal.
Jika TOD dibangun, untuk sementara terminal AKAP akan digeser ke belakang terminal, yang kini merupakan tempat pengendapan bus AKAP yang belum mendapat giliran jalan sekaligus sebagai tempat ride and park.
Dalam perencanaan, sekitar 18 kios di dalam gedung, 40 kios di luar gedung terminal, serta 66 loket PO untuk sementara dipindahkan ke terminal sementara. Mereka tetap diberdayakan setelah TOD terbangun.
Dalam rekapitulasi kendaraan AKAP di Terminal Poris Plawad secara harian selama Januari sampai Desember 2017, tercatat ada 62.120 kendaraan yang datang ke terminal ini. Sementara 61.730 kendaraan berangkat dari terminal tersebut. Mulai Januari sampai Oktober 2018 tercatat 12.007 kendaraan yang masuk di terminal ini dan 11.844 kendaraan keluar terminal tersebut.
Terkendala Izin
Kepala BPTJ Bambang Prihartono membenarkan belum ada kejelasan waktu kapan pelaksanaan pembangunan TOD Poris Plawad dimulai. Ia mengatakan, sejauh ini ketidakjelasan tersebut karena pihaknya masih menunggu dikeluarkannya izin bangunan tinggi.
"Kami masih menunggu izin tinggi bangunan. Jika izin itu sudah keluar, selanjutnya (proyek) akan langsung ditender," kata Bambang.
Setelah lelang, lanjut Bambang, proyek akan dibangun. Ia mengakui, rencana pembangunan TOD agak mundur dari rencana awal. "Kami tidak mau buru-buru. Memang rencana pembangunannya agak mundur karena kita berbicara soal keselamatan. Jarak antara lokasi proyek dengan Cengkareng (Bandara Internasional Soekarno - Hatta) hanya 4,2 (kilometer)," papar Bambang kepada Kompas usai peresmian perpanjangan jalur bus transjakarta Koridor 13 Blok M- Puri Beta hingga Central Business Distrik (CBD) Ciledug, Senin.
Empat Kawasan Orientasi Transit
Seperti diberitakan, BPTJ berencana membangun empat kawasan berorientasi transit di Jabodetabek. Mereka menargetkan dalam waktu dua tahun pembangunan kawasan ini sudah rampung. Dana pembangunan dibiayai perusahaan swasta.
Dari kesiapan, terminal yang pertama dibangun adalah Poris Plawad. Selanjutnya, diikuti terminal Baranangsiang (Kota Bogor), Jatijajar (Kota Depok), serta Pondok Cabe (Kota Tangerang Selatan).
Selain itu, Kota Tangerang merupakan kawasan strategis nasional dan juga Pergerakan orang dari Kota Tangerang ke Jakarta cukup tinggi sehingga ikut memengaruhi kepadatan arus lalu lintas.
Untuk membangun TOD diperkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun.
Uji publik terkait rencana pembangunan TOD Poris Plawat sudah dilakukan pada April 2018 lalu.
Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah mengatakan, TOD Poris Plawad akan terintegrasi dengan Stasiun Batu Ceper, yang berseberangan dengan terminal. TOD juga terintegrasi dengan proyek lanjutan jalur layang bus transjakarta Tendean-Ciledug ke Central Business Distrik (CBD) Ciledug.
Menurut Arief, ada delapan moda angkutan yang akan terintegrasi jika kawasan tersebut terbangun. Di antaranya angkutan kota, bus AKDP, bus AKAP, bus transjakarta, trans-Tangerang, LRT, kereta bandara, dan KRL Tangerang-Duri.
TOD Poris Plawad terdiri atas empat lapisan. Lapisan pertama adalah tempat perpindahan transportasi antarmoda, kedua merupakan area komersial, ketiga perkantoran, dan keempat adalah apartemen.