Maskapai dan Pilot AS Tidak Tahu Sebagian Fungsi Boeing 737 Max
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Maskapai dan pilot di Amerika Serikat mengakui tidak mengetahui sebagian fungsi sistem antipenurun kecepatan drastis pada pesawat Boeing 737 Max 8. Mereka baru mengetahuinya pekan lalu.
”Kami menghargai kemitraan dengan Boeing. Namun, kami tidak menyadari sejumlah fungsi sistem tambahan gerakan khusus (MCAS) di Max. Kami harus memastikan pilot-pilot kami sepenuhnya terlatih pada prosedur dan memahami sistem pokok pesawat kala terbang,” demikian pernyataan juru bicara American Airlines Group, Rabu (14/11/2018), di Washington DC.
Pekan lalu, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) memperingatkan kesalahan data pada sensor dapat memicu sistem untuk mengarahkan badan pesawat ke bawah secara drastis dan mendadak. Bahkan, manuver tetap akan terjadi meskipun sistem pilot otomatis sudah dimatikan.
Akibatnya, pilot akan kesulitan mengendalikan pesawat. Boeing menyebut sistem itu bertujuan mencegah pesawat kehilangan daya angkat (stall). Kondisi itu biasanya terjadi jika hidung pesawat mengarah ke atas dengan kemiringan lebih dari 15 derajat. Kecepatan angin dan arah gerak pesawat juga berpengaruh pada kondisi ini. Kehilangan daya angkat dapat mengakibatkan pesawat jatuh.
Boeing 737 Max 8 adalah jenis pesawat yang jatuh dalam penerbangan Lion Air Jakarta-Pangkal Pinang, 29 Oktober 2018. Kecelakaan yang menewaskan semua awak dan penumpang itu memicu penyelidikan serta kajian menyeluruh atas produk baru Boeing tersebut. FAA dan Boeing sedang menyelidiki kemungkinan perubahan perangkat lunak pada pesawat 737 Max setelah kecelakaan Lion Air.
American Airlines Group memastikan akan terus bekerja sama dengan Boeing dan FAA. Maskapai itu bakal terus menginformasikan perkembangan terbaru kepada pilot-pilotnya.
Sementara itu, juru bicara Boeing menolak membahas masalah tersebut secara terperinci dengan alasan masih dalam proses penyelidikan. Meskipun demikian, Boeing menyatakan sudah mengirimkan dua informasi terbaru kepada semua maskapai pengguna Boeing. Informasi itu terkait MCAS.
”Kami percaya pada keamanan 737 Max. Keselamatan tetap menjadi prioritas utama dan nilai utama setiap orang di Boeing,” demikian pernyataan itu.
Pilot
Asosiasi pilot AS, APA, menyebut Boeing tidak memberi tahu perubahan sistem itu kepada maskapai dan awak pesawat. ”Kami seharusnya diberi tahu. Jelas harus dijawab mengapa hal ini terjadi. Boeing harus menjawabnya,” kata juru bicara APA sekaligus salah satu pilot yang mengawaki Boeing 737, Dennis Tajer.
Ia menyebut kegagalan membagikan informasi penting sama saja melanggar budaya keselamatan penerbangan. Dalam surat kepada anggotanya, APA menyebut petunjuk kelaikan terbang dari Boeing tidak menyinggung soal ketidaktepatan pembacaan oleh sensor sudut kemiringan (AoA). Sensor itu memantau kemiringan hidung pesawat.
Kesalahan sensor AoA dapat membuat komputer pesawat salah membaca kondisi stall. Akibatnya, pesawat yang seharusnya mengarah ke atas malah dibuat menukik.
Seorang pilot yang tidak mau namanya ditulis menyebut Boeing dan Airbus hanya merekomendasikan pelatihan beberapa hari pada pesawat baru seperti 737 Max. Alasannya, cara kerja pilot tidak banyak berubah. Ia juga menyebut Boeing 737 Max hanya memiliki dua sensor, sementara pesaingnya Airbus A320 punya tiga sensor.
Dibutuhkan lebih dari satu sensor untuk membaca kondisi stall secara tepat sebelum pilot bertindak. ”Jika salah satu sensor gagal, aneh apabila sistem penstabil otomatis hanya akan bersandar pada satu sensor lain. Padahal, kedua sensor itu dibutuhkan untuk membaca stall,” kata pilot lain yang juga tidak ingin namanya dipublikasikan. (AFP/REUTERS)