PEKANBARU, KOMPAS - Tembok pagar SD Negeri 141 di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, sudah lama miring, tetapi belum menjadi prioritas untuk diperbaiki. Kemarin pagi, tembok ini memakan korban.
Polisi masih menyelidiki penyebab robohnya tembok pagar Sekolah Dasar Negeri 141 di Jalan Abidin, Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (14/11/2018) pagi.
Dua korban tewas adalah William Maluaki (7), pelajar kelas I SDN 141, dan Yanitra Octavili (17), pelajar SMA Negeri 14 Pekanbaru yang baru mengantarkan adiknya.
”Kami masih melakukan penyelidikan. Kami mendahulukan membantu para korban. Terlalu dini untuk menyimpulkan siapa yang bertanggung jawab,” kata Kepala Polres Kota Pekanbaru Komisaris Besar Susanto di lokasi kejadian, Rabu pagi.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Kompas, lokasi badan Jalan Abidin, terutama yang dekat pintu masuk ke areal sekolah, dipenuhi orangtua dan kerabat yang mengantar siswa ke sekolah.
Pengantar menurunkan siswa di dekat tembok pagar sekolah yang berada di kanan jalan. Para siswa berjalan dari sisi tembok menuju pintu masuk sekolah.
Menurut Ardiansyah, Ketua RW 001, Kelurahan Air Dingin, sebelum kejadian, enam sepeda motor yang berada di sisi tembok pagar sedang menurunkan siswa SDN 141. Salah satu sepeda motor dikendarai Yanitra yang mengantarkan adiknya, Rasyad Agus Triono (11).
Belum lagi Rasyad turun dari sepeda motor, kata Ardiansyah, tiba-tiba dinding tembok pagar di bagian barat roboh sepanjang 18,7 meter. Yanitra yang dalam posisi diam di atas sepeda motor tak mampu mengantisipasi. Dinding tembok itu langsung menghantam badannya dan menjepitnya di atas sepeda motor.
Rasyad, yang baru turun dari sepeda motor, juga terkena hantaman dinding roboh, tetapi posisinya sudah lebih jauh dari kakaknya. Meski demikian, bagian paha dan perutnya terkena hantaman ujung tembok. Paha dan perut Rasyad lebam.
”Saya dapat cerita, biasanya Yanitra mengantarkan adiknya hanya sampai ke tepi Jalan Tengku Bey (persimpangan Jalan Abidin). Baru ia berangkat ke sekolahnya. Namun, hari ini, adiknya minta diantar sampai ke dekat sekolah.
Yanitra menyanggupi dan ternyata ada kejadian naas itu,” kata Ardiansyah.
Zulkarnain, warga setempat, mengatakan, kejadian yang menimpa William sangat tragis. William, siswa kelas I itu, baru saja mencium tangan ibunya, Erlin Sihite (35), yang mengantarnya ke sekolah.
Erlin masih melihat putranya berjalan menuju pintu masuk gerbang sekolah. Tiba-tiba dinding tembok pagar ambruk menimpa William.
”Melihat kejadian itu, ibu anak itu berteriak histeris dan langsung menangis. Tubuh William tertimpa tembok dan terjepit,” kata Zulkarnain.
Kepala SDN 141 Endang Kilatsih mengatakan sudah mendapat informasi tentang kondisi pagar yang miring dari penjaga sekolah. Bahkan, sudah direncanakan perbaikan, tetapi belum terlaksana. ” Saat ini ada beberapa perbaikan di sekolah kami. Pagar sekolah belum kami anggap sangat prioritas,” kata Endang. (SAH)