Memasuki musim hujan, warga di bantaran Kali Ciliwung membekali diri untuk menghadapi banjir yang kerap menggenangi rumah mereka. Salah satunya dengan cara memantau debit air melalui aplikasi di gawai.
Warga di RT 08/04 Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur hampir pasti mengalami banjir setiap tahunnya. Rumah mereka berdiri secara berjenjang di bantaran kali. Setidaknya ada sekitar 150 Kepala Keluarga dalam satu RT tersebut.
Bangunan rumah kebanyakan berasal dari papan triplek dengan bambu yang menancap di dasar kali sebagai penopangnya. Lorong jalan masuk ke rumah-rumah warga juga terbuat dari bambu-bambu sehingga meninggalkan celah. Air kali yang meluap mudah masuk lewat celah tersebut.
Menghadapi musim hujan tahun ini warga memanfaatkan aplikasi Pantau Banjir untuk melihat seberapa ketinggian air di wilayah Bogor dan Depok. Dengan begitu mereka bisa mempersiapkan diri karena aliran air akan sampai di wilayah mereka dalam kurun waktu sekitar 8 – 9 jam.
“Kami selalu tenang kalau banjir hanya di Jakarta. Tapi kalau sudah Bogor yang hujan deras, baru kami pantau terus lewat aplikasi,” kata Zunaidi (52), Ketua RT 08/04 Kelurahan Kebon Manggis pada Kamis (15/11/2018) di Jakarta.
Menurutnya, jika ketinggian air di Bendung Katulampa setinggi 150 sentimeter dan Depok 250 sentimeter, warga akan mulai siaga. Mereka akan memindahkan benda-benda ke lantai atas rumah mereka.
“Kalau malam dijamin tidak akan bisa tidur. Rumah saya paling bawah, biasa dijadikan patokan warga,” kata Zunaidi.
Di tingkat kelurahan, warga sudah diberikan sosialisasi mengenai lokasi pengungsian jika terjadi banjir. Di RW 04, lokasi pengungsian berada di SDN 01 Kebon Manggis.
Menurut Zunaidi banjir terparah pernah terjadi pada tahun 2012. Banjir saat itu setinggi atap rumahnya. Tidak ada korban jiwa namun sebagian besar rumah warga mengalami kerusakan.
Perbaiki konstruksi
Selain itu jauh-jauh hari sebelum musim hujan datang, warga telah memperbaiki konstruksi rumah mereka. Utamanya mengganti bambu penopang rumah yang sudah lapuk. Mereka mengaku biasa mengganti bambu rumah antara 6 – 12 bulan sekali.
“Beberapa waktu lalu sudah ada yang diganti, karena kan sering kena air kali,” ujar Yati warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung Kebon Manggis.
Ia cenderung menganggap biasa banjir setinggi satu meter di permukimannya. Sebab masih ada lantai atas rumahnya untuk menaruh barang. Warga juga enggan mengungsi ke tempat yang telah disiapkan kelurahan.
“Kelelep sudah biasa, rumah hanyut juga biasa. Banjir ya begitu-begitu saja. Tapi kalau hanya Jakarta yang hujan kami tidak khawatir,” kata Yati.
Berjaga
Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rohmat mengatakan, setidaknya sudah ada 92 truk yang mengangkut sampah dari pintu air Manggarai sejak Senin (12/11/2018). Tumpukan sampah sudah tak terlihat hingga Kamis sore. Meski begitu para petugas dan alat berat tetap disiagakan.
“Ada dua alat berat yang tetap harus siaga lengkap dengan operatornya. Ada juga petugas yang berjaga bergantian selama 24 jam,” katanya.
Berdasarkan keterangan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat berpotensi diguyur hujan lebat disertai angin kencang selama empat hari ke depan.