Ikhtiar dari Menghijaunya Sayuran di Halaman Sekolah
Gedung berwarna putih itu memanjang dari timur ke barat. Tak ada goresan atau coretan di dinding. Keramik di sejumlah ruangan dan teras mengilat. Di depan teras berbaris tempat cuci tangan masing-masing untuk setiap ruangan.
Jalan setapak di halamam disusun dengan paving. Di antara teras dan susunan paving, sayuran tumbuh hijau. Ada sayur asin, tomat, dan terung.
Pemandangan tersebut tersaji di Sekolah Dasar Negeri Sonraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (12/11/2018). Sejumlah ruangan sekolah direnovasi dan dibangun baru oleh PT Astra International melalui lembaga nirlabanya, Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim. Bangunan baru antara lain ruang perpustakaan, unit kesehatan sekolah, dan aula. Untuk mendukung itu, sumur pompa juga dihadirkan.
Selain SDN Sonraen, dalam 10 bulan terakhir, Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim (YPA-MDR) memperbaiki dan membangun SDN Retraen, SDN Buraen 1, dan SDN Buraen 2 di Kecamatan Amarasi Selatan. Nantinya akan dibangun lagi lima sekolah lainnya, yakni Sekolah Dasar Inpres Bokong 1, SDN Oesusu, dan SDN Bijaesahan di Kecamatan Takari.
Senin lalu keempat sekolah yang selesai direnovasi itu diresmikan dan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Kupang.
Sekolah-sekolah yang telah diperbaiki itu berada di pedalaman selatan Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang. Jarak dari Oelamasi sekitar 50 kilometer atau 70 km dari Kota Kupang. Jalan ke sekolah-sekolah itu sebagian besarnya sudah diaspal, tetapi kini pecah sana-sini.
Berdasarkan keterangan para kepala sekolah dan siswa, ruang kelas di sekolah-sekolah tersebut sebelumnya dinding retak-retak. Fasilitas juga tak lengkap, antara lain tak ada ruang perpustakaan, ruang unit kesehatan sekolah. ”Sekolah kami lebih banyak menyedot anggaran perbaikan karena harus memotong gunung,” kata Kepala Sekolah SDN Retraen Agatha Akriana Runesi.
Kondisi ruangan yang disampaikan para guru tersebut barangkali mirip dengan SDI Bokong 1 yang akan direnovasi.
Pengamatan Kompas pada Senin (12/11/2018) hampir semua ruang kelas tak ada yang luput dari retakan. Retak di dinding memanjang dari dekat lantai ke dekat langit-langit. Retakan tak hanya di bagian dalam ruangan, tetapi juga dari luar ruangan. Nantinya ruang-ruangan itu direnovasi total alias dibangun baru.
Eflin (8), siswa kelas 3 SDN Sonraen, menuturkan, dirinya sangat senang dengan kondisi sekolah yang bagus. ”Saya jadi semangat untuk belajar,” ujarnya.
Masalah kerusakan ruang kelas memang masih terus membayangi dunia pendidikan di NTT. Data Dinas Pendidikan Provinsi NTT pada akhir 2017 menunjukkan 15.390 ruang kelas di semua jenjang pendidikan rusak berat, sedang, dan ringan. Meski rusak, ruangan tersebut tetap digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Di Kabupaten Kupang, kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Imanuel M Baun, 60 persen sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ruangannya rusak. Ruang kelas itu tak kunjung selesai diperbaiki karena kecilnya alokasi anggaran perbaikan.
Direktur PT Astra International Paulus Bambang Wijanarko menyatakan, dengan pembangunan ruang kelas dan fasilitas lainnya serta pelatihan para guru di Kecamatan Amarasi Selatan dan Takari, kualitas pendidikan diharapkan makin membaik. Anak-anak di NTT umumnya dan Kabupaten Kupang khususnya berhak atas akses pendidikan yang setara dengan di daerah maju lain. ”Kami berharap dengan ini akan muncul generasi yang membanggakan bangsa-negara, yakni generasi unggul,” ujarnya.
Indikatornya kemajuan itu pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun lalu, IPM NTT 63,73, masih jauh di bawah rata-rata nasional.sebesar 70,81.
Ketua Pengurus YPA-MDR Herawati Prasetyo mengatakan, yayasan masuk ke Kabupaten Kupang sejak 2016. Selain memperbaiki gedung sekolah, yayasan telah melatih 126 guru dari 10 sekolah dasar di Kabupaten Kupang. Bentuk pelatihan para guru antara lain memperkenalkan metode pembelajaran yang asyik, penguatan kapasitas Kurikulum 2013, dan memfasilitasi guru melakukan penelitian tindakan kelas.
Yayasan menghabiskan sedikitnya Rp 24,5 miliar untuk ”investasi” pendidikan di Kabupaten Kupang sejak 2016.
Sekretaris Pengurus YPA-MDR Kristanto menuturkan, pembinaan terhadap sekolah-sekolah tersebut bersifat gradual. Setelah tingkat SD, pembinaan dilanjutkan ke SMP terdekat yang merupakan tempat anak-anak SD yang dibina sebelumnya bersekolah. Dari SMP, anak-anak sebisa mungkin diarahkan ke sekolah menengah kejuruan terdekat. Dengan sistem itu anak-anak diarahkan untuk mengembangkan keunggulan lokal.
Sayur-sayuran yang menghiasi halaman sekolah yang telah direnovasi adalah ”kode keras” untuk mewujudkan visi tersebut. Anak-anak, misalnya, suatu saat bisa mengembangkan pertanian tentu dengan pendekatan modern. Begitu juga dengan pondok tenun yang dibangun di Retraen. ”Sekolah seharusnya menjadi embrio untuk pengembangan kecakapan hidup anak agar bisa mencapai kesejahteraan,” kata Kristanto.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengakui kerusakan ruang kelas salah satu masalah dunia pendidikan NTT. Namun, menurut dia, masalah yang paling urgen adalah kualitas sumber daya manusia, yakni para guru dan fasilitas penunjang pembelajaran, seperti buku. Perbaikan ke depan terutama untuk mengatasi masalah kualitas SDM tersebut.
YPA-MDR telah memulainya di Kabupaten Kupang. Seperti menghijaunya sayur-sayuran di halaman SDN Sonraen, ikhtiar tersebut diharapkan jadi embrio bagi terciptanya generasi muda NTT berkualitas ke depan.