Memajukan Indonesia dengan Membuat Orang Kaya Menggunakan Kendaraan Umum
Oleh
Adhi Kusumaputra
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, terutama warga di Jabodetabek. Salah satu caranya dengan memajukan pelayanan transportasi umum, seperti pengadaan transportasi massal cepat Jakarta. Namun, transportasi unggulan ini tetap membutuhkan sinergi dengan transportasi lain untuk memaksimalkan penggunaan transportasi umum.
Menurut pakar transportasi Jachrizal Sumabrata, salah satu alasan utama masyarakat tidak menggunakan transportasi umum karena jarak antara tempat mengakses kendaraan umum dan perumahan masih jauh. Tidak hanya perumahan, tetapi juga perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lokasi strategi lainnya.
Transportasi massal cepat (MRT) dinilai belum bisa mengakses semua tempat-tempat yang dibutuhkan warga Ibu Kota. Karena itu, dibutuhkan sinergi dengan transportasi umum lain.
”Kerja sama koordinasi operator itu harus terjalin dengan baik. Kalau enggak, bisa bunuh-bunuhan. Padahal, yang kita berantas ini, kan, yang menggunakan kendaraan pribadi,” kata pakar transportasi Jachrizal setelah membawa materi diskusi publik ”MRT Jakarta dan Peradaban dalam Bertransportasi” di Auditorium Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (16/11/2018).
Koordinasi yang menjadi fokus utama MRT saat ini ialah kerja sama dengan Transjakarta, terutama dengan jalur yang akan dilalui. Jalur yang dilalui bukan untuk saling bersaing, melainkan untuk saling membantu agar warga nyaman menggunakan angkutan umum.
”Insya Allah Minggu depan akan ada penandatanganan MOU antara MRT dan Transjakarta setelah melakukan kajian yang salah satunya membahas terkait rute-rute baru yang mengumpan ke MRT. MRT diharapkan jadi background. Selanjutnya, juga membicarakan soal koridor-koridor yang beririsan, seperti koridor satu,” kata Kepala Divisi Secretary PT MRT Tubagus Hikmatullah.
Integrasi MRT dengan Transjakarta ataupun kendaraan umum lain nantinya akan disesuaikan dengan posisi transit oriented development (TOD) atau manajemen lalu lintas berupa stasiun MRT. Pada fase satu, stasiun terdiri dari enam stasiun bawah tanah, tujuh stasiun layang, dan satu depo.
Integrasi antarmoda tidak hanya soal jalur, tetapi juga soal pembayaran. Sistem pembayaran MRT akan diintegrasikan dengan sistem pembayaran transjakarta dan kereta commuter.
Selain koordinasi antarmoda, untuk menarik perhatian warga menggunakan transportasi umum, akan dibangun jalur khusus pedestrian. Jalur pertama yang akan dibuat terletak di Dukuh Atas, Jakarta Selatan, dengan target selesai sebelum Maret 2019.
MRT juga menawarkan berbagai kemudahan lain, seperti kemudahan bagi penyandang disabilitas dengan adanya ruang khusus kursi roda, toilet, lift khusus, blok taktil, dan lantai kereta yang sama tinggi dengan lantai peron yang memudahkan pengguna kursi roda.
Kemudahan yang tidak kalah menggiurkan ialah setiap lima menit MRT akan lewat di setiap pemberhentian. Ini dianggap akan mengurangi penumpukan penumpang dalam kereta.
Eksis media sosial
Untuk menarik perhatian warga menggunakan MRT, para pengguna media sosial yang dinilai eksis diajak berdiskusi. Salah satunya Rafli Zulkarnaen, pengguna aktif media sosial Instagram yang memiliki 16.000 pengikut. Ia fokus mengunggah foto sudut-sudut menarik Jakarta yang tidak disadari oleh masyarakat umum.
Ia menilai, MRT bisa menarik masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dengan memberikan wadah untuk eksis. Misalnya saja dengan penumpang dapat menjangkau gerbong depan agar penumpang dapat mengambil gambar atau video perjalanan dari perjalanan bawah tanah ke atas.
”Belajar dari Jepang, penumpang bisa masuk ke bagian depan kereta, jadi akan banyak yang tertarik, terutama yang ingin eksis di media sosial,” kata Rafli yang telah menjadi pembicara di berbagai diskusi karena foto-fotonya banyak digunakan di industri kreatif.
Pembangunan MRT memiliki berbagai target untuk menarik masyarakat menggunakan angkutan umum. Tinggal realisasi yang ditunggu agar masyarakat percaya menggunakan angkutan umum sehingga angkutan umum menjadi pilihan semua kalangan, termasuk yang memiliki kendaraan pribadi. Ini demi Indonesia yang lebih maju, seperti perkataan Enrique Penalosa bahwa negara maju bukanlah tempat di mana orang miskin bisa memiliki mobil, melainkan tempat di mana orang kaya menggunakan kendaraan umum. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)