SANTIAGO, JUMAT — Pecatur cilik Indonesia, Samantha Edithso (10), menjadi juara dunia setelah menempati puncak klasemen kategori putri U-10 pada Kejuaraan Catur Kadet Dunia 2018 di Santiago de Compostela, Spanyol, Jumat (16/11/2018) dini hari WIB. Gelar juara itu ditentukan oleh kemenangan Samantha pada babak ke-11 atau babak terakhir.
Pada babak ke-10, Samantha masih berada pada posisi ketiga klasemen dengan 8 poin. Samantha berada di bawah Alexandra Shvedova dari Rusia dengan 8,5 poin dan Zhou Yafei dari China dengan 8 poin. Posisi keempat ditempati Chen Yining dari China juga dengan 8 poin.
Percasi sudah menghitung skenario, Samantha hanya bisa menjadi juara jika mengalahkan Shvedova dan laga antara Zhou melawan Chen berakhir remis pada babak terakhir. Meskipun peluang Samantha menjadi juara dunia sangat sulit karena bergantung pada hasil pihak lain, ternyata skenario itu benar-benar terjadi.
Samantha yang memainkan buah catur putih mengalahkan Shvedova. Pada saat bersamaan, Chen menahan remis Zhou.
Samantha menempati posisi puncak dengan 9 poin. Shvedova, Chen, dan Zhou menyusul di posisi kedua sampai keempat dengan 8,5 poin.
”Keajaiban sungguh terjadi. Kami hampir kehilangan harapan saat Samantha kalah pada babak kesembilan. Meskipun bergantung pada hasil laga orang lain dan Samantha akhirnya dapat menjadi juara dunia,” kata Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem.
[embed]https://youtu.be/lZgOIa2MO58[/embed]
Gelar juara dunia pada kategori catur klasik itu melengkapi koleksi gelar juara dunia yang diperoleh Samantha sebelumnya. Pada 25 Juni lalu di Belarus, Samantha menjadi juara dunia kadet untuk kategori catur cepat (rapid chess).
kemunculan Samantha sebagai juara dunia sudah diprediksi. Pecatur asal Bandung itu menjadi unggulan pertama sebelum kejuaraan dunia itu digelar.
Pada tiga babak awal, langkah Samantha sangat mulus dan semua lawannya dilibas dengan mudah. Marsia Gianella Kath Vilca Cruz dari Peru, Davaakhuu Unurzul dari Mongolia, dan Simone Morden dari Amerika Serikat dengan mudah ditekuk oleh Samantha.
Namun, kecerobohan Samantha pada babak keempat memberi dia pelajaran berharga. Meskipun sempat unggul atas Klara Szczotka dari Polandia, Samantha melakukan beberapa langkah cepat yang membuat kesalahan dan berujung kekalahan.
Akan tetapi, Samantha bangkit setelah mendapat motivasi dari Kristianus Liem dan Eka Putra Wirya yang menjadi anggota Dewan Pembina Percasi. Samantha merebut kemenangan lagi pada babak kelima sampai kedelapan.
Nerea Cereijo Suarez dari Spanyol, Chen Yining dari China, Elif Zeren Yildiz dari Turki, dan Olesia Vlasova dari Rusia diempaskan Samantha. Pada beberapa laga, Samantha memerlukan waktu sampai lima jam untuk merebut kemenangan. Dia menjadi lebih berhati-hati dan penuh perhitungan.
Langkah Samantha kembali terganjal pada babak kesembilan saat melawan Zhou Yafei dari China. Samantha tidak bermain sesuai rencana yang disiapkan tim pelatih.
Dampaknya, Samantha berada dalam tekanan sejak awal laga sampai dipaksa menyerah. Kekalahan itu yang membuat peluang Samantha menjadi juara dunia mengecil dan sangat tergantung dari hasil pihak lain.
Namun, Samantha menunjukkan tekad bajanya dan terus memenangi dua laga terakhir melawan Sophie Velea dari Amerika Serikat dan akhirnya melibas Alexandra Shvedova dari Rusia.
”Kami sangat gembira Samantha menjadi juara dunia. Namun, Samantha tidak boleh terlena. Dia harus terus belajar, berlatih, dan bertanding agar fondasinya kian kokoh, sampai dia bisa menjadi juara dunia di tingkat senior,” kata Eka Putra Wirya.
”Semua lawannya akan terus mengembangkan diri. Samantha juga harus terus berkembang. Di masa depan, kami ingin dia menjadi grand master, bukan sekadar woman grand master,” lanjutnya.