Ancaman Longsor dan Banjir Diperkirakan Meningkat Hingga Januari 2019
Oleh
Yovita Arika
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap ancaman banjir dan longsor selama musim hujan yang diprediksi akan terus meningkat hingga Januari 2019.
“Potensi banjir dan longsor akan meningkat seiring meningkatnya hujan. Daerah rawan banjir dan longsor sebenarnya terpetakan dan kejadiannya di daerah-daerah yang memang memiliki potensi longsor,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (16/11/2018), di Jakarta.
Terdapat banyak wilayah Indonesia yang dikategorikan rawan longsor. Daerah-daerah itu tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
“Khusus untuk Jawa, paling banyak longsor itu di Jawa Barat khususnya bagian tengah hingga selatan. Jawa Tengah itu di bagian tengah, misalnya Banjarnegara,” kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Bernardus Wisnu Widjaja.
Berdasarkan Data BNPB, secara keseluruhan terdapat 274 kabupaten atau kota yang dikategorikan rawan longsor sedang hingga tinggi. Terdapat pula 40,9 juta jiwa masyarakat Indonesia yang terpapar bahaya longsor.
Pahami karakteristik bencana
Wisnu mengatakan saat bulan Desember 2018, ancaman banjir dan longsor akan meningkat seiring meningkatnya curah hujan yang diprediksi tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Nusa Tenggara. “Belum tentu terjadi banjir, tetapi waspada begitu ada hujan lebat, di situ potensi banjir tinggi,” ujarnya.
Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk mengenali karakteristik bencana di setiap daerahnya. Cara paling mudah yang perlu dilakukan itu, dengan memanfaatkan aplikasi InaRISK Personal yang dikembangkan BNPB.
“Aplikasi ini menginformasikan ancaman bencana di mana pun kita berada di seluruh wilayah Indonesia. Ada juga rekomendasi tentang hal yang perlu dilakukan pada saat bencana dan sesudah terjadi bencana,” kata Wisnu.
Wisnu menambahkan, ancaman longsor juga dapat diketahui dengan memperhatikan gejala-gejala yang terjadi pada tanah saat musim kemarau. Tanah yang berpotensi terjadi longsor, saat musim kemarau biasanya banyak timbul retakan.
“Retakan-retakan itu, pada musim hujan nanti akan terisi air, sehingga ikatan tanah menjadi lemah. Ketika terjadi hujan terus menerus, maka potensi longsornya tinggi,” katanya.
Longsor juga disebabkan kesalahan dalam pemanfaatan lahan, terutama di daerah pegunungan yang kemiringannya melebihi 40 persen. Lahan itu seharusnya dijadikan kawasan konservasi atau hutan lindung.
Secara umum, kata Wisnu, ancaman longsor dan banjir disebabkan kerusakan lingkungan yang kian masif terjadi, seperti kebakaran hutan dan penebangan pohon. Keadaan ini berdampak pada kurangnnya daerah resapan air dan tidak tersedianya tanaman penutup lahan. (STEFANUS ATO)