Setelah lebih dari 1 jam perjalanan dari Polda Metro Jaya, tim gabungan menghentikan mobil tepat di samping jembatan Pasar Tegal Danas di Cikarang Pusat, Bekasi. Jam menunjukkan pukul 13.30, Sabtu (17/11/2018).
Salah satu mobil membawa HS (23), tersangka pembunuh satu keluarga di Bekasi, Selasa lalu. Saat itu, HS diharuskan menunjukkan tempat ia membuang linggis yang digunakan untuk menghabisi nyawa Diperum Nainggolan (38) dan Maya Ambarita (37). Adapun korban berikutnya adalah anak Diperum, yaitu Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7).
Kedatangan rombongan polisi ini sontak disambut riuh warga sekitar dengan mimik keheranan. Mereka berbondong-bondong mengerumuni mobil polisi. Tak terkecuali anak-anak kecil.
Tak sedikit pengendara motor yang melintas menepikan sepeda motornya. Dengan helm yang masih melekat di kepala, mereka berebut tempat dari tepi jembatan. Alhasil, arus lalu lintas menjadi tersendat, lengkap dengan sahut-sahutan klakson kendaraan.
Tak berselang lama, Kepala Unit I Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Komisaris Malvino Edward mengajak keluar HS dari dalam mobil untuk menunjukkan lokasi pembuangan linggis. Saat Malvino menunjuk salah satu titik di sekitar jembatan, HS menganggukkan kepala.
Satu regu tim penyelam dari Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair) Polda Metro Jaya lantas mempersiapkan diri. Diawali pengarahan singkat dan doa dari Malvino, para penyelam lantas menyusun strategi pencarian di sungai berkedalaman 4 meter itu.
Seorang penyelam masuk ke dalam air pada pukul 14.00. Ia mengecek kondisi di dasar air. Arus air yang deras membuat penyelam memasang tali karabiner dari tepi sungai satu ke tepi lainnya. Lebar sungai diperkirakan 10 meter.
Tali karabiner siang itu menjadi sangat krusial. Dua penyelam yang saat itu menyisir dasar sungai memanfaatkan betul tali itu menjadi pegangan. Anggota tim lainnya memegangi tali karabiner yang mudah melar.
”Jarak pandang di dasar sungai nol. Kami hanya bisa meraba-raba. Terlebih arus yang deras cukup menguras tenaga,” kata Inspektur Satu Ketut Suastika, Kepala Urusan Perencanaan Ditpolair Polda Metro Jaya.
Penyisiran terus dilakukan walaupun gerakan penyelam tampak berat. Di satu sisi, mereka meraba dasar sungai yang penuh lumpur, di sisi lain tangan mereka harus tetap berpegangan pada tali.
Keselamatan penyelam menjadi yang utama lantaran area pencarian begitu dekat dengan pintu air. Jaraknya tak lebih dari 5 meter. Kemungkinan penyelam terseret ke pintu air cukup besar.
Setelah sekitar 1 jam menyisir, para penyelam keluar dari sungai dan langsung melepas perlengkapan selam. Pencarian pun dihentikan pukul 15.00. Nafas mereka terengah-engah saat berjalan dari tepi sungai. Keringat yang bercampur air juga membasahi tubuh mereka.
Linggis yang dicari belum ditemukan. Arus dan jarak pandang menjadi kendala utama. Menemukan linggis tak semudah menemukan barang bukti lainnya, seperti mobil Nissan X-Trail korban yang ditemukan beberapa hari setelah kejadian.
”Kita harus melihat keselamatan dari penyelam. Ada aturan hukumnya jika masih belum ditemukan. Bisa kami buatkan berita acara pencarian,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono. (FAJAR RAMADHAN)