Samantha Edithso Curi Perhatian Dunia
SANTIAGO, KAMIS Pecatur cilik Indonesia, Samantha Edithso (10), mencuri perhatian dunia catur internasional saat meraih gelar pada Kejuaraan Catur Kadet Dunia 2018 kategori putri U-10 di Santiago de Compostela, Spanyol, Jumat (16/11/2018) dini hari WIB.
Gelar juara dunia catur klasik yang didapatkan Samantha kali ini melengkapi gelar juara dunia catur cepat yang direbutnya pada Juni lalu.
Samantha menjadi pecatur kedua Indonesia yang meraih gelar juara dunia catur pada kategori kadet. Sebelumnya, pada 1989, Irwin Irnandi juga pernah menjadi juara dunia catur pada kategori terbuka U-10.
Meskipun diraih pecatur pada kategori kadet, pencapaian itu tetap membanggakan karena para pecatur senior Indonesia, seperti GM Utut Adianto dan GM Susanto Megaranto, belum pernah menjadi juara dunia pada tingkatan apa pun.
”Keberhasilan Samantha meraih gelar juara dunia sangat membanggakan. Regenerasi dan pembinaan catur yang dilakukan Percasi selama bertahun-tahun akhirnya mulai berbuah positif. Dunia catur internasional akan kembali memperhitungkan pecatur Indonesia,” kata Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi).
Keberhasilan Samantha menjadi juara dunia didahului proses yang menegangkan. Samantha nyaris kehilangan peluang menjadi juara setelah kalah dari Zhou Yafei (10) dari China pada babak kesembilan.
Kekalahan itu membuat Samantha hanya bisa menjadi juara jika memenangi dua babak tersisa dan menanti hasil dari laga lain.
Samantha menuntaskan tugasnya dengan memenangi babak ke-10 dan ke-11 melawan Sophie Velea (10) dari Amerika Serikat dan Alexandra Shvedova (10) dari Rusia. Keberuntungan menaungi Samantha saat Yafei ditahan remis Chen Yining (9) pada babak terakhir.
Samantha memuncaki klasemen akhir setelah mengumpulkan sembilan poin dari sembilan kemenangan dan dua kali kalah. Posisi kedua sampai keempat ditempati Shvedova, Chen, dan Zhou dengan 8,5 poin.
”Keajaiban sungguh terjadi. Kami hampir kehilangan harapan saat Samantha kalah pada babak kesembilan. Meskipun bergantung pada hasil laga orang lain, Samantha akhirnya dapat menjadi juara dunia,” kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem dari Spanyol.
Laga terakhir
Pada laga terakhir, Samantha menghadapi Shvedova yang saat itu memuncaki klasemen sementara. Shvedova hanya butuh hasil remis untuk menjadi juara dunia. Hal itu membuatnya bermain aman dan tidak agresif menyerang pertahanan Samantha.
Di sisi lain, Samantha justru berusaha menekan sejak pembukaan karena sangat berambisi untuk menang. Berulang kali Shvedova menangkis serangan pecatur asal Bandung, Jawa Barat, itu dan memaksanya beradu perwira.
Sampai langkah ke-43, buah catur Samantha hanya tersisa benteng, kuda, dan enam bidak. Sementara Shvedova memiliki benteng, gajah, dan enam bidak.
Kualitas dan posisi yang seimbang membuat Shvedova menawarkan remis. Namun, Samantha menolaknya karena akan membuat dirinya gagal menjadi juara dunia.
Kegigihan itu berbuah manis setelah Shvedova melakukan dua blunder yang memudahkan Samantha unggul secara posisi. Blunder pertama dilakukan Shvedova pada langkah ke-46 dengan bidak menutup jalur gajah.
Blunder kedua dilakukan Shvedova pada langkah ke-66 saat gajahnya masuk jebakan Samantha dengan memakan bidak, bukan mengamankan pertahanan. Samantha membalas dengan merebut dua bidak lawan.
Samantha yang mulai unggul kualitas dan posisi terus menekan sampai mematikan raja Shvedova pada langkah ke-77.
”Saya gembira dapat menjadi juara dunia. Gelar juara ini saya persembahkan bagi bangsa Indonesia,” kata Samantha.
Meskipun berhasil meraih gelar juara dunia pada usia muda, Ketua Umum PB Percasi Utut Adianto berharap Samantha terus berlatih dan memperkuat fondasi permainannya agar dapat berkembang dengan baik.
Percasi pun siap membantu Samantha untuk terus berlatih sampai dia meraih gelar grandmaster catur.
”Percasi akan terus mendorong dan memfasilitasi Samantha agar menjadi hebat pada semua tingkatan. Ini adalah proses yang panjang. Kami akan mengirim dia ke turnamen senior untuk melawan lawan yang lebih berat,” kata Utut. (ECA)