Tim nasional Belanda bisa kembali menjadi ancaman serius dalam pertarungan elite sepak bola dunia. Dengan catatan, tim berjuluk ”Oranye” itu harus bisa mempertahankan permainan impresif yang mereka peragakan saat menghajar Perancis, 2-0, Sabtu (17/11/2018) dini hari WIB.
Oleh
·4 menit baca
Belanda tenggelam dalam peta persaingan tim elite dunia selama empat tahun terakhir. Namun, mereka kini kembali dan bisa memukul dua tim juara dunia dalam satu malam.
ROTTERDAM, SABTU — Tim nasional Belanda bisa kembali menjadi ancaman serius dalam pertarungan elite sepak bola dunia. Dengan catatan, tim berjuluk ”Oranye” itu harus bisa mempertahankan permainan impresif yang mereka peragakan saat menghajar juara Piala Dunia 2018, Perancis, 2-0, di Stadion Feyenoord, Rotterdam, Sabtu (17/11/2018) dini hari WIB.
Melawan Perancis dalam laga lanjutan Liga Nasional Eropa malam itu, Belanda berhasil mengembalikan karakter mereka sebagai tim yang punya serangan mematikan. Sebuah karakter yang hilang selama empat tahun terakhir, yang mengakibatkan juara Eropa 1988 ini gagal mengikuti Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018.
Tim asuhan pelatih Ronald Koeman itu tampil lebih dominan. Mereka lebih banyak menguasai serangan dan membuat kiper Perancis, Hugo Lloris, bekerja keras. Tim Belanda melakukan tembakan total sebanyak 19 kali, sedangkan Perancis hanya 7 kali. Tembakan Perancis yang tepat mengarah ke gawang Belanda pun hanya dua kali.
Meski demikian, tanpa keberadaan sosok Lloris yang mampu membuat tiga kali penyelamatan penting, Perancis mungkin bisa kebobolan lebih banyak gol. Belanda pun baru bisa mencetak gol pertama pada menit ke-44 melalui pemain Liverpool, Georginio Wijnaldum.
Pada babak kedua, Belanda terus menyerang, tetapi baru bisa menambah keunggulan melalui tendangan penalti pada menit ke-90+6. Memphis Depay, si penendang penalti, membuktikan nyali seorang penyerang dengan melakukan tendangan ”Panenka”. Ia mencungkil bola seperti yang pernah dilakukan pemain Ceko, Antonin Panenka, saat mengeksekusi penalti ke gawang Jerman Barat tahun 1976.
Koeman, yang malam itu sukses membuat timnya hidup di semua lini, mengaku terkejut. ”Saya tidak menyangka tim ini mampu sejauh ini membaca permainan. Kami memperlihatkan bahwa kami bisa membuat langkah besar,” ujar Koeman, yang baru diangkat sebagai pelatih Belanda pada Februari lalu.
Sejak dipercaya melatih tim Oranye yang terpuruk, Koeman mulai membangun fondasi baru. Ia memberi kepercayaan kepada para pemain muda. Ryan Babel (31) menjadi satu-satunya pemain di atas 30 tahun yang diturunkan menjamu Perancis.
Kemampuan Belanda menguasai permainan tidak lepas dari peran talenta muda mereka, yaitu gelandang Frenkie de Jong yang baru berusia 21 tahun. Pemain klub Ajax ini menjadi gelandang bertahan Belanda yang solid. Ia juga berperan mengawali hampir semua serangan ke gawang Perancis. Padahal, ia juga bertarung melawan trio gelandang Perancis, N’Golo Kante, Steven Nzonzi, dan Blaise Matuidi, yang jauh berpengalaman dalam laga-laga besar.
Kepercayaan diri para pemain Belanda pun terus bertumbuh. ”Kemenangan ini menunjukkan semangat tim, kualitas para pemain yang kami miliki. Kami punya masa depan cerah dan harus terus bermain seperti ini karena ini baru permulaan,” kata Depay.
Wijnaldum menilai, keberhasilan Belanda merupakan buah dari kekompakan tim, baik di dalam maupun di luar lapangan. ”Generasi baru telah lahir dan saya bangga bermain untuk tim ini,” ujarnya.
Sebaliknya, bintang-bintang Perancis, seperti Antoine Griezmann atau Kylian Mbappe, kehilangan sinarnya malam itu. ”Ada tim di luar sana yang mempunyai hasrat sangat tinggi, sedangkan kami tidak memilikinya,” kata Pelatih Perancis Didier Deschamps.
Membenamkan Jerman
Dengan kemenangan atas Perancis ini, Belanda bisa dikatakan memukul dua tim juara dunia dalam semalam. Mereka menghentikan tren positif Perancis yang tidak terkalahkan dalam 15 laga terakhir sekaligus membuat Jerman, juara dunia tahun 2014, terdegradasi ke Liga B, kasta kedua di Liga Nasional Eropa.
Pada Grup 1 Liga A, Jerman baru mengemas satu poin dari satu laga imbang dan sudah dua kali kalah. Mereka kini hanya berusaha mempertahankan harga diri dalam laga terakhir melawan Belanda, Selasa (20/11) dini hari WIB.
Pelatih Jerman Joachim Loew pun menerima kenyataan pahit ini dan membuat tekad baru untuk bangkit pada Piala Eropa 2020. ”Kami akan terus membuka ruang bagi para pemain muda dan secara bertahap melebur mereka ke dalam tim nasional,” ujarnya.
Jika Belanda bisa minimal menahan imbang Jerman pada laga terakhir, mereka bisa menyingkirkan Perancis dari puncak klasemen Grup A1 dan melaju ke semifinal. Belanda kini mengantongi enam poin dan Perancis tujuh poin. Oktober lalu, Belanda melibas Jerman, 3-0, di Amsterdam.