Dendam Tak Berkesudahan
Butuh totalitas untuk menghadirkan kembali sosok ”Ratu Horor Film Indonesia”. Melalui film Bernapas Dalam Kubur, Soraya Intercine Films memproduksi interpretasi ulang dari film hantu lawas Sundel Bolong (1981) yang dulu melejitkan nama sang ratu tersebut, Suzanna.
Lewat film Sundel Bolong, nama mendiang Suzanna memang makin melejit dan kemudian dikukuhkan sebagai ”Ratu Film Horor Indonesia”. Bahkan, sampai kini predikat itu belum tergantikan. Pada versi baru ini, Luna Maya berperan sebagai Suzanna sekaligus si hantu sundel bolong, sedangkan Herjunot Ali memerankan karakter Satria, suami Suzanna.
Hantu sundel bolong ini berpenampilan khas, berambut tebal, panjang, acak-acakan, dengan wajah pucat dan mata melotot, bergaun tidur putih panjang berbahan mirip kain kafan, dan yang terpenting: punya luka menganga mengerikan di bagian punggung.
Suzanna dikenal karena aura wajahnya yang mistis dan dingin berpadu seram dengan kisah-kisah unik di belakangnya. Di antaranya, mendiang Suzanna dikabarkan suka mengudap bunga melati, yang juga identik sebagai bunga tabur di makam-makam.
Boleh jadi gambaran dan sosok seperti itulah yang coba kembali dihidupkan sutradara Anggi Umbara dan Rocky Soraya. Termasuk dengan melibatkan penggunaan riasan (make up) prostetik yang dibuat artis riasan
asal ”Negeri Beruang Merah”, Rusia.
Dalam sebuah vlog yang ditayangkan pertengahan November lalu, beberapa hari menjelang tayang perdana Bernapas Dalam Kubur, Luna mengabadikan perjalanannya ke Moskwa, Rusia, serta proses pembuatan riasan prostetik yang akan dia pakai dalam pengambilan gambar.
Pada sudut pengambilan gambar tertentu, tambahan riasan prostetik yang digunakan Luna memang lumayan bisa menampilkan dirinya mirip dengan sosok dan wajah Suzanna. Namun, sayangnya pada beberapa adegan lain, keberadaan riasan artifisial tambahan itu justru terasa sedikit mengganggu lantaran membuat ekspresi wajah Luna malah jadi kaku.
Dengan tambahan riasan prostetik itu, gerak bibir dan raut wajah Luna terkadang tampak tak terlalu sinkron, seperti boneka ventriloquist saat menggerak-gerakkan bibir mengesankan berbicara. Kaku dan terlihat ”mengganjal”. Di film ini, Luna juga terkesan berusaha membuat gaya bicaranya semirip mungkin dengan mendiang Suzanna.
Horor klise
Lebih lanjut secara garis besar, alur cerita film Bernapas Dalam Kubur kali ini sebenarnya tak terlalu jauh berbeda dengan versi lawas, Sundel Bolong. Cerita tentang kebaikan versus kejahatan, balas dendam, bahkan setelah orang yang akan menuntut balas meninggalkan dunia fana. Kisah klenik yang akrab dengan masyarakat.
Dalam cerita ini Suzanna dan Satria digambarkan sebagai pasangan suami-istri yang telah tujuh tahun menikah, tetapi tak kunjung dikaruniai momongan. Mereka tinggal di pinggiran kota yang sepi, sejuk, dan asri.
Akses jalan menuju tempat tinggal Suzanna dan Satria bahkan digambarkan dengan jalur jalan berkelok-kelok dari sudut pandang burung yang tengah terbang (birdeye view), seperti jalur jalan menuju kawasan Puncak, Jawa Barat, lengkap dengan pemandangan kebun teh di kanan-kiri jalan.
Rumah besar pasangan itu juga digambarkan sangat luas dan berada di kawasan pedesaan sepi yang belum terjamah listrik. Hiburan satu-satunya, yang digambarkan penuh didatangi masyarakat, adalah pertunjukan layar tancap.
Lebih lanjut, sosok Satria digambarkan menjabat sebagai seorang direktur di sebuah pabrik penggulungan kabel. Dia kerap mendapat gangguan dari sejumlah karyawannya, yang bolak-balik minta kenaikan gaji. Satu waktu Satria ditugasi pergi ke Jepang oleh pemilik pabrik. Clift Sangra, suami mendiang Suzanna yang sebenarnya, memerankan si pemilik pabrik ini.
Satria dengan berat hati menerima penugasan itu. Namun, kepergiannya justru dimanfaatkan empat karyawannya, Umar (Teuku Rifnu Wikana), Dudun (Alex Abbad), Jonal (Verdi Solaiman), dan Gino (Kiki Narendra), yang ingin mencari kesempatan merampok harta di rumah Satria. Aksi jahat mereka ketahuan dan berakibat fatal. Suzanna yang tengah mengandung tewas dengan cara mengenaskan.
Saat kejadian, tiga pembantu Suzanna, yakni Mia (Asri Welas), Rojali (Opi Kumis), dan Yohir (Ence Bagus), sama sekali tidak tahu lantaran tengah asyik menonton layar tancap. Lucunya, film yang sedang diputar adalah Sundel Bolong.
Selain berperan menurunkan tensi ketegangan dengan adegan-adegan lucu, kehadiran trio pembantu itu juga bertugas menjadi semacam narator. Mereka menceritakan kepada penonton tentang apa itu hantu sundel bolong dan apa yang dia cari atau inginkan.
Dengan fasih Rojali menjelaskan hantu sundel bolong adalah hantu dari arwah penasaran, yang masih punya urusan di dunia, terutama untuk membalas dendam. Sundel bolong juga dia ceritakan sebagai hantu yang kuat dan bahkan bisa membunuh manusia.
Selain bernarasi tentang hantu, ketiga pembantu itu juga ”berperan” memberi penegasan pada sosok ”kehantuan” Suzanna, yang digambarkan bisa dilihat wujud aslinya dengan menggunakan cermin, dengan cara-cara tertentu.
Keberadaan Mia, Rojali, dan Yohir yang bertingkah konyol dan kocak itu mengingatkan orang pada adegan epik di film versi terdahulu, yakni karakter centeng penjaga rumah yang diperankan Bokir dan tukang becak, diperankan aktor watak Dorman Borisman, yang diganggu sundel bolong. Juga, adegan lucu saat sundel bolong menakut-nakuti pedagang sate dan soto Madura.
Namun, efek kengerian yang muncul saat menonton film versi lama, Sundel Bolong, dengan versi Bernapas Dalam Kubur kali ini memang berbeda. Dahulu dengan keterbatasan teknologi efek spesial dan riasan artis, penonton bisa tetap terbawa dalam kengerian horor, lewat karisma dan akting prima Suzanna.
Di versi baru ini, kengerian yang muncul sekarang terkesan lebih dipicu beberapa adegan berdarah-darah. Dengan adegan-adegan berdarah ini, sepertinya lebih cocok menempatkan film itu ke rating tontonan untuk usia 21 tahun ke atas.