Gelimang Uang di Hari Lajang
China adalah negara dengan penduduk lebih dari 1,4 miliar orang. Bagaimana jika pada satu hari mayoritas warganya serentak belanja daring? Alibaba Group, raksasa perdagangan elektronik China, menorehkan rekor baru dengan transaksi senilai Rp 454,2 triliun. Di baliknya, ada riset dan teknologi yang menjadi kunci kesuksesan ajang bertajuk ”11.11 Global Shopping Festival” itu.
Minggu (11/11/2018) pukul 10.00 waktu Beijing, China, kantor pusat raksasa e-dagang China, JD.com, hiruk pikuk oleh hilir mudik para pekerjanya. Udara dingin musim gugur ditambah kabut pekat tak menyurutkan karyawan JD.com.
Di luar kantor, puluhan polisi lalu lintas berjaga. Sebab, semua karyawan kantor pusat JD.com yang jumlahnya sekitar 10.000 orang itu menuju ke kantor. Di dalam kantor, suasana tak kalah sibuk, karyawan hilir mudik.
Kondisi kantor hari itu tidak seperti akhir pekan biasanya. Hari itu semua karyawan masuk. Sebab, hari itu adalah Hari Lajang (Single’s Day).
”Ada kebijakan kantor bahwa saat hari lajang, semua karyawan harus ikut serta membantu. Struktur hierarkis pun dibuat hilang. Para petinggi perusahaan pun turun ke gudang untuk ikut membantu,” ujar Corporate Vice President International Communication JD.com Gloria Li.
Kerja keras semua awak JD.com berbuah penjualan yang fantastis. Selama 11 hari hingga 11 November 2018, total belanja pelanggan JD.com mencapai 159,8 miliar yuan atau sekitar Rp 340 triliun. Angka itu meningkat 25,19 persen dibandingkan tahun lalu dan setara dengan 21,01 persen pendapatan negara Indonesia dalam APBN 2018.
Nilai transaksi sebesar itu berasal dari penjualan 400 juta produk, antara lain dari 25 juta produk peralatan rumah tangga. Makanan segar, seperti sayur dan daging, terjual hingga 2.800 ton atau dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Di segmen busana, penjualan mencapai 100 juta yuan atau sekitar Rp 210 miliar per menit.
James Wang (29), warga Beijing, mengatakan, Hari Lajang selalu dinantinya. ”Ada diskon. Praktis, barang dikirim langsung sampai di rumah, tak perlu repot. Apakah ada alasan lain kenapa kami tidak menyukai Hari Lajang?” ujarnya berkelakar.
Kekuatan data
Hari Lajang yang jatuh setiap 11 November atau 11/11 di China awalnya dirayakan oleh mahasiswa yang masih lajang atau belum memiliki pacar pada era 1990-an. Mereka berniat merayakan hari itu sebagai lelucon dan respons terhadap Hari Kasih Sayang 14 Februari.
Namun, Hari Lajang dimanfaatkan raksasa e-dagang Alibaba pada 2009 dengan menawarkan diskon untuk belanja daring. Alibaba mengubah hari libur tidak resmi bagi mereka yang masih jomblo atau tak memiliki pasangan ini dengan memberi kejutan diskon.
Alibaba menorehkan rekor baru dalam penyelenggaraan satu dekade tahun ini. Alibaba membukukan transaksi 30,9 miliar dollar AS atau Rp 454,2 triliun. Transaksi ini lebih tinggi 27 persen dibandingkan acara serupa tahun lalu.
Pada festival belanja tahun ini, lebih dari 180.000 merek dagang diperdagangkan melalui laman dan aplikasi Tmall Global dari Alibaba Group. Sebanyak 237 merek dagang meraup transaksi di atas 100 juta yuan atau Rp 211,8 juta. Selain di China, transaksi perdagangan juga dilakukan di 229 negara dan wilayah bagian.
Deputy General Manager Tmall Global Yi Qian menuturkan, riset dan teknologi jadi kunci penting kesuksesan. Produk yang dijual disesuaikan dengan kategori dan preferensi konsumen. Setiap produk baru harus menjalani inkubasi enam bulan dan memiliki pasokan sedikitnya 1 juta.
”Kekuatan kami adalah big data analytics. Data konsumen dan produk diuraikan lebih spesifik, misalnya, barang khusus laki-laki atau ibu hamil,” ujar Yi.
Tmall secara spesifik memetakan kerja sama impor berdasarkan negara. Misalnya, barang-barang paling diminati dari Korea Selatan adalah masker, produk kecantikan, mode, dan perawatan pribadi.
Perayaan satu dekade festival belanja 24 jam terbesar di dunia berdasarkan Gross Merchandise Volume (GMV) ini disiarkan langsung stasiun televisi China dan diliput oleh lebih dari 500 jurnalis dari sejumlah negara. Beberapa tamu yang hadir, yaitu pendiri sekaligus Executive Chairman Alibaba Jack Ma, penyanyi Mariah Carey dan Jay Chou serta model Miranda Kerr.
Untuk pertama kalinya, Indonesia berpartisipasi dalam 11.11 Global Shopping Festival yang digelar Alibaba Group. Ada lima produk Indonesia yang dijual, yaitu Indomie, kopi Kapal Api, sarang burung walet Yan Ty Ty, kerupuk udang Papatonk, dan wafer Richeese.
Soal layanan
Selain data, Alibaba juga mengembangkan teknologi pengiriman barang. Cainiao, jaringan logistik milik Alibaba, menangani sekitar 1 miliar pemesanan barang. Pesanan konsumen di kawasan China dijanjikan tiba di tangan pemesan dalam waktu 24 jam. Adapun barang yang dibeli konsumen di luar China diterima paling lambat 72 jam.
Vice President Chairman Alibaba Group Joe Tsai berpendapat, perhelatan 11.11 Global Shopping Festival bukan hanya seputar potongan harga yang bisa mencapai 50 persen. Lebih dari itu, festival belanja ini adalah bentuk apresiasi dan terima kasih kepada konsumen. Alibaba akan terus mereformasi layanan agar semakin canggih dan atraktif.
Inovasi layanan penting seiring meningkatnya konsumen kelas menengah di China. Saat ini penduduk ekonomi menengah berjumlah 300 miliar orang dan diperkirakan bertambah menjadi 600 miliar orang pada 10-15 mendatang. Alibaba akan ambil bagian dalam tranformasi perekonomian China dari yang semula ditopang kinerja ekspor menjadi konsumsi.
Tren itu tidak akan berhenti dengan atau tidak adanya perang dagang. ”Dampak yang saat ini dirasakan China (akibat perang dagang) hanya jangka pendek, kami percaya, itu akan berbalik,” ujar Joe.
Di Indonesia, pada 11 November lalu, misalnya, JD.id, Zalora, dan Lazada juga menggelar festival serupa. Bagi konsumen Indonesia, festival belanja daring 11.11 yang digelar Alibaba hanya dapat diakses melalui Lazada yang mayoritas sahamnya dipunyai Alibaba. Pada 11 November lalu, Lazada menerima pesanan lebih dari 20 juta pembeli di Asia Tenggara.