Indonesia Kejar Peluang Kerja Sama Kawasan
PORT MORESBY, KOMPAS - Meskipun tidak dihadiri sejumlah pemimpin negara besar, forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tetap bernilai positif. Indonesia perkuat kerja sama antarnegara.
Meskipun tidak dihadiri sejumlah pemimpin negara besar, Indonesia tetap meyakini, APEC tetap membuka peluang positif bagi perkembangan kawasan dan nasional. Di sisi lain, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tetap menjadi perhatian.
Dalam pertemuan APEC, Sabtu (17/11/2018), Presiden AS Donald Trump tidak datang. Trump mengutus Wakil Presiden Mike Pence untuk mengikuti pertemuan para pemimpin APEC itu.
Selain Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin juga absen pada pertemuan APEC kali ini. Sementara Presiden China Xi Jinping hadir dan mengikuti seluruh rangkaian di APEC Haus. Xi tiba lebih awal di Papua Niugini dan melakukan kunjungan kenegaraan kepada Perdana Menteri (PM) Papua Nugini Peter O’Neill, Jumat lalu.
Meski tak dihadiri Trump, suasana pertemuan menghangat karena adu pernyataan antara Wapres Pence dan Presiden Xi. Saat Presiden Xi mendapat kesempatan berpidato, ia mengecam kebijakan ”mengutamakan Amerika” yang dicanangkan Presiden Trump. Sebaliknya, saat Wapres Pence berpidato, ia mengkritik sikap agresif China, termasuk prakarsa sabuk dan jalan Beijing.
Pertemuan APEC dihadiri, antara lain, Presiden Joko Widodo, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Bukan persoalan
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang mendampingi Presiden Jokowi selama pertemuan mengatakan, ketidakhadiran pemimpin negara anggota APEC bukan persoalan bagi Indonesia. Hal yang terpenting selama pertemuan adalah interaksi Indonesia dengan negara lain.
Semestinya ketidakhadiran Trump di pertemuan APEC tidak dilihat sebagai bentuk berkurangnya perhatian AS pada negara-negara di kawasan Asia Pasifik. ”Ketidakhadiran itu tak perlu dilihat sebagai adanya pengurangan dari negara itu untuk mengintensifkan keterlibatannya dengan kawasan,” kata Retno lagi.
Hal itu setidaknya dibuktikan AS pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Singapura, 13-15 November.
Retno memaparkan, dalam beberapa kesempatan, Pence mengatakan, kehadirannya di KTT ASEAN benar-benar mewakili negaranya. Ia diutus Presiden Trump untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Retno menegaskan, hal yang terpenting bagi Indonesia adalah memperjuangkan kepentingan nasional dalam setiap interaksi dengan negara lain, termasuk pemimpin APEC. Saat ini Indonesia membutuhkan penguatan kerja sama dengan negara lain karena tantangan yang dihadapi semakin berat. ”Kita kini dalam situasi menghadapi tantangan yang cukup besar dari segi perdagangan dan dampak dari perubahan iklim. Itulah yang harus kita fokuskan, selain hasil pertemuan para pemimpin APEC,” katanya.
Sementara pada hari pertama, Presiden Jokowi bersama pemimpin APEC lainnya mengikuti sejumlah pertemuan, di antaranya dialog antara pemimpin APEC dan APEC Business Advisory Council serta pertemuan para pemimpin APEC dengan pemimpin negara-negara kepulauan Pasifik yang diinisasi tuan rumah.
Pemimpin negara-negara kepulauan Pasifik menyampaikan harapan kepada para pemimpin APEC agar mau bekerja sama dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Bantuan juga diharapkan dalam upaya peningkatan konektivitas di negara-negara kepulauan Pasifik. Konektivitas ini penting untuk mempermudah hubungan dengan negara lain.
Bertemu Presiden China
Di sela-sela pertemuan pemimpin APEC, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi pada Sabtu malam. Pertemuan yang digelar di tempat Xi menginap selama berada di Port Moresby itu salah satunya membahas peningkatan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan dan pariwisata.
Presiden Jokowi menyampaikan harapannya agar China mempermudah masuknya komoditas dari Indonesia, terutama produk buah tropis, seperti nanas, buah naga, avokad, rambutan, mangga, pisang, dan durian. Tidak hanya itu, Kepala Negara juga mengharapkan keberlanjutan kerja sama perdagangan kelapa sawit beserta produk turunannya, termasuk kerja sama pengembangan biodiesel dan replantasi kelapa sawit.
Pada pertemuan itu, Presiden Jokowi juga memaparkan tentang destinasi wisata Indonesia, seperti Bali dan 10 Bali baru. ”Saya harap Yang Mulia dapat mendorong wisatawan RRC untuk berkunjung ke Indonesia, khususnya ke Bali dan 10 Bali baru,” kata Jokowi.
Menlu Retno menjelaskan, penguatan kerja sama ekonomi merupakan upaya meningkatkan ekspor Indonesia ke China. Dengan peningkatan ekspor, defisit neraca perdagangan Indonesia-China bisa diturunkan. (AP/AFP/Reuters/RET)