Era revolusi industri 4.0 membawa perubahan signifikan hampir di semua bidang kehidupan, tak terkecuali bidang kepustakaan. Perubahan itu pula yang dilakukan Marchella Febritrisia Putri (27), penulis muda yang kini dikenal karena kepiawaiannya menggunakan media sosial menghadirkan karya-karya tulis populer berbentuk buku yang menginspirasi.
Jika pada buku pertama yang berjudul Generasi 90-an ia mencari ide cerita melalui platform media sosial Twitter, hal serupa juga ia lakukan untuk menghadirkan karya ketiganya dengan judul Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI). Buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia yang pertama kali dirilis pada 29 Oktober 2018 itu, ia rangkai dari kata menjadi sebuah narasi yang menginspirasi melalui cerita yang dibagikan para pengikutnya di akun media sosial Instagram.
Melalui akun Instagram @nkcthi yang diaktifkan sejak Februari 2018, Marchella memancing 502.000 pengikutnya untuk berbagi cerita dengan topik yang ia tawarkan berbeda setiap hari. Salah satu contohnya pada postingan 29 Juni 2018. Saat itu, Marchella menyodorkan pertanyaan kepada netizen untuk memberi masukan tentang hal yang perlu diingatkan kepada seseorang saat ia telah menginjak usia tua.
Postingan itu mendapat komentar mencapai 2.517 akun. Dari berbagai cerita yang dibagikan di akun Instgaram itu, Marchella menemukan sudut pandang untuk merangkai cerita. Dalam bukunya ini, Marchella berkisah tentang tokoh perempuan berusia 27 tahun bernama Awan.
”Ini adalah cerita dari anak bernama Awan yang mengirim surat untuk masa depan dengan pesan utama si Awan takut lupa rasanya muda. Jadi, dia tulis pesan itu untuk dirinya sendiri dan orang di masa depannya,” kata Marchella saat ditemui di Jakarta, Jumat (16/11/2018).
Memberi inspirasi
Marchella menambahkan, saat melakukan riset melalui media sosial, ia mendapatkan banyak hal yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Ia pernah berinteraksi dengan orang yang putus asa karena gagal dalam karier, kehilangan kasih sayang orangtua, hingga gagal dalam menjalin hubungan kasih.
Sering kali Marchella pun terbawa emosi untuk turut membantu menyelesaikan persoalan dari cerita-cerita yang dibagikan pengikutnya. Hal itu pula yang menantangnya untuk membangun narasi tanpa menghakimi.
Menurut Marchella, setiap persoalan yang dihadapi manusia berbeda. Cara penyelesaiannya pun berbeda.
”Banyak orang hanya pengin didengar. Tidak pengin dihakimi. Mereka enggak butuh nasihat,” kata Marchella.
Hal itu pula yang mendorong Marchella untuk membuat buku yang dapat memberi inspirasi, memberi kekuatan, dan menjadi pengingat bagi sebagian orang yang putus asa saat gagal mengejar impiannya.
”Yang menjadi tekanan bagi diri sendiri adalah standar kebahagiaan berpatokan pada hidup orang lain. Itu yang membuat manusia merasa standar hidupnya tidak pernah cukup,” kata Marchella.
Ketidakpuasan itu sering kali menjadi pemicu munculnya rasa iri, dengki, putus asa, hingga shock. Hal ini karena di dalam diri manusia melekat tiga hal yang sulit dihilangkan, yaitu ekspektasi, emosi, dan ego.
”Itu tiga hal yang menurut saya jadi musuhnya manusia. Itu selalu ada di setiap manusia, tergantung mana yang lebih dominan,” ujarnya.
Pada akhirnya, melalui buku itu, Marchella menitipkan pesan agar setiap orang berjuang sesuai kemampuan yang ia miliki.
Silakan berekspektasi setinggi dan serendah apa pun. Itu pilihanmu. Tetapi penuhi sendiri. Saat ekspektasi ditaruh ke raga lain, kecewa sering menjadi teman. (STEFANUS ATO)