Festival Teater Jakarta Ke-46 Jawab Tantangan Zaman
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Festival Teater Jakarta Ke-46 tahun 2018 berusaha mencoba menarik perhatian dari kalangan milenial atau generasi Z. Ide, pemain, dan media yang digunakan akan diformulasikan dengan konsep kekinian.
Festival Teater Jakarta (FTJ) 2018 diselenggarakan atas kerja sama Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta dengan Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta. FTJ akan dilangsungkan pada 19-27 November 2018 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Tema yang diusung dalam festival berkonsep perlombaan ini adalah Generasi Z. Setidaknya ada 15 kelompok teater yang akan tampil selama 10 hari.
Salah satu juri FTJ, Gandung Bondowoso, mengatakan, cita rasa penonton sekarang sudah berubah. Hal ini menjadi tantangan bagi kelompok-kelompok teater yang akan tampil pada FTJ 2018. Mereka diharapkan bisa menjawab tantangan tersebut.
”Salah satu judul naskah yang akan ditampilkan misalnya Malam Jahanam. Itu terbitan 1960-an dan akan dikonsep kekinian,” katanya di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Menurut Gandung, akan sangat bahaya jika naskah tersebut dipentaskan dengan cara yang sama dengan 1960-an. Sama saja pemain tidak menyadari adanya pergeseran cita rasa penonton.
Beberapa poster judul naskah teater terpampang di dinding lobi Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Poster yang ditampilkan tampak berusaha menarik minat milenial.
Seperti poster berjudul ”End Game” dari Sindikat Aktor Jakarta yang dikonsep ala karakter gim daring Player Unknows Battlegrounds (PUBG) yang tengah digandrungi saat ini.
Gandung menambahkan, cita rasa penonton generasi Z saat ini masih menjadi teka-teki. Di mata juri hal itu menjadi menarik dinantikan lantaran reaksi penonton amat sangat menentukan penilaian.
”Kelompok yang bisa menyihir penonton masa kini tak akan khawatir dengan masa depannya,” ungkapnya.
Berpeluang
Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Irawan Karseno mengatakan, kesenian berpeluang besar diminati para milenial. Sebab, saat ini mereka sedang jenuh dengan informasi hoaks, industri, bahkan politik.
”Jika bisa menghadirkan isu-isu yang menarik, kesenian akan berpeluang diminati milenial,” katanya.
Menurut Irawan, transformasi dalam seni akan terus dilakukan mengikuti zaman, khususnya dalam penggunaan media. Misalnya wayang kulit yang dulunya memakai lampu minyak, lantas menggunakan lampu listrik dan sekarang bahkan menggunakan lampu disko.
Hal itu juga yang coba diadopsi oleh seni teater, seperti pada pertunjukan Frogmen dari Inggris yang ditampilkan di Taman Ismail Marzuki beberapa waktu lalu.
”Frogmen menggunakan virtual reality (VR). Penontonnya hanya 50 orang. Artinya, teater bisa dipentaskan di tempat yang kecil,” kata Irawan.
Kepala Bidang Seni Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Gumilar Ekalaya berharap dengan terselenggaranya FTJ ke-46 ini, akan banyak kelompok teater yang bisa dikelola secara mandiri. Artinya, mereka tidak selalu berpedoman pada pemerintah terkait dengan anggaran.
”Semoga semakin banyak kelompok teater yang bisa eksis dan naik kelas,” katanya.
Serangkaian acara
Adapun serangkaian acara yang berlangsung pada FTJ 2018 ini di antaranya pembukaan FTJ 2018 yang menampilkan Cut Out oleh Riyadhus Shalihin dan Perkoempoelan Pemain Sandiwara ATAP pada 19 November 2018. Adapun pertunjukan lomba finalis 15 grup FTJ berlangsung 20-27 November 2018.
Beberapa diskusi juga akan digelar di antaranya diskusi biografi penciptaan pada 23, 25, dan 27 November 2018 dan diskusi publik dengan tema besar ”Generazi Z dan untuk Siapa Regenerasi” pada 21 November 2018.
Sepanjang festival juga ditampilkan Pameran Lorong Waktu Gen Z dan Warung FTJ pada 19-27 November 2018. Serangkaian acara akan ditutup dengan Malam Anugerah Pemenang FTJ 2018 pada 29 November 2018. (FAJAR RAMADHAN)